Milenial adalah Generasi Paling Kesepian karena Tak Punya Teman

Milenial adalah Generasi Paling Kesepian karena Tak Punya Teman

Naviri Magazine - Dalam hal pertemanan, manusia bersikap seperti pemimpi. Kita cenderung mengagumi orang yang tidak peduli sama kita. Sementara kita malas ngobrol dengan orang yang keseringan menghubungi, padahal akrab saja tidak. Di dunia yang didominasi media sosial, mana yang teman dan bukan semakin sulit ditentukan.

Sebuah studi YouGov mendapati temuan menarik. Rasa kesepian kaum milenial dan Gen Z di berada di tingkat tertinggi sepanjang masa; seperempat milenial mengaku sama sekali tidak punya teman. Menurut hasil studi tersebut, sekitar 30 persen milenial tidak memiliki sahabat karib.

Kesimpulan statistik tersebut agak menyedihkan. Namun, penelitian lain mendapati bahwa seiring bertambahnya usia, sepertiga dari kita pada akhirnya akan berpisah dari sahabat.

Mungkinkah kalau kita melupakan gagasan teman akrab itu penting, efeknya pada kesehatan mental jauh lebih positif? Lagi pula, bukankah mengandalkan satu orang hanya membatasi gerak kita di saat media sosial memungkinkan kita berteman dengan siapapun—walaupun medsos bisa menyebabkan kecemasan dan depresi? Apa benar punya ratusan teman (lewat medsos) tidak ada dampak positifnya?

"Punya banyak teman bisa berdampak positif, tergantung bagaimana kamu mempertahankan pertemananmu," kata Gurpreet Singh, konselor di Relate, organisasi nirlaba yang menyediakan jasa konseling hubungan di Britania Raya.

Berusaha memisahkan hubungan berkualitas kita dari teman-teman Facebook dan “kenalan” dapat menghalangi dampak positif tersebut.

"Sebagai makhluk sosial, kita seharusnya selalu saling terhubung," lanjutnya, "dan tentunya, memiliki banyak teman bisa menjadi hal yang baik. Kekurangannya, kalau kamu punya terlalu banyak teman—bagaimana kamu bisa mempertahankan hubungan berkualitas?"

Milenial adalah Generasi Paling Kesepian karena Tak Punya Teman

Mengukur kualitas pertemanan tidak mudah, terutama ketika jumlah like, follow dan pertemuan singkat dinilai lebih penting bagi anak muda. Lagi pula, sifat dasar hubungan sosial telah berubah drastis 10 tahun terakhir.

Memiliki seorang sahabat dan banyak kelompok teman sangat mungkin diakukan, tetapi bukankah aneh bila kalian menggolongkan teman sendiri ke kategori tertentu? Memprioritaskan orang yang sudah lama dikenal terdengar seperti sesuatu yang biasa saja, padahal tindakan ini bisa dibilang cukup kuno.

Kita jadi kehilangan kesempatan untuk belajar dari orang baru, dan mengalami hal-hal dengan cara yang sama. ‘Nempel’ ke satu orang saja, seakan-akan kamu berutang budi pada mereka, dipastikan bisa membuatmu mundur secara jangka panjang.

Penting bagi kita menggantungkan pertemanan ke seseorang saat beranjak dewasa, tapi tak ada salahnya jika berpisah untuk menjalani kehidupan masing-masing suatu saat nanti. Mereka akan tetap menjadi bagian penting dalam hidupmu, meski kamu dan sahabat tak lagi sejalan.

Related

Psychology 305628196233671825

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item