Biografi Bunda Teresa, Wanita Berhati Mulia dari Kalkuta (Bagian 2)

Biografi Bunda Teresa, Wanita Berhati Mulia dari Kalkuta

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Biografi Bunda Teresa, Wanita Berhati Mulia dari Kalkuta - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Kongregasi ini dimulai dengan 13 anggota di Kalkuta, kini telah lebih dari 4.000 suster menjalankan panti asuhan, rumah bagi penderita AIDS, dan pusat amal di seluruh dunia, dan merawat para pengungsi, pecandu alkohol, orang buta, cacat, tua, orang miskin dan tunawisma, korban banjir, dan wabah kelaparan.

Pada 1952, Bunda Teresa membuka Home for the Dying pertama, di atas lahan yang disediakan oleh kota Kalkuta. Dengan bantuan pejabat India, ia mengubah sebuah kuil Hindu yang ditinggalkan menjadi Kalighat Home for the Dying, sebuah rumah sakit gratis untuk orang miskin.

Mereka yang dibawa ke rumah tersebut menerima perhatian medis, dan diberi kesempatan untuk meninggal dalam kemuliaan, menurut ritual keyakinan mereka; Muslim membaca Al-Quran, Hindu menerima air dari sungai Gangga, dan Katolik menerima Ritus Terakhir.

"Sebuah kematian yang indah," katanya, "adalah untuk orang-orang yang hidup seperti binatang, mati seperti malaikat - dicintai dan diinginkan."

Bunda Teresa menyediakan tempat tinggal untuk mereka yang menderita penyakit Hansen, umumnya dikenal sebagai kusta, dan menyebut tempat ini sebagai Shanti Nagar (Kota Kedamaian). Para Misionaris Cinta Kasih juga mendirikan beberapa klinik kusta yang terjangkau di seluruh Kalkuta, menyediakan obat-obatan, perban, dan makanan.

Bunda Teresa merasa perlu untuk membuat rumah bagi anak-anak yang hilang. Pada tahun 1955, ia membuka Nirmala Shisu Bhavan, sebagai perlindungan bagi yatim piatu dan remaja tunawisma.

Pada 1960-an, ordo ini telah membuka penampungan, panti asuhan, dan rumah lepra di seluruh India. Bunda Teresa kemudian memperluas ordo di seluruh dunia. Rumah pertama di luar India dibuka di Venezuela pada 1965, dengan lima suster.

Selanjutnya di Roma, Tanzania, dan Austria, pada 1968, dan selama tahun 1970 ordo ini membuka rumah dan yayasan di puluhan negara, baik di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Serikat. Pada 2007, Misionaris Cinta Kasih berjumlah kurang lebih 450 bruder dan 5.000 biarawati di seluruh dunia, menjalankan 600 misi, sekolah, dan tempat penampungan di 120 negara.

Badan amal internasional

Pada 1982, saat puncak Pengepungan Beirut, Bunda Teresa menyelamatkan 37 anak yang terjebak di garis depan sebuah rumah sakit, dengan menengahi sebuah gencatan senjata sementara antara tentara Israel dan gerilyawan Palestina. Ditemani para pekerja Palang Merah, ia melakukan perjalanan melalui zona perang ke rumah sakit yang hancur untuk mengevakuasi para pasien muda.

Ketika Eropa Timur mengalami peningkatan keterbukaan di akhir 1980-an, ia memperluas usahanya untuk negara-negara komunis yang sebelumnya menolak Misionaris Cinta Kasih, dan memulai puluhan proyek. Ia tidak terpengaruh dengan kritik terhadap pendiriannya dalam melawan aborsi dan perceraian, serta menyatakan, "Tidak peduli orang-orang mengatakan apa, Anda harus menerimanya dengan tersenyum, dan melakukan pekerjaan anda sendiri."

Ia mengunjungi Republik Sosialis Soviet Armenia setelah gempa bumi Spitak pada 1988, dan bertemu dengan Nikolai Ryzhkov, Ketua Dewan Menteri.

Bunda Teresa bepergian untuk membantu dan melayani penderita kelaparan di Ethiopia, korban radiasi di Chernobyl, dan korban gempa di Armenia. Pada 1991, Bunda Teresa kembali untuk pertama kalinya ke tanah airnya, dan membuka rumah Misionaris Cinta Kasih Bruder di Tirana, Albania.

Pada 1996, ia menjalankan 517 misi di lebih dari 100 negara. Selama bertahun-tahun, Bunda Teresa mengembangkan Misionaris Cinta Kasih untuk melayani "termiskin dari yang miskin" di 450 pusat di seluruh dunia. Rumah Misionaris Cinta Kasih pertama yang ada di Amerika Serikat didirikan di South Bronx, New York. Pada 1984, ordo ini menjalankan 19 organisasi di seluruh negara.

Penurunan kesehatan dan kematian

Bunda Teresa menderita serangan jantung ketika di Roma, pada 1983, saat mengunjungi Paus Yohanes Paulus II. Setelah serangan kedua pada 1989, ia menerima alat pacu jantung buatan. Pada 1991, setelah berjuang melawan pneumonia saat di Meksiko, ia menderita masalah jantung lebih lanjut.

Ia menawarkan untuk mengundurkan diri dari posisinya sebagai kepala Misionaris Cinta Kasih, tetapi para biarawati ordo, dalam sebuah pemungutan suara yang rahasia, memilihnya untuk tetap menjabat. Bunda Teresa sepakat untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai kepala ordo.

Pada April 1996, Bunda Teresa jatuh dan mematahkan tulang selangkanya. Pada Agustus, ia menderita malaria dan gagal jantung di ventrikel kiri. Ia menjalani operasi jantung, tapi sudah jelas bahwa kesehatannya menurun. Ia dirawat di sebuah rumah sakit di California, dan hal ini menghasilkan beberapa kritik.

Uskup Agung Calcutta, Henry Sebastian D'Souza, mengatakan, ia memerintahkan seorang pendeta untuk melakukan eksorsisme kepada Bunda Teresa atas izinnya, saat ia pertama kali dirawat di rumah sakit dengan masalah jantung, karena ia pikir mungkin ia diserang oleh iblis.

Pada 13 Maret 1997, dia turun dari jabatannya sebagai kepala Misionaris Cinta Kasih. Ia meninggal pada 5 September 1997.

Pada saat kematiannya, Misionaris Cinta Kasih telah memiliki lebih dari 4.000 suster dan persaudaraan, dengan 300 anggota yang menjalankan 610 misi di 123 negara. Ini termasuk penampungan dan rumah bagi penderita HIV/AIDS, kusta dan TBC, dapur umum, program konseling anak-anak dan keluarga, pembantu pribadi, panti asuhan, dan sekolah.

Misionaris Cinta Kasih juga dibantu oleh wakil pekerja yang berjumlah lebih dari 1 juta pada tahun 1990-an.

Bunda Teresa dibaringkan dalam ketenanga di Gereja St. Thomas, Kolkata, selama satu minggu sebelum pemakamannya pada September 1997. Ia diberi pemakaman kenegaraan oleh pemerintah India, dalam rasa syukur atas jasanya kepada kaum miskin dari semua agama di India.

Kematiannya ditangisi oleh masyarakat sekuler dan religius. Nawaz Sharif, Perdana Menteri Pakistan, mengatakan bahwa Bunda Teresa adalah "seorang individu langka dan unik yang tinggal lama untuk tujuan yang lebih tinggi. Pengabdian seumur hidupnya untuk merawat orang miskin, orang sakit, dan kurang beruntung, merupakan salah satu contoh pelayanan tertinggi untuk umat manusia."

Mantan Sekretaris Jenderal PBB, Javier Perez de Cuellar, mengatakan, "Ia adalah Pemersatu Bangsa. Ia adalah perdamaian di dunia ini".

Related

Inspiration 2816040769981358061

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item