Misteri Otak Remaja yang Sering Membingungkan Orang Dewasa

Misteri Otak Remaja yang Sering Membingungkan Orang Dewasa

Naviri Magazine - Masa remaja adalah masa yang paling indah. Tak ada beban, iuran yang harus dibayar, dan semua terasa mudah. Oleh karena itu, kebanyakan remaja tampak selalu ceria dan bersemangat. Namun, terkadang ada pula yang bersikap membangkang melawan orang tua dan guru.

Bagi kebanyakan orang, perilaku khas remaja identik dengan moody atau tempramental, impulsif, nekat, dan cenderung lebih 'patuh' pada tekanan teman sebaya.

Masa remaja juga merupakan periode kehidupan yang penuh stereotip, seperti malas dan tidak bertanggung jawab. Memang ada beberapa yang benar, tetapi tidak sedikit pula yang terlalu dilebih-lebihkan.

Orang-orang dewasa sering mengeluh dan merasa tidak dapat memahami remaja. Sebaliknya, para remaja juga tak peduli tidak bisa membuat orang dewasa memahami mereka.

Selama bertahun-tahun, kita beranggapan bahwa perkembangan otak terjadi selama masa kanak-kanak. Namun, seperti dikutip dari situs National Public Radio (NPR), dalam dua dekade terakhir ini, para peneliti telah mengonfirmasi bahwa otak masih melanjutkan perkembangannya, saat manusia memasuki masa remaja.

Sifat membangkang dan kurang patuh yang sering diperlihatkan remaja, menurut peneliti, terjadi karena perubahan yang terjadi pada otak mereka.

"Kita selalu berasumsi bahwa otak tidak banyak mengalami perubahan setelah masa kanak-kanak," ungkap Sarah-Jayne Blakemore, seorang profesor neurosains kognitif di University College London.

Dia menambahkan bahwa hal tersebut tidak benar.

Sementara itu, menurut Lucy Foulkes, seorang dosen psikologi pendidikan dari University of York, dalam artikel yang dipublikasikan oleh Independent, menjelaskan bahwa cara mengetahui apa yang ada dalam pikiran dan kapan bertindak itu sangat variatif.

Sebagian besar penelitian tentang remaja fokus pada remaja secara umum atau rata-rata; rata-rata apa yang terjadi pada otak remaja, atau bagaimana rata-rata para remaja berperilaku dan merasakan.

Tentu saja, cara ini memiliki keuntungan secara statistik. Jika mereka mengukur hasil penelitian dari banyak peserta, maka para peneliti mungkin dapat mendeteksi efek yang sebenarnya. Namun, perlu diketahui bahwa temuan tersebut tak berlaku secara umum.

Foulkes mengatakan, dalam penelitian terbaru yang dilakukannya bersama Sarah-Jayne Blakemore, mereka berpendapat bahwa anggapan itu harus diubah. Penelitian otak remaja harus lebih memperhatikan variasi penting dalam dinamika remaja, atau yang disebut dengan perbedaan individu.

Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa genetika, nutrisi, pola asuh dan kelainan mental, telah memengaruhi perkembangan otak dan perilaku remaja.

Namun, penelitian terbaru yang hasilnya dipublikasikan di dalam jurnal Nature Neuroscience ini, Foulkes dan Blakemore menunjukkan bahwa ada tiga faktor lain yang juga mungkin memengaruhi perkembangan otak, yaitu status sosial ekonomi, hubungan dengan teman-teman dan budaya.

Status sosial ekonomi merupakan ukuran kedudukan sosial dan ekonomi seseorang dalam masyarakat yang sering diukur oleh tingkat pendidikan dan pendapatan orang tua mereka secara keseluruhan.

Kendati sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa otak berkembang secara berbeda di antara para remaja, tergantung pada status sosial ekonomi, tetapi para ilmuwan mengatakan masih harus ada penelitian lebih jauh mengenai hal tersebut.

Selain itu, teman sekelas atau sebaya dapat memengaruhi aktivitas otak, misalnya remaja yang sering membangkang akan menunjukkan pola aktivasi otak yang berbeda untuk informasi sosial tertentu. Otak mereka tampak lebih sensitif karena memiliki pengalaman ditinggalkan.

Lalu, lewat cara yang sama, seseorang yang memiliki banyak teman dan disukai oleh teman-teman, juga memengaruhi aktivasi otak. Hal tersebut bisa membuat mereka lebih kuat dan tangguh untuk mengatasi tekanan mental.

Para remaja tumbuh dalam budaya yang sangat berbeda di seluruh dunia, yang memengaruhi banyak aspek kehidupan mereka.

Para ilmuwan telah melakukan penelitian tentang bagaimana hal ini dapat memengaruhi perbedaan dalam otak remaja. Orang dewasa dari budaya yang berbeda menunjukkan aktivitas dan struktur otak yang berbeda juga.

Memahami bahwa semua remaja berbeda, memiliki implikasi yang sangat penting untuk hal-hal seperti pendidikan, atau periklanan.

Semakin cepat kita memahami perbedaan antar para remaja, semakin cepat kita dapat mengintegrasikan informasi tersebut ke sekolah dan kebijakan edukasi. Hal ini penting, ungkap Foulkes, karena bagaimanapun tidak ada remaja rata-rata atau remaja pada umumnya.

Related

Science 7729797452451219655

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item