Flaneur, Kebiasaan Jalan-jalan yang Membuat Otak Makin Kreatif

Flaneur, Kebiasaan Jalan-jalan yang Membuat Otak Makin Kreatif

Naviri Magazine - Flaneur terkenal di Perancis, sebagai istilah untuk menandai orang-orang yang punya kebiasaan jalan-jalan, keluyuran, tanpa tujuan pasti.

Orang-orang yang punya kebiasaan ini rata-rata berada di dalam lingkup kaum cendekia, filsuf, penulis, fotografer, pelukis, atau seniman. Kebiasaan jalan-jalan mereka dihubungkan dengan dorongan untuk memperoleh inspirasi.

Konsep flaneur sebenarnya dilahirkan oleh Charles Baudelaire, namun Walter Benjamin yang membawa konsep ini ke dalam diskursus akademik, sehingga dikenal luas. Flaneur dirujuk sebagai salah satu ciri kebudayaan urban, modernisme, dan urbanisme.

Flaneur merupakan istilah untuk menyebut sosok-sosok modern di dunia urban, yang dianggap sangat menyadari kesibukan kehidupan modern.

Ia kerap dianggap juga sebagai pengamat amatir, atau bahkan penyidik kota, karena kerjaannya yang suka menelisik bagian-bagian kota tanpa tujuan pasti. Namun, pada titik tertentu, orang-orang ini menemukan sesuatu dan membangkitkan temuan itu ke dalam karya. Meskipun demikian, kaum flaneur dianggap pula sebagai tanda kapitalisme menguasai kota.

Flaneur, ujar Benjamin, menghasilkan karya-karya yang bisa menjadi alternatif cara pandang dalam melihat kondisi kehidupan modernitas-urban, ketegangan kelas, kapitalisme, konsumerisme, dan lain sebagainya.

Fenomena flaneur, bagi Benjamin, amat kentara dalam karya-karya Baudelaire yang nyaris sepenuhnya berbicara tentang Paris, Parisiens (orang-orang Paris), dengan segala dinamika dan pernak-perniknya.

Salah satunya penggalan puisi berikut ini:

On voit un chiffonnier qui vient, hochant la tête,
Butant, et se cognant aux murs comme un poète,
Et, sans prendre souci des mouchards, ses sujets,
Epanche tout son coeur en glorieux projets.

(Kami melihat pemuda tanggung yang datang, mengangguk,
Tersandung dan menabrak dinding seperti seorang penyair,
Dan tanpa mengurus mata-mata, rakyatnya,
Menuangkan seluruh hatinya dalam proyek-proyek yang mulia)

Charles Baudelaire: ‘Le Vin de Chiffonniers’ (‘The Ragpicker’s Wine’)

Baudelaire merupakan penyair Perancis, dan dikenal pula sebagai penerjemah yang memiliki pengaruh mendalam pada kesusastraan Prancis. Penyair yang lahir pada 1821 ini telah meninggalkan sederet puisi untuk dunia sastra.

Puisi-puisi Baudelaire banyak menggambarkan situasi kota, seperti yang tertera dalam puisi berjudul ‘Le Vin de Chiffonniers’ (‘The Ragpicker’s Wine’) di atas.

Menurut Benjamin, peran flaneurie atau orang-orang yang punya kebiasaan jalan-jalan tak jelas ini bisa memberikan 'jeda', sebuah eksplorasi intelektual ide-ide dan gaya hidup yang berbeda.

Di abad kedua puluh, bar dan kafe di Perancis dihuni oleh kaum flaneur. Merekalah yang disebut sebagai bunga-bunga di atas aspal—bukan di taman, hutan atau gunung, melainkan di atas aspal, di trotoar jalan-jalan di kota.

Menjadi bunga-bunga di atas aspal dengan berjalan-jalan, keluyuran tak tentu, sembari menangkap dan menghayati dunia yang bergerak cepat, juga penuh paradoks. Dari sanalah ide-ide ditangkap, diolah, lalu dituangkan ke dalam karya, melalui kerja-kerja kreatif.

Related

Psychology 6802518575835118796

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item