Bagaimana Ketidaktahuan Menyebar Menjadi Pengetahuan (Bagian 2)

Bagaimana Ketidaktahuan Menyebar Menjadi Pengetahuan

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Bagaimana Ketidaktahuan Menyebar Menjadi Pengetahuan - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Masih menggunakan contoh perusahaan tembakau, Proctor merujuk kajian-kajian mengenai keterkaitan zat pembawa kanker dalam tembakau yang ditemukan setelah melalui pengujian pada tikus. Para perusahaan tembakau, menurut Proctor, menanggapinya dengan mengatakan bahwa hasil dalam uji coba pada tikus tidak menunjukkan manusia juga akan mengalami hal yang sama.

Kebodohan di era yang baru

“Kita hidup di dunia dengan kebodohan yang radikal, dan ajaibnya kebenaran dalam wujud apa pun lewat begitu saja di tengah kebisingan. Sehingga meskipun pengetahuan ‘dapat diakses’, bukan berarti itu ‘diakses’,” kata Proctor.

Melalui pengamatannya, Proctor mengatakan pengetahuan khalayak masa kini, khususnya untuk pertanyaan politik dan filosofi asing, publik mendapatkannya dari keyakinan atau tradisi atau propaganda.

Proctor menemukan bahwa ketidaktahuan menyebar ketika awalnya banyak orang tidak memahami konsep atau fakta. Selanjutnya, manakala kelompok-kelompok dengan kepentingan, seperti perusahaan periklanan atau kelompok politik, bekerja keras menciptakan kebingungan mengenai sebuah isu.

Soal ketidaktahuan tentang tembakau dan perubahan iklim, masyarakat yang buta sains mungkin lebih menerima taktik yang digunakan pihak-pihak yang ingin mengaburkan kebenaran.

Ambil contoh perubahan iklim. “Peperangannya bukan hanya soal keberadaan perubahan iklim, tapi juga tentang apakah Tuhan menciptakan Bumi untuk dieksploitasi manusia, apakah pemerintah berhak mengatur industri, apakah kaum pembela lingkungan harus diberdayakan, dan seterusnya. Ini bukan melulu soal fakta-fakta, melainkan apa yang dibayangkan mengalir dari dan ke fakta-fakta tersebut, kata Proctor.

Menentukan sikap sendiri

Akademisi lain yang mempelajari ketidaktahuan ialah David Dunning dari Universitas Cornell. Dunning memperingatkan bahwa internet membantu mengobarkan ketidaktahuan. Di situlah tempat semua orang punya peluang menjadi ahli secara otodidak sehingga mereka menjadi sasaran kepentingan kuat yang ingin menyebarkan ketidaktahuan secara sengaja.

“Walau ada sejumlah orang mendapat keuntungan dengan informasi-informasi yang tinggal diklik, banyak lainnya yang dituntun ke arah keahlian yang salah. Kekhawatiran saya adalah kita kehilangan kemampuan menentukan sikap sendiri, namun hal itu menjadi terlalu mudah dilakukan. Kita sebaiknya lebih banyak berkonsultasi dengan orang lain. Orang lain memang juga tidak sempurna, namun kerap opini mereka menuju perbaikan ketidaksempurnaan kita. Begitu pula sebaliknya, ketidaksempurnaan kita membantu memperbaiki kesalahan orang lain,” kata Dunning.

Baik Dunning maupun Proctor memperingatkan bahwa penyebaran ketidaktahuan secara sengaja gencar dilakukan pada masa pemilihan calon presiden Amerika Serikat.

“Donald Trump adalah contoh terkini yang paling jelas di AS. Dia mengusulkan solusi-solusi mudah ke pengikutnya yang sebenarnya tidak bisa dilakukan atau tidak konstitusional,” kata Dunning.

Jadi, walaupun agnotologi bermula pada masa kejayaan industri tembakau puluhan tahun lalu, kebutuhan akan kajian yang mempelajari ketidaktahuan manusia justru sangat diperlukan pada masa sekarang.

Related

Science 9204922778077230011

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item