Ini 3 Hal yang Bikin Anak-anak ‘80-an dan ‘90-an Sangat Bahagia

Naviri Magazine - Dibanding anak tahun 80-an dan 90-an, anak zaman sekarang jauh lebih beruntung karena bisa menikmati beragam hiburan dan teknologi yang seolah tanpa batas. Cukup dengan sekali klik, emua kebutuhan informasi dan hiburan bisa didapat dan dimainkan dengan mudah.

Saat ini hampir semua orang memiliki beragam gadget canggih. Mulai dari smartphone, PC, laptop, console game, hingga virtual reality.

Sedangkan dulu, di era tahun 80-an hingga 90-an, jangankan bisa buka Youtube atau download film lewat ponsel. Bisa nonton film kartun Doraemon di televisi berwarna saja rasanya sudah senang.

Karena saat itu tidak semua orang punya TV berwarna dan parabola. Apalagi sampai punya video player. Hanya orang-orang tertentu yang memilikinya. Tapi meskipun demikian, anak anak 80-an dan 90-an masih bisa menikmati beberapa hiburan ala kadarnya. Seperti berikut ini:

Film di televisi

Pada tahun 80-an, stasiun teve masih didominasi oleh TVRI milik pemerintah. Dan satu-satunya teve swasta nasional saat itu baru RCTI. Itu pun harus pakai dekoder dan rutin bayar iuran sebulan sekali.

Baru pada 1989, siaran RCTI bisa ditangkap tanpa dekoder dan digratiskan bagi seluruh rakyat Indonesia. Acara televisi pada saat itu sangat terbatas, terutama film untuk anak-anak. Hanya ada beberapa serial televisi yang bisa dinikmati seminggu sekali.

Sebut saja, misalnya, film Oshin, Knight Rider, Air Wolf, Renegade, McGyver, atau The A Team. Film kartunnya pun tak jauh dari 'Silver Hawk, Flash Gordon, He-Man, Voltus V, Woody Woodpecker, atau Ksatria Baja Hitam. Dan yang paling ditunggu setiap hari minggu pagi tentunya film Unyil atau kartun Doraemon.

Tantangan terberatnya adalah, layar teve biasanya 'rumeuk'. Gambarnya berbayang, goyang alias banyak semutnya. Maklum, 99,9% teve di zaman itu masih menggunakan antena biasa. Karena saat itu parabola adalah barang super langka dan sangat mahal.

Video player betamax

Di zaman 80-an dan 90-an, punya video player Betamax dengan ukuran kaset segede gaban rasanya sudah keren. Saat itu film yang paling populer adalah Zabogar, Megaloman, Gaban Saripan, dan Google V.

Tantangan terberatnya adalah, jumlah kaset Betamax yang beredar saat itu masih sangat terbatas. Sehingga penyewa harus antre. Selain itu, kaset Betamax kadang juga mudah kusut atau macet macet.

Dingdong dan gimbot

Jauh sebelum muncul gimbot pada era tahun 90-an, ada permainan anak lainnya, yaitu dingdong. Sayangnya, game bocah tahun 80-an ini relatif hanya bisa dinikmati oleh mereka yang tinggal di kota besar saja. Jadi kalau anak-anak yang tinggal di daerah ya cuma bisa gigit jari.

Apalagi untuk bisa memainkan console game seperti Nintendo atau Atari. Yang saat itu harganya sangat mahal. Tapi jangan khawatir, karena saat tahun 90-an, mulai bermunculan permainan mobile bernama gamewatch. Dan bocah 90-an biasa menyebutnya gimbot.

Gimbot adalah satu-satunya permainan yang membahagiakan anak-anak tahun 80-an dan dan 90-an. Saat itu harganya sekitar 25 ribu s/d 55 ribu rupiah. Awal tahun 90-an, uang sebesar 25 ribu rasanya gede banget. Jadi jangan harap semua anak bisa memilikinya.

Oleh karena itu, bagi anak-anak yang tidak sanggup membeli gimbot, cukuplah menyewa pada tukang gimbot keliling.

Tantangan terberatnya, main dingdong harus ke kota. Sewa gimbot harus menunggu tukang sewa keliling datang. Harga gimbot saat itu masih mahal.

Begitulah rasanya menjadi anak-anak yang merasakan hidup di tahun 80-an dan 90-an. Saat itu hiburan dan teknologi memang serba terbatas. Tapi mereka beruntung, karena saat itu otak mereka tidak dicekoki acara dan tayangan sampah yang durasinya berjam-jam.

Mereka juga beruntung karena kehidupan mereka sebagai anak-anak tidak diperbudak oleh teknologi. Tidak seperti kebanyakan anak-anak hari ini, yang lupa bertegur sapa atau sekadar melempar senyum pada orang di sekitar.

Karena wajah mereka selalu tertunduk, fokus pada perangkat gadget yang canggih saja.