Drama dan Film Korea yang Ternyata Diangkat dari Kisah Nyata

Drama dan Film Korea yang Ternyata Diangkat dari Kisah Nyata

Naviri Magazine - Saat menyaksikan film atau drama Korea Selatan, sering kali kita takjub dengan jalan ceritanya yang memukau atau tidak terduga. Kisah-kisah di dalamnya bisa sangat mengharukan, menyentuh, atau bahkan mengerikan. Selama ini mungkin kita mengira semua film dan drama itu dibuat berdasarkan imajinasi penulis skenarionya.

Ternyata, ada film dan drama Korea yang sebenarnya diangkat dari kisah nyata. Mirisnya, kisah nyata yang terjadi memang semengerikan seperti yang digambarkan dalam film atau drama. Berikut ini di antaranya.

Pembunuhan berantai Hwaseong

Pembunuhan berantai Hwaseong (dikenal di Korea sebagai hwaseong yeonswae sarin sageon) merupakan kasus pembunuhan berantai yang belum terpecahkan hingga sekarang. Pembunuhan berantai Hwaseong terjadi di kota Hwaseong, provinsi Gyeonggi, Korea Selatan, pada 15 September 1986 hingga 3 April 1991.

Selama periode waktu tersebut, ditemukan 10 korban yang semuanya wanita. Setiap korban wanita ditemukan terbunuh dan terikat, tercekik dan disumpal mulutnya. Korban yang ditemukan umurnya mulai dari empat belas tahun hingga tujuh puluh satu tahun.

Di Korea, undang-undang pembatasan kasus untuk pembunuhan berlaku hingga lima belas tahun. Sehingga pada 2 April 2006, kasus pembunuhan berantai Hwaseong telah kedaluwarsa.

Terdapat dua drama Korea yang berdasarkan kasus pembunuhan berantai Hwaseong, yaitu Gap-Dong dan Signal.

Gap-Dong

Pada drama Korea berjudul Gap-Dong, Iltan ditemukan terbunuh dengan brutal, kemudian ditemukan beberapa korban yang lain. Polisi setempat memberikan nama Gap-Dong sebagai pelaku pembunuhan berantai tersebut.

Detektif Yang meyakini bahwa Ha Il sik merupakan Gap Dong, tetapi Ha Il Sik kemudian bunuh diri untuk meyakinkan bahwa dirinya bukan Gap Dong.

Setelah kasus kedaluwarsa karena UU pembatasan kasus, Moo-yeom (anak Ha Il Sik) percaya bahwa Gap Dong telah meninggal. Akan tetapi pembunuhan berantai kembali muncul, dan memunculkan petunjuk baru tentang Gap Dong. Menyebabkan Moo-yeom berjanji akan menangkapnya sendiri.

Signal

Tidak seperti Gap-Dong yang seluruh jalan ceritanya terfokus pada pembunuhan berantai Hwaseong, Signal hanya menyisipkan pada salah satu episodenya saja.

Signal bercerita mengenai dua orang detektif, Detektif Lee dan Detektif Park, yang berhubungan melalui walkie talkie. Detektif Park dari masa sekarang (2015) membantu Detektif Lee (di tahun 1994), memecahkan kasus pembunuhan berantai.

Kasus kekerasan di Sekolah Inhwa

Kengerian di Sekolah Inhwa dimulai pada tahun 2000, dan pada Juni 2005 hal ini terungkap setelah salah satu anggota fakultas merasa muak harus berhubungan dengan pusat konseling untuk kekerasan seksual terhadap para penyandang cacat di Gwangju. Salah satu anggota fakultas ini kemudian melaporkan kepada polisi, dan jaksa lalu melakukan penyelidikan.

Melalui penyelidikan yang dilakukan, administrasi kepala sekolah, bernama Kim, 62, dituduh pada bulan November 2005, telah memperkosa atau melecehkan secara seksual enam siswa tunarungu berusia antara 7 dan 20 tahun.

Seorang guru bermarga Lee, 40, ditangkap pada waktu yang sama, dengan tuduhan serupa. Kim akhirnya dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman satu tahun penjara. Sedangkan Lee mendapat hukuman penjara dua tahun.

Pada Juni 2008, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Korea menyebut empat staf lebih ke polisi atas tuduhan serupa, termasuk kepala sekolah, yang juga bernama Kim, dan seorang guru bermarga Park, 63.

Berdasarkan cerita tersebut, sebuah film berjudul “Dogani” atau “The Crucible” dalam bahasa Inggris, telah mengejutkan pemirsa dengan penggambaran pelecehan seksual terhadap siswa penyandang cacat - dan bagaimana para guru pelaku kekerasan tersebut dapat lolos dari masalah tersebut.

Miryang Gang Rape

Miryang Gang Rape, atau Kasus Pemerkosaan di Miryang, merupakan kasus kriminal yang terjadi di Miryang, Korea Selatan, pada 2004. Sekitar 41 siswa SMA laki-laki memerkosa beberapa gadis SMP dan SMA, selama 11 bulan. Kasus ini memicu kontroversi, karena perlakuan polisi terhadap korban, dan penanganan lunak terhadap pelaku pemerkosaan.

Juni 2003, Choi (14 tahun pada waktu itu) mulai mengobrol dengan Park (17 tahun) di internet. Setelah sering kontak, Park meminta untuk bertemu dengannya pada Januari 2004, dan memanggilnya keluar untuk menemuinya di Milyang. Park memvideokan seluruh perkosaan pada camcorder dan ponselnya, dan mengancam Choi akan menyebarkannya di internet jika dia tidak mendengarkan mereka.

Menurut polisi, Choi diperkosa oleh tiga hingga 24 siswa SMA, dan sekitar 41 laki-laki berhubungan dengannya selama 11 bulan.

Kelompok ini kemudian memaksa Choi memanggil adiknya (berusia 12 tahun), dan sepupunya yang lebih tua (berusia 15 tahun), dan mereka memperkosanya juga.

Choi tidak mempunyai seseorang untuk dimintai bantuan. Orang tuanya telah bercerai dan dia tinggal dengan ayahnya yang merupakan pecandu alkohol, dan biasa memukulinya. Choi akhirnya berbalik untuk bunuh diri, untuk mengakhiri penderitaannya.

Berdasarkan kasus ini, dibuat sebuah film berjudul Hang Gong-ju pada 2013. Film ini menceritakan seorang gadis remaja bernama Han Gong, yang ditemani gurunya untuk mencari sekolah baru.

Related

Film 4009020253478114731

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item