Kisah Antara Hercule Poirot, Miss Marple, dan Sherlock Holmes

Naviri Magazine - Hercule Poirot, Miss Marple, dan Sherlock Holmes. Para pembaca dan penyuka novel-novel detektif pasti sudah sangat mengenal nama-nama tersebut. Hercule Poirot adalah detektif ciptaan Agatha Christie. Begitu pula Miss Marple, yang nama aslinya Jane Marple. Sementara Sherlock Holmes adalah detektif rekaan Sir Arthur Conan Doyle.

Tiga orang itu memiliki kesamaan, meski pada dasarnya mereka berbeda. Mereka bertiga sama-sama menyukai sifat manusia, mereka tak tahan berdiam diri jika ada kebenaran yang disembunyikan, dan mereka sama-sama cerdas mengungkap trik-trik kejahatan. Oh ya, satu lagi kesamaan mereka bertiga, hidup di Inggris di era sebelum dan sesudah perang dunia pertama dan kedua.

Bedanya, mereka bertiga memiliki pola sendiri-sendiri. Poirot, yang sangat mengagungkan sel-sel kelabu di otaknya, memilih meneliti dan menyelesaikan sebuah kasus dengan berdiam diri dan menggunakan teori psikologi. Selalu motif yang menjadi pusat analisisnya, termasuk kondisi psikologis masing-masing saksi dan korban.

Kalau Jane Marple memilih untuk mendengarkan gunjingan-gunjingan yang ada di sekitarnya. Sikapnya ini sebenarnya menunjukkan bahwa dari setiap gunjingan selalu ada fakta yang terselip. Hanya dibutuhkan otak yang tajam dan kemampuan menganalisis serta menarik kesimpulan.

Yang terakhir, Sherlock Holmes. Selain cerdas, Holmes memiliki banyak keahlian. Berbeda dengan kedua rekan sejawatnya, bisa dikatakan Holmes yang paling banyak memiliki keahlian. Musik, kimia, olahraga, forensik, semua dia bisa. Holmes juga memadukan berpikir dan bertindak. Dia tak hanya duduk di kursi seperti Poirot untuk merangkai semua data, tapi juga berjalan ke sana kemari mencari bukti.

Mungkin agak menarik, membayangkan kalau saja mereka bergabung dan ada dalam satu novel. Tapi tentu hal semacam itu jelas tak mungkin, karena mereka memiliki kehidupan sendiri-sendiri.