Misteri Kapal dan Banjir Besar di Zaman Nabi Nuh (Bagian 2)

Misteri Kapal dan Banjir Besar di Zaman Nabi Nuh (Bagian 2)

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Misteri Kapal dan Banjir Besar di Zaman Nabi Nuh - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Masse melihat tema umum pada citranya, makhluk panjang yang sering digambarkan bertanduk di kepala, dan dikaitkan dengan sebuah banjir besar. Menurutnya, sangat mungkin ular bertanduk ini merupakan gambaran dari suatu obyek yang dilihat oleh pengukir batu di langit. Hal tak biasa yang banyak dikaitkan oleh manusia prasejarah dengan suatu bencana dahsyat adalah komet.

Komet kuno

Bila melihat komet, kita juga bisa melihat ekor panjangnya, mirip hiasan kepala pada ujung belakang, atau bahkan mirip tanduk. Setidaknya, itulah imajinasi masyarakat prasejarah.

Berdasarkan mitologi, jelas ada suatu cerita mengenai suatu komet yang masuk ke atmosfer bumi, yang ahirnya terhempas ke laut. Ada identifikasi bahwa kemungkinan situs tabrakan itu berada di 1448 km tenggara Madagaskar. Sekenario ini tidak mengada-ada.

Sebuah Komet selebar 3,2 km memasuki tata surya, dan mengarah langsung ke bumi. Komet itu menembus atmosfer dengan kecepatan 160 ribu km per jam, dan menghantam samudera, dan pada saat itulah segalanya kacau balau. Hantaman itu menembakkan sejumlah air ke atas, mungkin 9-10 kali massa komet itu sendiri, dan air terus naik hingga keluar atmosfer.

Tabrakan seperti itu akan memiliki energi TNT sebesar 10 juta megaton, atau setara dengan 500 juta kali energi yang terlepas dalam bom yang jatuh di Nagasaki! Hal itu tentunya akan melontarkan uap air berlebih ke atmosfer, dan menimbulkan hujan yang sangat hebat selama 6-7 hari lamanya.

Tsunami raksasa di Samudera Hindia melanda pantai hingga 2.400 km jauhnya, dengan gelombang setinggi lebih dari 183 meter. Saat itu juga, badai siklon terjadi di seluruh bumi. Air yang jatuh dari langit bergabung dengan badai lautan, dan membentuk bencana angin topan. Menjadikan suatu banjir raksasa yang menutupi bumi.

Dengan mempelajari peta astronomi dan memeriksa silang waktu saat komet lewat dekat bumi, Masse bisa membuat perkiraan terbaik tentang kapan tepatnya komet itu menabrak bumi. Menurut datanya, tanggal 10 Mei 2807 SM memang ada komet yang menabrak bumi. Ia tak ragu bahwa ini terkait mitos seputar air bah di seluruh dunia, termasuk air bah Nuh.

Teori Masse cukup radikal, dan ia tahu bahwa para ahli astronomi meragukannya, tapi para geolog utama tak bisa menepisnya. Ini mungkin teori yang paling masuk akal, fakta bahwa mungkin air bah disebabkan oleh bertemunya komet dan bumi. Kita tahu bahwa umumnya kawah besar terbentuk karena tabrakan meteor dan komet pada bumi.

Bumi telah ditabrak sampai rusak sejak awal pembentukannya, dibombardir asteroid dan meteorid. Salah satu tabrakan mungkin penyebab kepunahan Dinosaurus 65 juta tahun silam, dan tabrakan masih terjadi hingga sekarang. Peristiwa bencana mungkin akan berdampak abadi pada budaya, semacam tradisi lisan seperti yang kita dengar 5000 tahun sesudahnya dalam bentuk cerita.

Peristiwa dahsyat semacam itu akan menciptakan sebuah mitos, dan kita harus menjelaskannya. Mereka harus memberitahu generasi berikutnya bahwa hal buruk telah menimpa mereka di masa silam, agar keturunan mereka tahu. Tapi, apa tepatnya yang mereka gambarkan?

Ya, jawabannya adalah mengenai bencana air bah dahsyat yang menutupi seluruh bumi, dan Al-Qur'an maupun Bible mengisahkan peristiwa itu terjadi dalam cerita Nabi Nuh. Tapi pada umumnya, geolog tak bisa mendapat petunjuk untuk mendukung teori itu.

Geologi umum menegaskan bahwa bumi hampir seluruhnya tertutup air, sekitar 500 juta tahun lalu, saat iklim jauh lebih hangat dari sekarang. Saat itu, banyak fosil hewan laut yang kita temukan di puncak gunung saat ini, setidaknya itu yang diyakini kebanyakan geolog.

Namun, sebenarnya, ada suatu tempat yang bisa membuktikan bahwa bumi memang benar-benar pernah diselimuti air bah mendunia, tempat itu adalah Grand Canyon. Bukti-buktinya ada pada karangnya. Grand Canyon menyingkap lapisan sedimen lebih banyak dari tempat manapun di dunia ini.

Tampak banyak petunjuk yang menunjuk fakta bahwa ngarai di Grand Canyon terbentuk melalui bencana. Di tempat tersebut, fosil laut terkubur dalam lapisan dan bukan dalam cara yang homogen; fosil-fosil ini tersebar, terserak, dan rusak.

Ada suatu hal yang disepakati penganut penciptaan dan evolusi, bahwa ngarai di Grand Canyon dipahat oleh air. Fakta bahwa karang Grand Canyon umumnya dibentuk oleh air, jika dilihat dengan pikiran terbuka, menunjuk pada banjir yang mendunia.

Dalam cerita, Nuh hanya dapat melihat air begitu badai mereda. Nabi Nuh mengirim burung merpati untuk memantau bumi, hingga 3 kali. Di kali ketiga, burung merpati itu tak kembali, jadi Nuh tahu kini bumi sudah aman untuk dihuni. Itu berarti Nabi Nuh keluar dari bahtera, tiba di negeri yang belum pernah dilihatnya, jauh di sebuah pegunungan di suatu tempat.

Tapi masalahnya, itu gunung yang mana? Menurut arkeolog, Bob Cornuke, umumnya para pemburu bahtera mencari di tempat yang salah. Ia tak percaya bahtera itu berada di Puncak Ararat, sebab ia pernah mengitarinya 2 kali dengan menaiki helikopter dan pesawat biasa. Dan ia tidak pernah melihat obyek apa pun di sana yang mirip dengan sebuah bahtera. Lalu, di mana tempat yang benar?

Menurutnya, bahtera itu terletak di pegunungan utara Iran. Cornuke telah melakukan 4 ekspedisi ke Iran, sekaligus menerima pelecehan yang biasa didapati pemburu bahtera. Sebab orang akan sering ditertawakan bila mencari bahtera Nuh.

Menurut Cornuke, ia memiliki petunjuk yang belum bisa diikuti siapa pun, yaitu laporan insinyur Amerika yang melihat hal aneh di sebuah gunung di Iran tahun 1943. Pada ketinggian 3.750 meter, tampak sebuah benda gelap yang luar biasa, berbentuk sebuah bahtera di sana, mencuat keluar dari sisi gunung.

Bukan berbentuk kotak besar seperti imajinasi kita akan bahtera Nuh, tapi lebih mirip bangunan yang sudah terbakar, dan ada sisa-sisa hangusnya. Bahan dasarnya seperti kayu, tapi sangat berat, hingga hanya sedikit contoh bisa dibawa untuk diuji.

Lalu, apakah obyek luar biasa yang terletak di pegunungan tersebut benar-benar sebuah bahtera? Adakah sangkut pautnya dengan kisah Nabi Nuh? Dan apakah mungkin itu benar-benar bahtera Nabi Nuh yang selama ini banyak diburu?

Dari teori tudung uap air yang entah bagaimana runtuh, lalu teori air dalam tanah yang entah bagaimana menyembur keluar, sampai teori mengenai tabrakan komet di suatu tempat di samudera, semua teori ini menawarkan penjelasan atas bencana banjir. Lalu teori manakah yang benar?

Baca lanjutannya: Misteri Kapal dan Banjir Besar di Zaman Nabi Nuh (Bagian 3)

Related

Moslem World 8699406615073881496

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item