Hasil Studi: Orang Menikah Lebih Rawan Terkena Gangguan Jiwa

Hasil Studi: Orang Menikah Lebih Rawan Terkena Gangguan Jiwa

Naviri Magazine - Bisa jadi, istilah jomblo bahagia benar adanya. Sebab, walau sering jadi sasaran pertanyaan “kapan kawin?”, nyatanya kesehatan mental para lajang terbilang lebih baik dibandingkan penyandang status menikah atau cerai.

Persentase jomblo dengan gejala gangguan jiwa, baik perempuan maupun laki-laki, paling rendah dibandingkan persentase pengidap gejala gangguan jiwa dari kelompok sudah menikah dan cerai.

Persentase gejala gangguan jiwa pun meningkat sejalan status perkawinan. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) (2018), persentase laki-laki dengan gejala gangguan jiwa berstatus menikah, cerai hidup, dan cerai mati terus menanjak dari kisaran 2 persen hingga 6 persen. Pola yang sama juga terjadi di kelompok perempuan--walaupun lebih rendah sepersekian persen.

Adapun ancaman gangguan jiwa untuk laki-laki dan perempuan tidak berbeda jauh. Jumlah pengidap gangguan jiwa laki-laki sedikit lebih banyak dibandingkan perempuan. Sebaliknya, perempuan mendominasi kategori penderita gejala gangguan jiwa.

Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa menikah seharusnya membuat seseorang hidup lebih baik secara fisik, psikis, maupun finansial. Penelitian Institute of Labors Economics (IZA) (2005) menyebutkan, menikah memberikan efek proteksi atau saling menjaga antar pasangan, baik dari segi fisik dan psikis.

Dalam penelitian lain, terungkap aspek psikis dan finansial menjadi faktor kestabilan pernikahan. Tidak hanya itu, ada hubungan kuat antara kekecewaan dalam pernikahan dan gangguan mental. Perlu ada edukasi mengenai pentingnya kesehatan mental pasca-perkawinan.

Penelitian-penelitian tersebut juga mengingatkan pentingnya kesiapan menikah. Terutama dari aspek psikis dan finansial.

Pemeriksaan psikis pra-nikah dan kesadaran untuk saling jaga kesehatan mental pasangan adalah bekal menghadapi kompleksitas persoalan rumah tangga. Selain itu, kesiapan secara ekonomi umumnya bisa menghadirkan rasa aman.

Potensi tindakan menyimpang pasca-perkawinan, seperti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)—yang dipicu gangguan kesehatan mental—bisa diredam. Niscaya sejoli lebih siap menakhodai bahtera rumah tangga.

Related

Relationship 4407843732964751569

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item