Ini yang Terjadi Setelah Dinosaurus Punah dari Muka Bumi (Bagian 2)

Ini yang Terjadi Setelah Dinosaurus Punah dari Muka Bumi

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Ini yang Terjadi Setelah Dinosaurus Punah dari Muka Bumi - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Saintis memperkirakan dampak asteroid dengan mempelajari lapisan K-Pg, yang telah mereka temukan di 300 lokasi di seluruh dunia.

“Tak seperti proses geologi lainnya, dampak asteroid terasa dalam sekejap,” kata Johnson. “Setelah kita memastikan bahwa lapisan itu ialah debris dari kawah tubrukan asteroid, kita dapat melakukan perbandingan atas dan bawah, sebelum dan sesudah.”

Di dekat lokasi tubrukan, hewan dan tumbuhan mati akibat temperatur sangat tinggi, hempasan angin kuat, gempa, tsunami, atau batu-batuan yang jatuh dari langit. Di tempat yang jauh, banyak spesies menderita karena dampak berantai seperti kekurangan cahaya matahari.

Di habitat yang tidak hancur oleh api, panas ekstrem membunuh makanan bagi hewan, dan hujan asam mencemari sumber air. Lebih parah lagi, puing-puing di udara membuat bumi gelap, menghentikan fotosintetis, dan menghancurkan rantai makanan.

“Di darat, semua terbakar. Dan semua hewan besar kelaparan sampai mati,” kata Johnson.

Bukti fosil mengungkap bahwa tidak ada hewan yang lebih besar dari rakun berhasil bertahan hidup. Spesies bertubuh kecil punya peluang lebih besar untuk bertahan, karena jumlah mereka lebih banyak, makan lebih sedikit, dan beranak-pinak lebih cepat.

Ekosistem air tawar tampaknya lebih berhasil dibandingkan ekosistem darat. Namun di lautan, seluruh rantai makanan hancur.

Dampak musim dingin lebih besar di belahan bumi yang memasuki musim semi. “Jika Anda menghentikan fotosintetis selama musim tumbuh, itu akan jadi masalah,” kata Johnson.

Bukti fosil mengindikasikan bahwa Amerika Utara dan Eropa bertahan lebih baik setelah bumi terbakar. Dari situ diperkirakan bahwa belahan bumi utara baru mulai memasuki musim dingin ketika asteroid datang.

Namun, bahkan di area yang terkena dampak paling buruk, kehidupan perlahan kembali muncul tak lama kemudian.

“Ada dua sisi dalam persoalan kepunahan massal ini,” kata Kring. “Satu sisi adalah apa yang memusnahkan kehidupan? Sisi lainnya; hewan atau tumbuhan apa yang punya kemampuan bertahan hidup dan akhirnya memulihkan diri?”

Pemulihan itu butuh waktu panjang: ratusan atau ribuan tahun. Saintis memperkirakan bahwa, di lautan, butuh tiga juta tahun hingga aliran materi organik kembali normal.

Seperti halnya setelah kebakaran hutan di masa sekarang, tumbuhan paku-pakuan memenuhi lanskap yang hangus. Di ekosistem lainnya, alga dan lumut mendominasi.

Di wilayah yang lolos dari kehancuran terparah, beberapa spesies bertahan dan berkembang biak. Di laut, hiu, buaya, dan beberapa jenis ikan, berhasil melalui situasi terburuk.

Punahnya dinosaurus berarti satu relung ekologi baru terbuka. “Karena spesies mamalia mengisi relung ekologis yang kosong inilah, Bumi memiliki keanekaragaman mamalia yang kita lihat sekarang,” jelas Durda.

Ketika para ilmuwan memulai pengeboran pada musim semi, mereka berusaha mendapatkan gambaran lebih jelas tentang bagaimana kawah terbentuk. Informasi itu akan memperjelas perkiraaan tentang dampak tubrukan terhadap iklim.

“Kami akan melakukan analisis yang lebih akurat akan isi kawah ini,” kata Johnson. “Kami akan belajar banyak tentang distribusi energi, dan pada dasarnya, apa yang terjadi pada bumi jika dihantam sesuatu sebesar itu.”

Selain itu, mereka akan memeriksa mineral dan retakan di bebatuan untuk melihat apa yang pernah hidup di sana. Ini dapat membantu kita memahami bagaimana kehidupan kembali muncul.

“Dengan melihat kehidupan kembali muncul, Anda dapat menjawab beberapa pertanyaan,” kata Gulick. “Siapa yang pertama kali muncul? Apakah spesialis? Atau generalis? Keanekaragaman evolusi apa yang terjadi dan seberapa cepat?”

Meskipun banyak spesies dan individu musnah, bentuk kehidupan lain justru berkembang pesat dengan ketiadaan mereka. Inilah dualisme bencana dan kesempatan yang terjadi berulang-ulang sepanjang sejarah planet Bumi.

Lebih tepatnya, jika asteroid itu tidak jatuh ke Bumi 66 juta tahun lalu, jalan evolusi mungkin akan sangat berbeda – dan tidak akan menghasilkan manusia. “Ada kalanya, saat sedang puitis, saya membayangkan bahwa kawah Chicxulub ialah ujian besar bagi evolusi manusia,” kata Kring.

Dia juga berpendapat kalau tubrukan besar mungkin membantu kehidupan bermula.

Ketika asteroid menghantam bumi, panas yang dahsyat memicu aktivitas hidrotermal di dalam kawah Chicxulub, yang diperkirakan berlangsung selama 100.000 tahun.

Kondisi itu memungkinkan organisme termofilik dan hipertermofilik – makhluk bersel satu yang berkembang dengan baik dalam lingkungan yang panas dan kaya materi organik – hidup dalam kawah. Proyek pengeboran akan menguji ide ini.

Sejak kelahirannya pada sekitar 3,9 miliar tahun lalu, Bumi dibombardir asteroid dan puing-puing luar angkasa lainnya. Pada tahun 2000, Kring mengajukan teori bahwa tubrukan tersebut menciptakan sistem hidrotermal di bawah tanah, seperti yang mungkin terjadi di Chicxulub.

Kondisi panas, kaya materi organik, dan basah, dapat mendukung bentuk kehidupan pertama. Jika itu benar, maka bakteri termofilik yang tahan panas adalah bentuk kehidupan pertama di Bumi.

Related

Science 6692317062762650820

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item