Proses Truman Capote Menghasilkan Mahakarya In Cold Blood

Proses Truman Capote Menghasilkan Mahakarya In Cold Blood

Naviri Magazine - Memiliki satu karya besar tentu dibutuhkan energi berkali-kali lipat lebih besar. Sebuah mahakarya tidak bisa ditulis secara ceroboh dan lemah secara fondasi. Memang bisa saja—bahkan kerap kita temui di toko-toko buku—karya-karya ditulis dengan sepintas lalu, tanpa meninggalkan makna mendalam bagi para pembaca, sekadar bercerita tentang sesuatu yang di dunia ini sudah menjadi hal jamak.

Karya instan memang dibuat tanpa komposisi serumit karya yang bakal bertahan sepanjang masa. Penulis karya-karya instan pun tidak memerlukan proses godaan “ingin berhenti di tengah jalan” yang akan datang bertubi-tubi karena hadirnya kebuntuan dalam kepala.

Sosok Truman Capote adalah sebuah pembelajaran bagi penulis jika ingin memiliki ketahanan mental lebih keras dari baja sekalipun. Ia demikian concern dengan sesuatu, dan menelusuri sampai ke pelosok sekalipun, memuaskan rasa keingintahuan hingga sampai ke akar.

Capote punya sejumlah kunci penting yang dipegangnya sampai akhir hayat. Begitu benar bahwa manusia mati meninggalkan nama. Gajah dan harimau memang bisa diberi nama, tapi ketika mati, manusia tidak akan terlalu mengingatnya. Nama manusia ibarat folder dalam komputer, yang ketika diklik akan muncul ratusan bahkan ribuan dokumen di dalamnya. Segala hal yang terkait dengan nama itu. Karya-karyanya, perilakunya, kerabat, dan semuanya.

Capote menyadari bahwa dia bukan satu-satunya penulis hebat di Amerika. Maka demi mempertahankan eksistensi diri, kunci pertama yang dimilikinya adalah kedekatan dengan lingkungan sosial. Makhluk sosial akan butuh manusia lain di sampingnya. Butuh orang-orang untuk mengeluarkan isi kepala. Butuh orang-orang untuk mengisi kepalanya.

Seorang penulis adalah pembicara yang fasih, pendengar yang setia, pengamat yang jitu. Jangan kira ketika berada di dekat seorang penulis akan sama halnya dengan berada di dekat orang kebanyakan. Jangan kaget jika suatu hari Anda merasa, suatu kejadian yang pernah Anda alami masuk ke dalam sebuah buku.

Pasti karena Anda pernah menceritakan pada seorang penulis yang ternyata diam-diam mengamati Anda. Jika Anda berhadapan dengan orang yang lebih banyak porsi diamnya ketimbang bicara, mungkin dia seorang penulis yang sedang meriset Anda.

Kunci kedua adalah mudah tersentuh oleh kontroversi. Berita pembunuhan yang menarik perhatian Capote bukan berita di halaman depan dengan headline besar. Hanya berita kecil di halaman dalam, karena korbannya bukan orang terkenal.

Berita itu menggerakkannya untuk mendatangi petinggi FBI di Kansas, bersama Harper Lee. Juga menemui si tersangka pembunuh kejam, mengajaknya bicara demi mengetahui benarkah sosok laki-laki yang kalem itu melakukan tindakan yang tak masuk akal?

Kunci ketiga Capote adalah punya teman sesama penulis terkenal. In Cold Blood yang mengukuhkan nama Capote ke dalam jajaran penulis kondang Amerika, diawali melalui proses riset panjang bersama orang-orang terdekat yang juga sesama penulis. Pertama adalah Harper Lee, penulis peraih Pulitzer Prize lewat karya To Kill a Mockingbird. Kedua adalah pacar Capote sendiri, Jack Dunphy si penulis novel John Fury.

Punya teman satu profesi sangat baik di kala berhadapan dengan titik kebuntuan, titik jenuh, dan titik-titik lainnya. Tidak semua orang paham bagaimana tingkatan stres seorang penulis yang tengah melalui proses kreatif.

Kunci keempat yang dipegang Capote demi kesuksesan karyanya adalah mengasah kesabaran hingga mencapai tujuan. Empat tahun lamanya riset untuk penulisan In Cold Blood.

Mulai dari munculnya berita kasus pembunuhan keluarga Clutter hingga si tersangka menjalani hukuman gantung. Novel ini sebagian besar ditulis berdasar hasil pengamatan dan pembicaraan Capote dengan Perry, salah satu dari dua tersangka pembantaian.

Karya yang baik adalah mampu membuka pikiran pembacanya dari “kegelapan” atau sebutlah ketidaktahuan. Capote melakukan penetrasi pengetahuan melalui tokoh-tokoh novelnya.

In Cold Blood—menurut data Goodreads—telah diterjemahkan ke dalam 25 bahasa termasuk Indonesia, menunjukkan bahwa buku fenomenal ini memang layak dibaca banyak orang, dan Capote memang bukan seorang penulis biasa.

Related

Books 2098247427729374991

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item