Membongkar Kebohongan-kebohongan Terbesar dalam Sejarah

Membongkar Kebohongan-kebohongan Terbesar dalam Sejarah

Naviri Magazine - Peristiwa runtuhnya dua menara World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001, hingga kini masih diyakini sebagian besar orang, dilakukan oleh kelompok teroris Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden. Demikian pula informasi dan propaganda melalui media massa yang disebarkan oleh pemerintah Amerika Serikat, terutama George W. Bush, yang menjadi presiden kala itu.

Padahal, otak di balik peristiwa yang kemudian menjadi alasan Amerika untuk menginvasi Irak dan Afganistan sekaligus mengkampanyekan perang melawan teror ke seluruh penjuru dunia tersebut adalah pemerintah Amerika sendiri dengan badan intelejennya (CIA) serta Mossad, lembaga intelejen Israel.

Demikian kesimpulan dari buku berjudul Kebohongan Sejarah yang Menggemparkan ini. Sebuah kesimpulan yang bukan membabi-buta atau sekadar berangkat dari kecurigaan berbumbu teori konspirasi yang miskin bukti, namun dari setumpuk data dan referensi yang disuguhkan para ahli.

Sebut saja misalnya mantan presiden Republik Italia, Fransesco Cossiga, sutradara internasional, Constantine Costa-Gavras, penulis Prancis, Thierry Meyssan, anggota Dewan Rakyat Britania Raya (House of Commons), dan mantan Menteri Lingkungan Hidup Inggris, Michael Meacher, hingga sebuah buku yang ditulis oleh 28 ilmuwan, pemikir, serta profesor terkemuka.

Semua tokoh tersebut secara lugas membongkar kejanggalan-kejanggalan yang menghiasi peristiwa runtuhnya gedung WTC dan penyerangan terhadap markas besar Pentagon. Semua yang dipaparkan sangat masuk akal dan logis, sehingga seharusnya mampu menjawab keraguan beberapa kalangan, sekaligus membungkam para penyebar informasi penuh kebohongan tersebut. 

Di sisi lain, apa yang dilakukan Amerika beserta sekutunya dengan mengobarkan perang ke negara-negara lain dan menjadikan peristiwa tersebut sebagai sarana propaganda untuk memantik Islamofobia ke segenap penjuru dunia, semakin menegaskan absurditas dari demokrasi yang selama ini mereka gembar-gemborkan.

Invasi ke negara-negara Timur Tengah seperti Irak, Afganistan, dan Libya, dengan menggulingkan para pemimpin yang sah serta mensponsori pemberontakan yang melahirkan perang saudara berkepanjangan hingga menelan jutaan korban jiwa, tidak selaras dengan isu Hak Asasi Manusia (HAM) yang selalu dikampanyekan ke seluruh dunia.

Sedangkan sebagian kaum intelektual, cendekiawan, serta akademisi, lebih memilih sikap menutup mata atas realitas tersebut. Sebagian lagi bahkan menjadi pelayan bagi kepentingan militer Amerika, dengan memproduksi sejumlah pemikiran dan wacana yang berguna bagi kelancaran operasi militer negara tersebut. 

Selain peristiwa 9/11/2001 dan isu demoktrasi serta HAM, banyak kebohongan lain yang telah kadung menjadi sebuah keyakinan bagi kebanyakan orang, dibongkar oleh Majdi Husain Kamil, penulis buku ini. Salah satunya kebohongan teori kosmogini atau penciptaan alam semesta, dengan tokoh utamanya Charles Robert Darwin atau dikenal teori Darwin.

Berdasarkan buku karyanya; The Origin of Species dan The Descent of Man, Darwin berhipotesis bahwa wujud alam semesta berdiri tegak tanpa campur tangan Sang Pencipta, dan sejatinya manusia berevolusi dari spesies kera yang menjadi induk bagi kemunculan serangkaian konfigurasi ras bangsa manusia.

Kaum agamawan, dengan keyakinan mereka atas Tuhan dan agama, tentu seketika menolak keras teori tersebut. Namun kalangan ilmuwan dan akademisi di Barat, selama beberapa dasawarsa tidak sedikit yang mengamini begitu saja apa yang diutarakan oleh Darwin tersebut. Bahkan dianggap sebagai sebuah revolusi ilmiah par excellence. Tidak mengherankan jika Darwinisme sempat mewabah, dan meragukannya dianggap sebagai sikap yang tidak ilmiah.

Namun keperkasaan teori evolusi runtuh ketika sekelompok ilmuwan dari University of Oxford, Inggris, melakukan penelitian dalam bidang biologi molekuler dengan menggunakan metode-metode modern untuk mengetahui jumlah kromosom dan kualitas zat yang dihasilkan sel-sel seluruh fosil terhadap kerja darah.

Hasilnya, mereka mendapati tidak ada perbedaan antara manusia Jawa, Madagaskar, Afrika, Pegunungan Alpen, dengan manusia modern yang hidup pada masa kontemporer saat ini. Penemuan tersebut merupakan sebuah pukulan telak yang meluluhlantakkan pilar-pilar teori evolusi ala Darwin.

Keberadaan buku setebal lima ratus empat belas halaman ini, menurut pengakuan penulisnya, ditulis sebagai konklusi studi investigatif ekstensif terhadap dokumen-dokumen sejarah, guna menelisik kebohongan-kebohongan terbesar yang ditawarkan dokumen-dokumen tersebut sepanjang waktu, sehingga kemudian diterima sebagai fakta-fakta aksiomatik. Padahal, semuanya hanyalah kebohongan. 

Tujuannya, selain menghadirkan fakta-fakta dan kebenaran, tentu juga sebagai upaya untuk mengubah cara pandang pembaca atas berbagai catatan sejarah dan isu aktual yang selama ini kadung dianggap sebagai kebenaran yang faktual, padahal hanya hasil skenario sekelompok orang yang berusaha menciptakan dan memanipulasinya.

Ikhtiar dan kerja keras penulisnya patut diapresiasi, mengingat sangat jarang orang yang menyadari bahwa kedustaan demi kedustaan dalam penulisan sejarah dunia telah berlangsung sangat lama, dan dijalankan secara sistematis. Riset yang dilakukan penulis dilandasi semangat untuk meruntuhkan kebohongan tersebut.

Related

Insight 3512522584052489955

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item