Memilih Hidup Sendirian atau Berpasangan adalah Hak Setiap Orang
https://www.naviri.org/2019/07/memilih-hidup-sendirian.html
Naviri Magazine - Orang bisa memilih untuk hidup menyendiri atau berpasangan, walaupun kadang-kadang pilihan itu melewati satu situasi: keterpaksaan. Tetapi setelah melewatinya, masing-masing akan memiliki argumen mengapa memilih yang pertama atau yang kedua. Masing-masing merasa nyaman (atau terpaksa nyaman) dengan posisinya.
Menjomblo atau melajang, bagi sebagian orang, bisa menghindari ramalan spekulatif pernikahan yang tak tentu seperti yang dikemukakan Socrates: jika memiliki istri baik, sang suami akan bahagia. Tapi jika tidak, ia akan menjadi filsuf.
Proyeksi Socrates ini mudah dipatahkan dengan melihat kasus Nietzsche, misalnya. Untuk menjadi filsuf akbar seperti dirinya, Nietzsche tak perlu hidup berpasangan. Ia hidup menyendiri, bahkan soliter sepanjang hidupnya, setelah gagal menjalin cinta dengan Lou Salome. Di sini, argumen Socrates pun runtuh.
Kaum yang memiliki pasangan pun tak akan mau kalah. Mereka akan berargumen semacam ini: Nietzsche memang menjadi filsuf besar. Tetapi, apakah kesendiriannya menyenangkan? Apakah kesoliterannya yang telah menghasilkan karya Die Geburt der Tragödie hingga Also sprach Zarathustra yang fenomenal, telah membuatnya bahagia?