Kisah Mencekam Seorang Pelarian Tahanan Politik Korea Utara

Kisah Mencekam Seorang Pelarian Tahanan Politik Korea Utara

Naviri Magazine - Lahir sebagai narapidana di sebuah kamp kerja paksa Korea Utara, Shin Dong Hyuk tak mungkin berpeluang bebas. Namun sejak melarikan diri, ia mengisahkan kepada dunia mengenai penderitaan puluhan ribu tahanan.

Tidak hanya ingatan akan eksekusi publik seperti potong jari tahanan yang menjatuhkan mesin jahit, atau kelaparan, serta keputusasaan, Shin masih memiliki bekas luka fisik dari 24 tahun perlakuan semena-mena oleh para sipir sebelum berhasil kabur dari Camp 14, salah satu kamp sistem gulag Korea Utara.

Lengan-lengannya melengkung apabila direntangkan ke depan akibat jeratan tali dan siksaan di penjara. Di punggungnya terlihat jelas bekas luka bakar.

Dalam biografinya, berjudul 'Escape from Camp 14: One man's remarkable odyssey from North Korea to Freedom in the West,' Shin meluapkan perasaannya berkembang dari binatang menjadi manusia sejak hidup di Korea Selatan.

"Menurut saya, cukup pantas membandingkan situasi tahanan politik di Korea Utara dengan binatang," ucapnya dalam sebuah wawancara di Tokyo. "Hewan-hewan yang tinggal di kamp-kamp itu diperlakukan secara lebih baik daripada tahanan."

Lahir November 1983 sebagai anak dari dua tahanan yang dipaksa nikah, Shin terpaksa kerja sejak usia 6 tahun, dan dikirim ke tambang batubara saat umur 10 tahun.

Ia menceritakan bagaimana ia dibesarkan sehingga tidak peka terhadap konsep keluarga. Shin sendiri yang melaporkan ibu dan saudara lelakinya ke sipir begitu ia mengetahui keluarganya berencana kabur. Shin kemudian menghadiri eksekusi publik ayahnya.

"Saya tidak tahu-menahu situasi di luar pagar listrik, apalagi di luar Korea Utara, jadi saya tidak melarikan diri dengan niat mencari kebebasan," tuturnya.

Baru setelah berbincang dengan seorang tahanan yang pernah pergi ke luar Korea Utara, Shin mulai tertarik dengan cara hidup orang lain, apa yang mereka makan, pakaian seperti apa yang dipakai.

"Saat saya mau kabur, yang saya pikirkan hanya hidangan yang layak, saya tidak peduli lagi apabila saya tertangkap dan dieksekusi," katanya.

Rekan Shin tewas saat kabur akibat menyentuh pagar listrik, sehingga tubuhnya dapat dimanfaatkan Shin ketika memanjat menuju kebebasan. "Saya berhasil, ia tidak," menjadi penjelasan seorang lelaki yang berdekade lamanya menderita.

Setelah kabur, Shin mencuri seragam militer dan mencapai perbatasan dengan Cina. Ia berhasil menyeberangi Sungai Tumen menuju Cina, tempatnya bekerja sebagai buruh selama setahun. Akhirnya berhasil menjangkau Shanghai, ia berlindung di konsulat Korea Selatan sebelum diterbangkan ke Seoul.

Sejak itu, Shin mendedikasikan waktunya dalam menceritakan kepada dunia mengenai kejahatan yang dilancarkan rezim brutal terhadap warga Korea Utara. Shin mempromosikan film dokumenter pengalamannya sebagai seorang tahanan politik, berjudul 'Camp 14'

Membantu yang lain

Tahun 2013, Shin bersaksi di hadapan komisi PBB yang hendak menyelidiki situasi hak asasi manusia di Korea Utara. Di Jepang, ia bertemu dengan kelompok HAM dan aktivis lainnya, termasuk kerabat warga Jepang yang diculik oleh agen-agen Korea Utara.

Shin juga mempromosikan sebuah film dokumenter terkait pengalamannya sebagai tahanan politik, berjudul 'Camp 14 - Total Control Zone.'

"Sayangnya PBB selama ini tidak dapat berbuat banyak," papar Shin, yang masih menjadi satu-satunya orang yang lahir di kamp kerja paksa Korea Utara yang berhasil kabur. "Keadaan yang begitu mengenaskan di Korea Utara tidak diambil serius oleh PBB."

"Saya tidak tahu tindakan seperti apa yang bisa diambil PBB - mungkin sanksi ekonomi - tapi PBB adalah organisasi yang besar dan harus berbuat sesuatu," pungkasnya.

Related

World's Fact 1746666125294369158

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item