Kisah Para Pendaki Legendaris yang Tewas di Puncak Everest

Kisah Para Pendaki Legendaris yang Tewas di Puncak Everest

Naviri Magazine - Bagi para pendaki gunung, Everest adalah tantangan yang mempesona. Berbeda dengan gunung lain yang relatif mudah didaki, Everest membutuhkan perjuangan luar biasa untuk menaklukkan puncaknya.

Tapi justru tantangan itu pula yang menggerakkan sebagian orang untuk mencoba melakukannya. Berhasil menaklukkan Everest, bagi mereka, adalah kebanggaan yang patut dicoba.

Everest adalah gunung tertinggi di dunia, dengan ketinggian 8.848 meter dari permukaan laut, atau sekitar 29.029 kaki. Dengan ketinggian itu, Everest sudah pasti berselimut salju abadi.

Sayang, Everest memiliki ‘wajah berbeda’ dari yang terlihat. Ekstremnya cuaca di Everest dan medan yang ekstrem pula, membuat gunung ini menjadi kuburan massal bagi para pendaki yang kalah oleh alam. Berikut ini beberapa pendaki legendaris yang belakangan ditemukan telah menjadi mayat di Gunung Everest.

Tsewang Paljor

Tsewang Paljor berangkat dari India bersama tim yang terdiri dari 6 orang. Anggota polisi yang sehari-hari bertugas menjaga perbatasan ini berangkat pada Mei 1996. Sampai kemudian, beberapa hari setelah mendaki, badai salju menerjang dan menewaskan salah satu anggota tim Paljor, bernama Rob Hall.

Setelah kejadian itu, Paljor bersama 2 anggota tim melanjutkan perjalanan dan berhasil mencapai puncak, sedangkan 3 lainnya berbalik menuruni gunung.

Petaka muncul saat Paljor dan 2 temannya menuruni puncak gunung. Keadaan berubah sangat dingin, dan badai salju kembali melanda. Paljor memutuskan untuk beristirahat di dalam gua, yang justru membuatnya beristirahat selama-lamanya.

David Sharp

David adalah pendaki berkebangsaan Inggris, yang mencoba menaklukkan puncak Everest bersama timnya pada Mei 2006. Di tengah pendakian, badai besar menerpa tim David, dan membuat anggota tim membatalkan pendakian. Meski telah diterpa badai, David memilih melanjutkan pendakian seorang diri.

Pendaki berusia 34 tahun ini nekat melanjutkan perjalanan untuk menggapai puncak Everest, hanya berbekal 2 tangki oksigen. Usahanya memang berhasil, pada 15 Mei David mencapai puncak gunung Everest. Tapi ajal rupanya telah menunggunya di Green Boots Cave, tempat di mana Paljor wafat.

David menuruni gunung di malam yang sangat dingin, dan ia memilih berlindung di Green Boots Cave. Di sanalah ia membeku, dan meninggal dunia dalam keadaan duduk.

Francys dan Sergei

Kedua pendaki ini adalah pasangan suami istri Rusia yang mencoba menapaki Everest pada Mei 1998. Pendakian itu adalah yang ketiga kalinya setelah sebelumnya gagal. Pada pendakian kali ini, Francys berangkat tanpa membawa tabung oksigen.

Di tengah pendakian, 23 Mei 1998, Francys dan Sergei terpisah. Sergei menemui pendaki lain, dan meminta bantuan oksigen serta obat-obatan. Setelah itu, ia mencari istrinya. Di sisi lain, Francys menderita kedinginan dan kelelahan, bahkan pandangan matanya sudah mulai kabur. Dengan kondisi demikian, Francis terperosok di sisi tebing dan tak berdaya, kemudian berteriak minta tolong.

Teriakan Francys terdengar oleh 2 pendaki, Woodall dan Cathy O’Dowd, pada pagi 24 Mei 1998. Hanya bantuan oksigen yang bisa diberikan Woodall dan O’Dowd. Menolong dengan menggendong Francys bukan pilihan yang tepat, karena sangat berbahaya bagi mereka. Francys akhirnya melemah dan meninggal dunia, begitu pun dengan Sergei.

Hannelore Schmatz

Schmatz adalah pendaki perempuan pertama asal Jerman, yang melakukan pendakian bersama tim Gerhard Schmatz German Expedition, pada Oktober 1979. Dalam perjalanan turun, rombongan Schmatz berhenti sekitar 100 meter di atas Camp IV, atau berada di ketinggian sekitar 8.400 meter. Di tempat ini, Schmatz pingsan. Karena paparan udara dingin Gunung Everest, Scmatz akhirnya meninggal.

Schmatz meninggal dalam keadaan duduk dan bersandar pada tas ranselnya. Karena terpaan badai, posisi Schmatz turun dari posisi semula. Kemudian, pada 1984, dua orang berkebangsaan Nepal, Yogendra Bahadur Thapa dan Sherpa Ang Dorje, bermaksud mengurus jasad Schmatz. Tapi nahas bagi kedua orang ini, mereka akhirnya justru menyusul Schmatz.

George Mallory

Mallory adalah orang berkebangsaan Inggris, sekaligus orang pertama yang ingin menaklukkan puncak Everest. Mallory melakukan pendakian pada 1924, yang merupakan pendakian ketiga, setelah pada 1921 dan 1922 ia menjadi bagian dari British Mount Everest Expedition.

Mallory berangkat pada 6 Juni 1924 ke puncak Everest, dan pada 8 Juni 1924 Mallory telah mencapai ketinggian 8.168 meter. Diduga terkena paparan udara dingin, Mallory akhirnya meninggal di Everest.

Meski telah meninggal, jasad Mallory baru ditemukan dan diidentifikasi 75 tahun setelah kematiannya, yaitu pada 1999, oleh seorang pendaki asal China, di ketinggian 8.156 meter.

Related

World's Fact 7167033496266418970

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item