Kisah Wanita yang Terjebak Dalam Konspirasi Perang Dunia (Bagian 3)

Kisah Wanita yang Terjebak Dalam Konspirasi Perang Dunia

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Wanita yang Terjebak Dalam Konspirasi Perang Dunia - Bagian 2). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Di Paris, petualangan cinta Margarethe dimulai lagi. Kali ini dengan seorang perwira muda Rusia bernama Vadime de Masloff. Pada suatu malam ulang tahun Margarethe yang ke 40, Vadime dan dia bercinta di kamar Grand Hotel. Vadime usianya 20 tahun lebih muda dari Margarethe.

Suatu hari, sebuah musibah menimpa Vadime. Sebuah granat meledak dan melukai wajah serta leher Vadime, dan terkena asap gas beracun. Dia harus dirawat di rumah sakit tentara. Margarethe cemas dan bermaksud ingin mengunjungi Vadime di rumah sakit. Namun diperlukan surat khusus dari sebuah kantor kementerian perang di Boulevard St. Germain.

Ternyata, kantor itu juga dipakai sebagai kantor agen spion Perancis. Di sebuah tangga gedung itu, secara kebetulan Margarethe berpapasan dengan kapten George Ladoux. Hubungan antara Margarethe dan Ladoux makin dekat. Makin diketahui, kalau Ladoux sebenarnya ketua spion Perancis.

Margarethe ditawari untuk bekerja sebagai spion untuk Perancis. Ladoux menanyakan berapa gaji yang diminta? Bayangan Margarethe melambung tinggi, utamanya mencita-citakan hidup di masa depan dengan pacar terbarunya, Vadime.

"Satu juta Franc," jawab Margarethe.

Ladoux mempertimbangkan, karena uang sejumlah itu sama dengan gaji untuk 12 spion paling andal. Namun Ladoux mencurigai kalau Margarethe sebenarnya spion untuk Jerman. Mendengar permintaan gaji yang kurang ditanggapi Ladoux, Margarethe mencoba meyakinkan kalau dirinya juga kenal orang penting di Jerman bernama Kramer.

Telinga Ladoux hampir pecah mendengar nama Kramer. Karena memang dia orang penting Jerman. Dari sini, Ladoux makin yakin kalau Margarethe benar-benar spion Jerman. Dan Margarethe mencoba akan menjadi double agen. Ladoux tidak mau mengambil risiko lebih jauh. Dia tak menyanggupi membayar satu juta Franc.

Pada 13 Februari, Albert Priole, komandan polisi, mengetuk pintu kamar hotel tempat Margarethe menginap. Polisi itu membawa surat perintah penahanan, dan tertulis: "Madame Zelle, Margarethe, dengan nama Mata Hari, lahir di Belanda 7 Agustus 1876, tinggi 1,75, bisa baca tulis, telah dinyatakan terdakwa sebagai spion yang menyebarkan berita ke musuh."

Margarethe resmi menjadi tahanan di Palais de Justice. Di bawah pengawasan kapten Pierre Bouchardon. Kapten Bouchardon terus mempelajari dokumen yang dikirim dari kantor Ladoux.

Margarethe dikeluarkan dari sel untuk dilakukan pemeriksaan. Kesibukan pemeriksaan makin ditingkatkan, kasus per kasus yang telah terlewati dipertanyakan langsung pada Margarethe. Hasil pemeriksaan, sangat diragukan loyalitas Margarethe sebagai spion Perancis. Dia dituduh berbohong dan jelas terbukti sebagai spion Jerman.

Margarethe mengelak dan justru mengaku bekerja untuk Ladoux. Buktinya dia sudah mengirim berita penting dari Madrid. Dalam pemeriksaan, Ladoux tidak ada di tempat. Margarethe meminta menghadirkan Ladoux.

Pada 10 April, pihak kepolisian menyerahkan bukti pemeriksaan pada zat-zat kimia yang dipakai Margarethe. Sebuah botol tinta bertuliskan “beracun”, ternyata sebuah tinta tanpa warna dari bahan kualitas terbaik. Ketika temuan polisi itu diutarakan, Margarethe mengelak, dia mengaku memesan di Spanyol.

Pada 25 Juli 1917, sebuah sidang tertutup digelar dengan penjagaan ekstra ketat. Beberapa saksi dan pejabat militer perang hadir. Oleh hakim pengadilan perang, Margarethe disodori delapan pertanyaan. Dan Margarethe dinyatakan terbukti bersalah sebagai spion Jerman. Untuk itu, pengadilan perang Perancis menjatuhkan hukuman mati pada Margarethe.

Pelaksanaan hukuman mati pada Senin, 15 Oktober 1917, di Bois de Vincennes, bagian timur kota Paris. 12 resimen artileri siap dengan senapan di sebuah pagi yang dingin dan berkabut. Sedangkan usia semua tentara tersebut masih muda, sekitar 20 tahun.

Sehari setelah pelaksanaan eksekusi, tepatnya pada Selasa, 16 Oktober 1917, berbagai media internasional memberitakan. Time memberitakan penari Mata Hari telah dihukum tembak. Daily Express juga melansir berita dengan judul "Spion Cantik Mata Hari Dihukum Mati". New York Times menulis, penari dan petualang Mata Hari dijatuhi hukuman mati.

Dia diambil dari penjara St. Lazare dan dibawa ke Vincennes untuk dihadapkan regu tembak. Le Figoro mengabarkan, spion Mata Hari dihukum mati dan mayatnya dikubur di kuburan Vincennes. Dua tahun kemudian, Jeanne-Louise, anak perempuan Mata Hari yang menginjak usia 21 tahun, meninggal dunia akibat pendarahan di otak.

Related

History 849571480117814444

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item