Duh, Indonesia Menjadi Negara dengan Utang Terbesar Nomor 2

Duh, Indonesia Menjadi Negara dengan Utang Terbesar Nomor 2

Naviri Magazine - Utang pemerintah per Juni 2019 tercatat Rp4.601 triliun. Kalau seluruh nolnya ditulis  adalah 4.601.000.000.000.000. Rasio utang terhadap PDB mencapai 29,5%. Saban tahun utang Indonesia selalu bertambah.

Cukup banyak sumber utang Indonesia. Paling anyar adalah Asian Infrastructure Invesment Bank atau AIIB. Ini adalah lembaga keuangan yang dipelopori China. Di lembaga ini, Indonesia dinobatkan sebagai negara pengutang terbesar nomor dua. Total utang Indonesia tercatat US$950 juta atau setara Rp13,48 triliun. Negara pengutang terbesar di AIIB adalah India.

Tambahan utang pemerintah di era Jokowi sungguh meroket. Apabila dibandingkan dengan pemerintah sebelumnya, di era Susilo Bambang Yudhoyono, Joko Widodo jelas juara.

Pada periode pertama Presiden SBY (2005-2009), tambahan utang pemerintah hanya Rp291 triliun. Sedangkan periode Jokowi (2015-2019), tambahan utang pemerintah pusat meroket Rp1.995 triliun. Data untuk tahun 2019 yang digunakan baru data hingga Juli 2019. Dipastikan sampai akhir tahun 2019, tambahan utang di periode pertama Jokowi akan semakin menggelembung.

Tak sulit bagi Indonesia untuk menggali lubang. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, adalah menteri berjuluk “pencetak utang”. Julukan itu diberikan Prabowo Subianto.

"Kalau menurut saya, jangan disebut lagi, lah, ada menteri keuangan, mungkin menteri pencetak utang. Bangga untuk utang, yang suruh bayar orang lain," ujar Prabowo, pada Januari silam.

Ekonom Rizal Ramli memberikan julukan berbeda. Menurutnya, Menteri Sri paling tepat diberi julukan “menteri terbalik” untuk menandingi menteri terbaik. Julukan ini diberikan kepada Sri, karena ia dianggap paling dermawan kepada kreditor.

Bunga utang negara yang diberikan Sri kepada kreditor lebih tinggi dibandingkan negara-negara yang rating ekonominya lebih rendah dari Indonesia. Dengan Vietnam dan Filipina, misalnya, Indonesia membanyar bunga 3% lebih tinggi.

Wajar saja jika bondholders atau kreditor utang Indonesia senang dengan Sri. Di sisi lain, sudah barang tentu rakyat Indonesia harus membayar beban tambahan bunga ratusan triliun. “Tragedi sekaligus kriminal,” tuding ekonom senior Rizal Ramli.

Rizal tak asal tuding. Ia mengungkap data utang bond pemerintah saat Sri menjabat Menkeu, di era pemerintahan Jokowi dan era pemerintahan SBY. Pada saat menjadi Menkeu era SBY (2006-2010), Sri menerbitkan utang bond sebesar Rp454,9 triliun. Rinciannya, Fixed Coupon sebesar Rp281,8 triliun, Variable Coupon Rp25,6 triliun, Fixed Coupon (Islamic) Rp25,7 triliun, dan Fixed Coupon (non tradable) Rp121,7 triliun. Kala itu, yield yang dipasang kemahalan, sehingga beban bunga yang harus ditanggung rakyat sebesar Rp199,7 triliun.

Lalu, pada saat pemerintahan Jokowi (2016-2019), Sri menerbitkan utang bond Rp790,7 triliun. Masing-masing Fixed Coupon sebesar Rp461 triliun, Zero Coupon Rp49,1 triliun, Zero Coupon (Islamic) Rp22,1 triliun, Fixed Coupon (Islamic) Rp240,9 triliun, Variabel Coupon (non tradeble) Rp10,7 triliun, dan Fixed Coupon (non tradeble) sebesar Rp7 triliun. Utang juga diterbitkan dengan yield kemahalan, sehingga menambah beban rakyat Rp118 triliun.

Menurut Rizal, total keuntungan yang dinikmati kreditor tapi rugikan rakyat adalah Rp317,7 trilliun. Jumlah ini tidak kecil. Beda tipis dengan anggaran biaya untuk pindah ibu kota.

Hal yang berbeda ketika Menkeu dijabat Agus Martowardojo dan Bambang Brodjonegoro. Keduanya memberikan yield utang lebih rendah dari negara-negara yang ratingnya lebih rendah dari Indonesia.

Ketika meminjam dengan menerbitkan bonds, Agus maupun Bambang sangat proper (correct) dengan selalu memberikan yield utang lebih rendah dari negara-negara yang ratingnya lebih rendah dari Indonesia, seperti Thailand dan Filipina.

Related

News 997042229773200115

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item