Sering Tidak Punya Duit ternyata Berdampak Buruk bagi Kesehatan

 Sering Tidak Punya Duit ternyata Berdampak Buruk bagi Kesehatan

Naviri Magazine - Bokek alias tidak punya duit tentu bisa dialami siapa saja, dari anak-anak muda sampai orang-orang tua. Kondisi tidak punya duit bisa disebabkan oleh banyak penyebab, dari kiriman orang tua yang terlambat, karena dipecat dari pekerjaan, atau bisa pula karena sebab lain. Apa pun sebabnya, bokek atau tidak punya duit bisa membuat orang stres.

Tetapi dampak dari bokek atau kekurangan uang bukan hanya menjadi beban pikiran, bokek bisa meningkatkan penyakit jantung. Hal itu diungkapkan melalui penelitian berjudul Associations of Income Volatility With Incident Cardiovascular Disease and All-Cause Mortality in a US Cohort: 1990 to 2015.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Circulation ini mengumpulkan data dari hampir 4.000 orang selama 15 tahun, mulai dari mereka yang berusia 23 tahun hingga 35 tahun. Para peneliti meminta penghasilan mereka pada awal penelitian, dan juga menganalisis catatan medis mereka, terutama pada jantung dan kematian.

Selama masa penelitian, para peneliti menemukan orang-orang yang mengalami lebih banyak volatilitas atau penurunan pendapatan memiliki risiko dua kali mengalami masalah jantung, dan hampir dua kali lipat berisiko kematian dini. Hal ini dibandingkan dengan mereka yang pendapatannya lebih stabil.

Sebagian besar ketidakstabilan pendapatan dihasilkan dari periode pengangguran atau pemotongan gaji setelah berganti pekerjaan. Para peneliti juga berfokus pada orang-orang yang kehilangan 25 persen atau lebih dari pendapatan mereka.

Hasilnya, mereka yang mengalami volatilitas dan penurunan pendapatan dikaitkan dengan risiko masalah jantung yang lebih besar, seperti serangan jantung, stroke dan gagal jantung, serta kematian dini.

“Kami berasumsi bahwa penurunan pendapatan atau perubahan pendapatan mungkin tidak baik untuk kesehatan, mengingat ini dianggap sebagai peristiwa yang membuat stres. Tetapi kami terkejut dengan besarnya efek yang kami lihat, karena kami melihat populasi yang relatif muda. Ini adalah ukuran efek yang kuat,” kata Tali Elfassy, penulis penelitian.

Dilansir dari Time, penelitian sebelumnya menyatakan bahwa hubungan antara perubahan pendapatan dan peristiwa jantung disebabkan oleh stres yang dapat dipicu oleh perubahan pendapatan. Peristiwa stres dapat berkontribusi pada obesitas yang merupakan faktor risiko penyakit jantung, serta tekanan darah tinggi.

Memiliki status sosial ekonomi yang lebih rendah juga telah dikaitkan dengan kesehatan jantung yang lebih buruk, karena orang-orang dengan pendapatan rendah atau tidak stabil cenderung lebih banyak merokok, jarang berolahraga, dan lebih jarang mengunjungi dokter, yang semuanya dapat menambah risiko masalah jantung.

"Jelas, bahkan di antara populasi yang lebih muda, pendapatan sangat penting. Perubahan pendapatan bisa menjadi peristiwa besar dalam kehidupan. Mungkin kita berpikir bahwa orang tua rentan terhadap perubahan-perubahan ini, tetapi anak muda tentu juga rentan terhadap tekanan keuangan semacam ini,” jelas Elfassy.

Elfassy menyarankan agar dokter harus sesekali bertanya kepada pasien mereka tentang peristiwa besar kehidupan yang bisa menjadi sumber stres, termasuk perubahan status ekonomi. Sehingga mereka dapat merujuk untuk mencari konseling kesehatan mental.

Karena penghasilan sering tidak berada dalam kendali, fokus pada mengatasi stres bisa menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan jantung. Menemukan mekanisme hidup yang sehat seperti berolahraga atau berjalan-jalan rutin setiap hari, dapat membantu.

Related

Health 8722433281154735630

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item