Misteri Begu Ganjang, Makhluk Gaib yang Meneror Tapanuli Utara

Misteri Begu Ganjang, Makhluk Gaib yang Meneror Tapanuli Utara

Naviri Magazine - Cerita Begu Ganjang di tanah Tapanuli Utara, Sumatera Utara, yang banyak didiami etnis Batak Toba, bukanlah hal baru. Banyak orang dibunuh, dibakar dan diusir dari kampung gara-gara isu memelihara hantu yang digambarkan bertubuh panjang dan ganas itu.

Seperti beberapa waktu lalu, ketika seorang pria tunanetra nyaris dibakar hidup-hidup karena dituduh memelihara Begu Ganjang. Beruntung polisi cepat datang, sehingga pria itu selamat dan hanya diusir dari kampungnya.

Begu Ganjang, yang berarti hantu panjang, memang dikenal sebagai Begu ganas. Badannya setinggi pohon enau, bisa berperangai pria atau wanita, dengan gigi tajam seperti gergaji. Dia gemar mencekik leher mangsanya. Bila membunuh, ada bekas biru lebam pada leher si korban.

Selain Begu Ganjang, ada jenis Begu lainnya yang dipercaya masyarakat setempat; misalnya Begu Antuk yang disebut bisa membunuh orang seketika (belakangan medis menyebutnya penyakit jantung). Kemudian Begu Nurnur dan Begu Turtur yang membunuh korbannya dengan menggerogoti tubuh (medis menyebutnya sakit gula atau diabetes).

Manusia yang memelihara Begu, dalam bahasa Batak disebut Sigumoang. Banyak warga setempat menjadi korban gara-gara dituduh sebagai Sigumoang atau pemelihara Begu Ganjang. Seperti dikisahkan R Situmeang, warga Lubuk Pakam, tentang peristiwa pembakaran satu keluarga hingga tewas pada 15 Mei 2010 silam.

Satu keluarga itu, kata Situmeang, merupakan warga Dusun Buntu Raja Desa Sitanggor, Kecamatan Muara, Tapanuli Utara, yaitu Gibson Simaremare, istrinya Riama br Rajaguguk (65) dan anaknya Lauren Simaremare (35). "Ketiganya tewas dibakar hidup-hidup setelah dituding sebagai pemelihara Begu Ganjang," ujarnya.

Sementara itu, Tiur br Nainggolan, yang merupakan istri Lauren Simaremare, kritis setelah ditikam warga. Polisi kemudian menetapkan 55 warga setempat sebagai tersangka dalam aksi penganiayaan ini.

Kasus serupa sebenarnya masih banyak. Orang-orang yang dituduh Sigumoang ini biasanya dianiaya, diusir dari kampung, kemudian rumahnya dirusak atau dibakar.

Seperti dialami warga Desa Aek Raja, Kecamatan Parmonangan, Taput. Tertuduh adalah Fernando Manalu (53), Delima br Simanjuntak (50), dan Mikael Manalu (47). Mereka dianiaya karena diduga memelihara Begu Ganjang. Mereka dipukuli hingga babak belur, rumahnya juga dirusak.

Isu Begu Ganjang di Desa Aek Raja muncul setelah meninggalnya seorang warga sekitar yang dinilai janggal. Ironisnya, meski aksi kekerasan masih sering terjadi karena isu mistis ini, namun keberadaan Begu Ganjang sendiri belum bisa dibuktikan sampai sekarang.

Fenomena penganiayaan dan pembunuhan manusia akibat Begu Ganjang, juga menjadi inspirasi seorang cerpenis, Hotman J Lumban Gaol. Dia menulis cerpen "Sigumoang" dalam buku berjudul: Si Murai dan Orang Gila: Bunga Rampai Cerpen dan Panggung Komunitas.

Dalam cerpen itu, Hotman bercerita tentang kisah sedih seorang anak yang kedua orang tuanya dibakar hidup-hidup karena dituduh sebagai Sigumoang atau pemelihara Begu Ganjang.

Ingatan si anak itu menyeruak setelah 25 tahun terpendam, tatkala melihat berita di televisi ada orang di kampungnya dibakar gara-gara dituduh sebagai Sigumoang, mirip nasib kedua orangtuanya.


Related

World's Fact 8252080575949542701

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item