Ini Penyebab Tes Kepribadian Myers-Briggs (MBTI) Sangat Populer

Naviri Magazine - Meski sebagian pakar mengatakan bahwa tes kepribadian ala Myers-Briggs (MBTI) tidak sepenuhnya ilmiah atau tidak sepen...

Ini Penyebab Tes Kepribadian Myers-Briggs (MBTI) Sangat Populer

Naviri Magazine - Meski sebagian pakar mengatakan bahwa tes kepribadian ala Myers-Briggs (MBTI) tidak sepenuhnya ilmiah atau tidak sepenuhnya bisa dipercaya, namun tes ini sangat populer. Mengapa?

Ini mungkin karena deksripsi yang mempesona bagi setiap kepribadian. Tidak ada unsur negatif dalam hasil tes tersebut. Semua kalimat mengandung optimisme—lengkap dengan sub-kategori menjabarkan persahabatanmu, hubungan romantis, kesempatan karir, dan kebiasaan di lingkungan kerja.

Bahkan ada pilihan profile premium berbayar yang menjanjikanmu cara untuk "menyayangi semua orang berdasarkan kualitas positifmu dan cara memanfaatkan kelemahan kita."

"Deskripsi dasarnya semua ditulis secara positif," jelas Riggio. "Psikologis menyebut ini Barnum Effect. Barnum Effect mengatakan, ketika kamu menulis sesuatu yang sangat umum (bisa diterapkan ke semua orang), maka akan terdengar benar. Justru hal-hal yang serba positif dan generik akan menyebabkan orang berucap, 'Wah gila ini bener banget—ini gue banget.'"

Ya intinya, tes MBTI tak beda jauh sama horoskop.

Tapi ada juga beberapa orang dalam komunitas psikolog yang menggunakan tes Myers-Briggs, terutama saat hendak memperkerjakan seseorang.

John Johnson, seorang psikolog kepribadian di Pennsylvania State University, mengatakan, biarpun MBTI gagal menggambarkan kompleksitas spektrum luas introversion/extroversion, misalnya, masalah ini juga menimpa evaluasi-evaluasi kepribadian lainnya.

"Ketika kamu hendak membuat keputusan berdasarkan skor kepribadian, keputusan itu sudah pasti bersifat binari atau kategoris," jelasnya. "Contohnya, apakah seorang individu memiliki sifat kepribadian A, B, atau C yang cukup sesuai kebutuhan pekerjaan? Kamu harus memutuskan mau memperkerjakan orang tersebut atau tidak—tidak ada area abu-abu. Dalam kasus macam ini—entah tentang orang lain, atau kamu sendiri—kamu dipaksa untuk memperlakukan spektrum kepribadian sebagai tipe kategori."

Tetap saja, Johnson sadar bahwa dia adalah bagian dari minoritas di komunitas psikolog. Tapi tak apa-apa—dia memperjuangkan hak orang-orang awam seperti kita untuk menikmati diagnosis tes kepribadian tanpa merasa bodoh.

"Psikolog-psikolog akademis hampir secara universal mengkritik MBTI dan tes-tes yang serupa, karena tidak mengikuti standar profesional penilaian psikologis," jelasnya. "Kontroversinya disebabkan karena adanya psikolog akademis yang menolak MBTI, namun di sisi lain ada juga praktisi di bidang lain yang menggunakan MBTI dan menganggapnya berguna."

Riggio mengakui hal ini. "Kalau orang melakukan penelitian yang cukup, ya saya rasa tidak apa-apa mengambil MBTI buat eksplorasi diri," katanya. "Kalau orang jadi tertarik dengan psikologi, ini efek yang positif."

Tidak ada yang salah dengan mengambil tes Myers-Briggs, selama kamu tidak menganggap hasilnya kelewat serius. Bayangkan saja tes ini tidak beda jauh dengan pembacaan kartu tarot, ramalan telapak tangan, horoskop, atau kuisnya BuzzFeed. Pendek kata, tidak perlu kalian anggap serius banget.

Related

Psychology 5267534228571373608

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item