Fakta-fakta Menarik dan Mencengangkan di Balik Alam Semesta

Fakta-fakta Menarik dan Mencengangkan di Balik Alam Semesta

Naviri Magazine - Kita tinggal di sebuah planet bernama bumi, dan bumi hanyalah debu di antara luasnya alam semesta. Seiring kemajuan zaman dan kecanggihan teknologi, manusia pun berusaha mencari asal usul bumi dan alam semesta yang mengelilinginya. Dari waktu ke waktu, pengetahuan manusia terkait alam semesta terus bertambah, dan berikut ini fakta-fakta mencengangkan terkait alam semesta.

Alam semesta bersuhu panas kala pertama tercipta 

Model yang paling banyak diterima ilmuwan seluruh dunia adalah model kosmos Big Bang. Suhu panas itu diketahui dari penemuan CMBR (cosmic microwave background radiation).

Seiring mengembang dan bertambah usianya, suhu alam semesta menjadi dingin dan masih terus mendingin hingga detik ini. Satu menit pertama usia alam semesta, suhunya kala itu diperkirakan sekitar 1 milyar Kelvin. 1 detik pertama usia alam semesta, suhunya kala itu diperkirakan sekitar 10 milyar Kelvin.

Benar-benar panas bagaikan api neraka. Sebagai perbandingan, usia alam semesta modern saat ini hanya 2.725 Kelvin. Jauh lebih dingin, kan?

Alam semesta semakin dingin seiring penuaan dirinya

Berdasarkan pemantauan galaksi yang terletak paling jauh dari yang bisa dipantau teknologi manusia saat ini, diketahui alam semesta ternyata mengembang dengan kecepatan eksponensial (semakin cepat dan cepat lagi).

Berdasarkan data ini, manusia yakin akhir hayat alam semesta kelak adalah Big Freeze, dimana semua energi yang tersisa di alam semesta akan habis. Diperkuat lagi dengan WMAP (Wilkinson Microwave Anisotropy Probe) yang mengukur secara akurat ukuran geometri dan kepadatan energi alam semesta.

Alam semesta memiliki diameter 150 milyar tahun cahaya

Angka tersebut bersifat relatif, dan masih berubah, mengingat alam semesta mengembang dengan kecepatan tinggi dan semakin tinggi. Namun, dengan memberikan angka kasar seperti itu, ilmuwan berharap publik lebih mudah memahami betapa luasnya alam semesta kita.
Alam semesta sudah berusia 13,7 milyar tahun

Mungkin Anda akan berpikir, akurat sekali angka itu, dan dari mana asal angka itu? Adalah tim WMAP yang berjasa mengumpulkan informasi yang diperlukan, guna menghasilkan angka tadi. Informasi itu berdasarkan pengukuran CMBR tadi.

Metode lebih kuno sebelum era WMAP juga terbukti hasilnya tidak jauh beda dengan WMAP; mereka mengukur kadar radioaktif nuclei di alam semesta, dengan cara mengamati kluster-kluster kuno yang diyakini berisi bintang-bintang tertua di alam semesta.

Bumi tidak rata, tapi alam semesta rata

Menurut Einstein, dalam teori relativitas umum, ada 3 kemungkinan bentuk alam semesta: open, close, dan flat. Sekali lagi, WMAP terbukti fenomenal. Dengan pengukuran CMBR, mereka berhasil mengungkapkan informasi monumental lainnya, memastikan bentuk alam semesta itu rata!

Jadi, tak ada istilah terompet alam semesta yang banyak disalahartikan sebagai bentuk alam semesta, padahal itu diagram perjalanan alam semesta (timeframe).

Gabungkan pengetahuan ini dengan keberadaan zat tak terlihat yang dikenal sebagai dark energy, maka akan menghasilkan informasi lain berupa Big Freeze, akhir dari nasib alam semesta kita kelak.

Struktur alam semesta

Ternyata, alam semesta tersusun dari banyak filamen, void, superkluster, grup galaksi, dan kluster. Gabungkan grup-grup galaksi dan kluster, maka lahirlah super kluster. Gabungkan beberapa super kluster, maka terbentuklah bagian kecil dari dinding alam semesta yang dinamakan filamen.

Nah, di sekitar dari semua komponen itu, ada bagian ruang angkasa kosong yang dinamakan void, dan kalau diukur pakai CMBR, suhunya lebih dingin.

Ada bagian besar alam semesta yang tak diketahui manusia

Manusia bisa melihat alam semesta berdasarkan variasi panjang gelombang spektrum elektromagnetik. Namun, dengan semua teknologi itu, ternyata masih ada bagian besar dari alam semesta yang tidak bisa diukur dengan gelombang spektrum yang dikenal manusia saat ini.

Hal ini bisa diketahui dari fenomena tertentu, seperti gravitasi lensing, distribusi suhu, kecepatan orbit, dan kecepatan rasio galaksi, dan semua komponen alam semesta di dalamnya yang menguatkan kecurigaan ilmuwan akan keberadaan bagian dari alam semesta yang belum bisa mereka pantau dengan gelombang spektrum yang kita miliki saat ini.

Ilmuwan menyebutnya sebagai dark matter. Adalah dark energy yang dipercaya ilmuwan sebagai penyebab kenapa alam semesta mengembang dengan kecepatan tinggi dan makin tinggi.

Tidak ada istilah pusat alam semesta

Masih ingat film Master of The Universe, di mana narasi pembukanya dikatakan "di pusat alam semesta terletak istana Greyskull"? Ternyata itu tidak benar. Bumi bukan pusat alam semesta. Bumi bahkan bukan pusat dari galaksinya sendiri.

Galaksi yang kita tempati bukan alam semesta itu sendiri. Jangan kaget, alam semesta tidak punya titik pusatnya. Setiap galaksi yang ada di dalam alam semesta bergerak menjauh satu sama lain.

Ironisnya, untuk mempelajari alam semesta, manusia harus mempelajari struktur yang lebih kecil dari atom

Itulah sebabnya manusia menciptakan mesin Collider. Mencari Tuhan di dalam atom. Inilah cawan suci ilmuwan modern saat ini. Cawan yang diperebutkan semua ilmuwan yang berlomba menemukannya, karena siapa pun yang bisa menemukan rahasia atom, maka dia sudah menemukan Tuhan. Mencari jawaban apa yang sebenarnya terjadi sebelum Big Bang itu sendiri.

Ternyata, semakin mundur ke belakang, ilmuwan mendapati alam semesta semakin kecil, semakin panas, semakin padat, semakin ekstrem energinya. Semua itu merupakan pengambaran ilmu partikel physic yang nyata, yang bisa dilihat dengan mata manusia, dengan bantuan teknologi tentu saja, yaitu mempelajari atom dan bagian yang lebih kecil darinya.

Related

Science 6113329414912813571

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item