Kisah Tunanetra Penjual Pulsa, dan Mimpi yang Tak Pernah Padam

Kisah Tunanetra Penjual Pulsa, dan Mimpi yang Tak Pernah Padam

Naviri Magazine - Senyum ramah Wardi selalu menyapa setiap pembeli pulsa yang mampir ke tempatnya berjualan di pinggir Jalan Cik Ditiro. Beberapa orang yang datang pun tampak tertegun ketika berhenti dan mulai menyebutkan nomer ponsel.

Pasalnya, nomor ponsel yang diucapkan akan dicatat oleh warga asli Wonosobo itu di sebuah kertas koran, yang di bawahnya terdapat alat bernama 'Riglet'. Setelah dicatat, jari Wardi lantas meraba perlahan kertas koran itu, sambil mengulang kembali nomor telepon pembeli agar tidak salah kirim. Setelah itu, bapak satu anak ini mengambil ponselnya, dan mengirimkan pulsa.

Penjual pulsa di pinggir Jalan Cik Ditiro, Yogyakarta, ini merupakan penyandang tunanetra. Namun, keterbatasan yang dimilikinya tak menyurutkannya untuk mencari nafkah bagi istri dan satu anaknya.

"Saya berjualan pulsa sejak tahun 2011 lalu. Dulu di depan bank, lalu karena takut menganggu saya pindah ke sini," ujar Wardi.

Wardi menuturkan, setelah lulus dari kursus pijat di Temanggung pada tahun 2002, dia lantas berkeliling ke beberapa kota. Kota pertama yang disinggahinya untuk mengadu nasib adalah Semarang, Jawa Tengah.

"Bapak ibu bekerja sebagai petani, adik-adik saya empat. Jadi saya kerja ya untuk membantu orangtua dan biaya pendidikan adik-adik, sisanya ditabung," tandasnya.

Setelah menikah, Wardi memutuskan untuk mengadu nasib ke Yogyakarta. Dia berharap, pendapatannya semakin meningkat di Yogyakarta.

"Saya beberapa tahun di Semarang. Lalu setelah menikah pindah ke Yogyakarta, ya agar dapat kesempatan kerja lebih baik," tegasnya.

Di Yogyakarta pun, Wardi tetap berkeliling untuk memijat, sampai akhirnya masuk ke Badan Sosial Mardi Wuto yang berada di RS Mata Dr YAP di jalan Cik Ditiro. Di mess badan sosial Mardi Wuto ini pula Wardi tinggal.

"Di sini, kalau ada klien, pembagiannya 40-60. Saya dan tunanetra lainnya dapat 60," ucapnya.

Meski telah masuk ke badan sosial Mardi Wuto, Wardi tak lantas puas dengan apa yang diperolehnya. Ia pun berpikir untuk membuka usaha untuk menambah penghasilan. Pasalnya, dirinya harus mempersiapkan biaya untuk sekolah anaknya.

"Ya akhirnya dapat ide jualan pulsa. Modalnya dari tabungan hasil mijet di Semarang dan di sini," katanya.

Dia menuturkan, awalnya ketika mendaftarkan diri menjadi penjual pulsa, pihak agen ragu sebab dirinya tunanetra. Padahal, jualan pulsa berhubungan dengan nomer-nomer yang harus dibaca.

"Pihak sales ragu, apa saya bisa. Terus saya yakinkan meski tunanetra tetap mampu," tegasnya.

Wardi pun lantas mengambil tabungan hasil jerih payahnya memijat, sebesar Rp 1 juta untuk modal. Selama beberapa hari berjualan, dia pun tetap diawasi oleh sales pulsa untuk memastikan apakah benar-benar mampu atau tidak.

"Beberapa hari saya diawasi dan diajari caranya. Setelah melihat cara saya berjualan, akhirnya percaya," ucapnya.

Pernah ditipu

Namun, Wardi tak menampik bahwa keterbatasan fisiknya sempat dimanfaatkan orang untuk keuntungan pribadi.

"Saya kan tunanetra, jadi modalnya percaya saja. Pulsa terkirim atau tidak kan ada laporan suara di handphone," ujarnya.

Wardi menuturkan, hati orang memang tidak bisa ditebak. Selama berjualan mulai tahun 2011 lalu, beberapa kali ia ditipu oleh pembeli. Bahkan, pernah kerugian yang diterimanya akibat ditipu pembeli mencapai Rp 700.000.

"Pernah saya rugi Rp 700.000 ditipu pembeli. Dia (pembeli) punya nomer banyak lalu saya disuruh ngirim pulsa Rp 100.000, setelah terkirim dia diam-diam pergi enggak bayar," tegasnya.

Ada pula, lanjutnya, yang pulsanya sudah terkirim tapi mengaku tidak terkirim. Akhirnya kirim ulang ke nomor yang sama. "Sering kalau kejadian-kejadian ditipu seperti itu," tandasnya.

Namun, Wardi mengaku meski menanggung rugi tidak sedikit, ia mengikhlaskan. Ia percaya jika memang rezeki, Allah pasti akan memberikan gantinya.

"Ya kok ada yang tega menipu tunanetra, tapi ya enggak papa. Ikhlas, Allah pasti akan memberikan rejeki lagi," pungkasnya.

Cita-cita tinggi

Kini, selain tetap aktif sebagai tukang pijat di Mardi Wuto, setiap hari Wardi menjalankan usahanya dengan berjualan pulsa. Setiap hari, dia buka lapak pukul 07.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB.

"Ya kalau ada klien, saya tinggal, lalu ke Mardi Wuto. Kalau hujan ya ngeyup (berteduh) di emperan warung," ungkapnya.

Dalam sehari, dari berjualan pulsa, Wardi bisa mendapatkan untung Rp 40.000 sampai Rp 50.000.

Wardi pun berkeinginan usahanya dapat berkembang, memiliki ruko untuk berjualan agar tidak kehujanan dan kepanasan. Kalau ada bantuan pinjaman dari pemerintah untuk usaha, ia pun akan mencoba mengajukan demi usahanya.

"Cita-cita saya bisa nyewa atau beli ruko. Ya semoga bisa, ini saja modalnya juga mepet. Yang penting bisa tambah-tambah untuk keluarga dan anak," tuturnya.

Untuk menjalani kehidupan dan meniti mimpinya, Wardi terus memegang ungkapan, "kehidupan itu jangan hanya mengharap hujan jatuh dari langit. Semua harus dicari, dan jangan mengandalkan orang lain".

Related

Inspiration 250257051260864147

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item