Asal Usul Dinasti Rothschild, Keluarga Terkaya di Dunia (Bagian 1)

Asal Usul Dinasti Rothschild, Keluarga Terkaya di Dunia

Naviri Magazine - Tak ada nama yang lebih terkenal dalam dunia perbankan internasional seperti keluarga Rothschild, selain keluarga Rockefeller di Amerika Serikat. Meski demikian, hanya sedikit fakta yang dapat diperoleh mengenai keluarga ini.

Berbagai legenda, mitos, dan kisah mengenai keluarga ini telah banyak beredar, namun tak satu pun dari cerita tersebut yang berhasil mengungkap jati diri keluarga ini sesungguhnya; sebuah keluarga yang mampu mengubah alur sejarah dan memperjualbelikan kedudukan para negarawan, raja, bangsawan, dan uskup, tak ubahnya komoditas dagang, lalu mencampakkannya bak baju atau sepatu usang jika paran mereka tak lagi diperlukan.

Keluarga inilah yang mendalangi berbagai revolusi, perang, dan pemberontakan, serta mengubah konstelasi politik Eropa, Timur Tengah, dan Amerika Serikat, untuk selamanya. Dan keluarga Rothschild memiliki darah Yahudi, sebuah fakta yang tak pernah sekali pun mereka sembunyikan atau samarkan.

Mustafa Kemal Atatürk (1881–1938) di Kongres Sivas (diadakan pada 4 September sampai 11 September 1919), adalah agen Rothschild, dan dialah orang yang paling bertanggung jawab atas runtuhnya Kekhilafahan Islam di Turki terakhir kalinya pada 1924.

Sepanjang catatan sejarah yang terbentang dari India, Babilonia, hingga Palestina, di masa lampau industri finansial adalah sektor usaha yang paling banyak dikuasai oleh bangsa Yahudi. Bankir Yahudi mendominasi pasar-pasar uang di Frankfurt, London, New York, dan Hong Kong.

Kejayaan mereka menyebar ke seluruh penjuru dunia sejak 1917. Para pialang saham berdarah Yahudi menjadi tulang punggung penggerak bursa efek London, Paris, dan New York. Mereka mengendalikan fluktuasi harga logam mulia, permata, dan mata uang, di seluruh penjuru dunia.

Saat Inggris mempersiapkan perang melawan Jerman pada tahun 1910, para bankir internasional yang berdarah Yahudi memegang berbagai posisi penting di wilayah-wilayah yang strategis, dan di puncak piramida perbankan tersebut bertengger nama keluarga Rothschild beserta seluruh lembaga keuangan yang menjadi rekanannya.

Di Perancis ada nama Rothschild, Fould, Camondo, Pereira, dan Bischoffheim; di Jerman ada nama Rothschild, Warschauer, Mendelssohn, Bleichroder; di Inggris ada nama Sassoon, Stem, Rothschild, dan Montague; di Timur Tengah ada nama Sassoon; di Rusia ada Gunzburg; sementara di Amerika Serikat ada nama-nama seperti J.P. Morgan, Kuhn, Loeb and Co., Seligman and Co., Speyer and Co., Warburg, dan Lazard Freres.

Di atas lembaga-lembaga keuangan tersebut, berdiri House of Rothschild. Para kritikus mengatakan bahwa Morgan dan Kuhn Loeb adalah tangan kanan Rothschild, dan semua lembaga perbankan tersebut memiliki afiliasi dengan bank-bank yang dimiliki Rothschild.

Lembaga-lembaga perbankan tersebut bekerja bahu-membahu, sebab mereka berspekulasi dengan cara yang sama, dan sama-sama memiliki hubungan yang erat dengan keluarga Rothschild.

Pendiri the House of Rothschild adalah Mayer Anselm Bauer (Rothschild), putra Anselm Moses Bauer, seorang pedagang dari Frankfurt. Ayahnya bekerja sebagai penjual barang baru dan bekas, koin kuno, dan tukang kredit. Di depan kios mereka terpajang sebuah logo berbentuk tameng berwarna merah, dan nama Rothschild dalam bahasa Jerman berarti “Tameng Merah”, yang diilhami oleh logo tersebut.

Rothschild lalu diadopsi menjadi nama resmi perusahaan dan nama keluarga mereka. Kegiatan usaha mereka berlokasi di Judenstrasse, secara harfiah berarti “Jalan Yahudi”, yang terletak di tengah-tengah pemukiman ghetto Frankfurt yang didiami sekitar 550 keluarga.

Mayer Amschel (Rothschild) lahir pada tahun 1743. Keluarganya secara turun-temurun bermukim di Frankfurt. Ada juga referensi dari Museum Inggris yang menyebut bahwa keluarga tersebut mulai bermukim di Frankfurt pada awal abad ke-16, dan pada abad ke-18 anggota kelompok tersebut sudah cukup banyak.

Sebuah fakta yang mengejutkan, ayah Adolf Hitler adalah Alois Hitler yang merupakan anak Lionel Nathan Rothschild

Ada dua belas orang Yahudi Frankfurt yang menjadi nenek moyang Mayer Amschel. Mayer Amschel adalah anak tertua dari tiga bersaudara, dan orang tuanya bekerja di bidang keuangan. Amschel telah mengenal bisnis finansial sejak usianya masih sepuluh tahun.

Keluarga Amschel memilih menjalankan usaha pertukaran valuta asing, sebab pada masa itu Jerman terdiri dari 350 kerajaan kecil (princi-pality), dan setiap kerajaan memiliki mata uang sendiri. Selain itu, warga Yahudi Frankfurt juga dilarang menjalankan jenis usaha lain yang diperbolehkan bagi para warga non-Yahudi.

Jadi, tak diragukan lagi bahwa pada masa itu hak kaum Yahudi sangat dibatasi, bahkan beberapa jenis batasan yang diberikan kepada mereka sangat tidak adil. Keluarga tersebut mendiami sebuah rumah kayu berarsitektur mock-Gothic. Rumah itu ditinggali oleh Mayer Amschel, ibu, ayah, dan tiga saudara laki-lakinya, sejak tahun 1775, sebuah masa ketika wabah cacar merebak di benua Eropa dan merenggut nyawa kedua orang tua Mayer.

Keluarga besar Mayer memutuskan untuk mendaftarkan Mayer ke sebuah sekolah para rabbi di Furth, namun Mayer sama sekali tak tertarik mempelajari ilmu keagamaan. Setelah tiga tahun menghabiskan masa hidupnya di Furth, Mayer Amschel keluar dari sekolah atas permintaannya sendiri

Siapa pun pasti kagum pada keberanian yang dimiliki pemuda itu untuk menentukan nasibnya sendiri. Amschel pindah ke Hanover dan memulai kariernya dengan bekerja “sukarela” sebagai buruh rendahan di bank, bernama the House of Oppenheimer. Enam bulan kemudian, ia diangkat sebagai tenaga magang di bank tersebut.

Tak perlu waktu lama baginya untuk menyadari bahwa kesuksesan di dunia perbankan hanya akan diraihnya, jika ia mampu mendapat perlindungan dari sang “pangeran” yang berkuasa di salah satu principality di Jerman. Enam tahun kemudian, tepatnya pada 1770, ia meninggalkan Hanover dan kembali ke Frankfurt untuk menikahi Gudule Schnapper.

Mayer dan Gudule (Gutta) tinggal di sebuah ruangan yang terletak di atas toko tempat Mayer melakukan transaksi barang bekas dan baru dengan pelanggannya, sebuah kegiatan usaha yang juga pernah dilakukan ayahnya. Beberapa jenis barang, seperti lukisan dan furnitur, ia pajang di etalase tokonya yang menghadap ke jalan raya.

Di tempat inilah, ia merintis pendirian “raksasa perbankan” yang kelak akan mampu mengendalikan keuangan dunia, dan menaklukkan para pemimpin dunia, negarawan dan raja.

Gudule melahirkan lima anak untuk Mayer. Mayer selalu melakukan diskusi bersama kelima orang anaknya di sebuah “meja kayu yang kusam”, begitulah cara Spiridovich mendeskripsikan sebuah meja yang biasa dipakai anggota keluarga tersebut untuk berkumpul dan makan malam.

Baca lanjutannya: Asal Usul Dinasti Rothschild, Keluarga Terkaya di Dunia (Bagian 2)

Related

Mistery 5407962259514615743

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item