Ini Kisah Lengkap “Layangan Putus” yang Sedang Viral (Bagian 3)

Ini Kisah Lengkap “Layangan Putus” yang Sedang Viral

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Ini Kisah Lengkap “Layangan Putus” yang Sedang Viral - Bagian 2). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Kami sedang semangat berolahraga agar lebih fit. Sehingga ranjang kami hidup sekali. Terlebih lagi, aku sangat percaya dia. Dia pemilik channel dakwah di Youtube.

Mas Arif paham, menyentuh lawan jenis adalah haram baginya. Bahkan, menundukkan pandangan terhadap wanita non mahrom adalah kewajiban. Aku percaya betul suamiku. Tapi, ke mana dia?

***

24 Februari 2018

Hatiku berdebar menjemput suamiku di bandara. Akhirnya, setelah 12 hari pencarian, dia mengabarkan akan pulang. Mas Arif memintaku menunggu dirumah. Tapi rasa khawatirku memuncak sudah. Aku tidak bisa duduk manis menunggunya di rumah. Segera kupacu mobil menuju bandara.

Teringat, 10 hari lalu, aku penuh kebingungan mencarinya, semua kemungkinan berkecamuk di kepalaku. Apakah ia pergi dari rumah tanpa kabar untuk jihad? Apakah ia ke timur tengah?

Karena salah satu ustadz kenalan kami ada yang pernah mengajaknya meliput ke Suriah saat itu. Misinya untuk membuka mata dunia bahwa Suriah butuh pertolongan.

Kutangisi niatnya saat itu. Aku tak rela dia pergi ke timur tengah. Karena itukah, dia saat ini pergi tanpa pamit? Atau apakah dia bermasalah dengan pihak bea cukai dan kemudian ditahan?

Atau dia sedang terancam bahaya? Diculik dan diancam pihak lawan bisnis? Aku tak yakin dengan semua firasat tentang kepergiannya. Yang ada hanya kecemasan yang luar biasa.

Sepuluh hari lalu akhirnya teleponku diangkat olehnya.

“Mbi, aku titip anak-anak,” ujarnya buru buru.

“Kamu mau kemana? Kamu mau kemanaaa?” cecarku.

“Aku di Jakarta!

“Mas pergi dulu. Kamu di rumah baik-baik sama anak-anak ya. Aku titip anak-anak ya, Mbi. I love you.”

Bip bip bip… terputus.

Tidurku tak tenang. Makanku tak nyaman. Duniaku berhenti berputar. Aku terus bertanya ke mana? Di mana? Kenapa bisa dia pergi? Apa yang disembunyikan dariku?

Rekan kerjanya kudatangi untuk mencari info, nihil. Kerabat yang berposisi AKBP, kupinta bantuan melacak nomor gawainya, gagal.

Nomor terdeteksi di daerah pelosok Jawa Tengah. Namun, kerabatku menyatakan bahwa pelacakan satelit belum tentu akurat. Hingga Kucari hacker untuk menemukannya, tapi tetap tak ada hasil.

[Mbi, sehaaat? Kamu harus sehat ya Sayang. Anak-anak tadi nonton black panther, rindu kamu banget], isi pesanku.

Mbi adalah panggilan sayang kami. Aku lupa apa yang menyebabkan kami saling memanggil Mbi. Mungkin dari baby kemudian beralih menjadi Mbi.

Hanya muncul centang satu, tak lama centang dua, tapi tak pernah centang itu berubah warna menjadi biru. Pertanda tidak dibaca. Kukirimi mas Arif foto dan voicenote suara anak anak. Tak ada respons.

[Mbi, aku ga tau kamu dimana, sedang apa, aku salah apa? Mbii, aku janji akan sering masak, pulang ya, Mbi]

[Aku kebangun kepikiran kamu, dimana kamu, Mas?]

Seperti biasa, pesanku hanya centang satu, beberapa menit kemudian centang dua, tapi tak pernah menjadi biru.

[Mbii, aku ke Jakarta sekarang! Aku tak peduli jika harus hilang disana! Aku akan mencari mu sampai ketemu!] Pesanku.

Kemudian dibalas.

[Jangan sayang, batalkan kepergianmu ke Jakarta. Aku akan pulang besok!]

[Kapan?] balasku singkat.

[Besok malam, Sayang. Tunggu aku ya!]

Kutelepon dia, masih tak diangkat. Lalu kuhujani mas Arif dengan pesan singkat.

[Kirim tiket mu!] kukirim berulang pesan itu hingga dia merespons.

[Citilink 24/2, jam 17.00. Tunggulah di rumah! Isya nanti, aku sudah di rumah, Mbi] jawabnya.

***

Suasana hening di mobil. Dia menyetir dan aku duduk di kursi penumpang menatap jalan, tapi pikiranku entah ke mana.

“Mau makan?”

“Kamu dari mana?” jawabku.

“Ok. Kita bicara di rumah, ya.”

Setiap dia membuka percakapan, aku terus menjawabnya dengan kalimat yang sama.

“Kamu dari mana?”

Dia ganteng sekali, rapi, bersih dan wangi. Suamiku memang cenderung metroseksual, dia sangat peduli penampilan. Tapi, bukan itu yang membuatku jatuh cinta. Bukan fisik bukan pula harta.

Teringat saat pertama kami merintis usaha ini, aku membantunya berjualan kartu perdana seluler kepada para bule di Kuta, sambil kuliah. Menjajakan pulsa dan menyewakan handphone kepada para turis. Mas Arif yang mengajari aku untuk tangguh, mengenalkan arti kerja keras.

Romantisme muncul saat uang kami tersisa sepuluh ribu. Mas Arif membeli dua bungkus nasi jinggo, masing-masing seharga empat ribu. Saat dimakan ternyata sudah basi.

Mas Arif tampak kecewa tidak bisa memberiku makanan yang layak. Sisa uang dua ribu, dibelikan gorengan untukku. Itulah, satu-satunya makanan yang masuk ke perutku. Aku terenyuh sekali.

Romantis!

***

Mobil kami memasuki rumah. Anak-anak menyambut dan memeluknya. Mereka rindu sekali. Selesai bermain, Arif bergegas mandi. Dan aku menidurkan anak-anak. Setelah mereka terlelap, aku duduk di ruang tv, menanti jawaban dari berbagai pertanyaan belasan hari belakangan ini.

***

27 Februari 2019

Tanganku lancang membuka handphone Arif. Setelah pengakuannya yang lalu, aku masih belum berdamai dengan diriku. Perasaan hancurku membuat enggan membahas atau bertanya lebih jauh.

Aku memilih mencari tahu dengan tanganku sendiri. Pun Arif, terkadang sosok yang dingin. Tidak sedikit pun dia berusaha mengajakku bicara, meminta maaf atau menenangkanku.

Ponselnya disembunyikan di atas rak buku. Tak sadar air mataku mengalir. Kutemui ratusan foto mereka. Hatiku tersayat… ngilu. Aku dalam kecemasan yang amat sangat saat ia menghilang selama 12 hari.

Tapi mas Arif tidak hilang. Dia hanya honeymoon di Cappadocia. Kota impianku.

Aku memang sudah pernah pergi ke Turki saat menunaikan ibadah umroh, bersamanya. Tapi, kali itu kami tidak menyentuh Cappadocia.

Betapa remuknya hatiku melihat dia sudah pergi kesana lebih dulu dengan istrinya yang baru. Istri muda yang baru 12 hari dinikahinya.

Aku tak kenal perempuan itu. Aku tak pernah bertemu perempuan itu. Yang kutahu dari suamiku, wanita itu cantik dan muda.

Aku marah dan murka. Aku merasa dikhianati. Maaf dari Mas Arif tak cukup membuatku tenang.

Ya Rabb… Ampuni aku.

***

19 September 2019

Selesai mandi, aku segera berpakaian. Ini mandi ke-5 hari ini. Entah karena gerah atau karena kebutuhanku saat ini. Menyenangkan sekali berada di bawah kucuran air. Air mataku bias dengan jatuhnya air yang menyentuh wajah.

Seperti dipijat, kutengadahkan wajahku menghadap shower. Mata, pipi, dan dahi terkena pancuran air terasa nyaman sekali.

Aku sudah segar, rapi dan wangi. Melangkah menuju kamar tidur, kulihat jam dinding sudah menunjukan angka sebelas malam. Anak-anak tersusun rapi terpejam di kasur.

Bukan saatnya tumbang, aku bukan layangan putus yang tak tentu arah. PR-ku masih banyak, keempat anak ini punya masa depan yang indah. Aku percayakan semua pada penopangku, Alloh sang Maha Baik.

Jauh di lubuk hati, doaku untuk mantan suami. Aku tidak mampu lagi menunaikan kewajiban sebagai seorang istri untuknya.

Dia resmi bukan milikku sekarang, kulepaskan segala memori perjuangan cinta kami yang dulu.

Aku sudah tidak terikat sebagai istrinya. Semoga ia diberi kesehatan, kelancaran dalam segala urusan. Bukan saatnya memaki. Sampai kapan pun, aku tak boleh bermusuhan.

Dia adalah ayah anak-anakku. Kuselipkan namanya dalam doa doaku.

Dihapus

Sayangnya, unggahan tersebut di halaman Facebook Mommy Asf sudah tidak ada lagi. Pengunggah mengakui bahwa dirinya memang sengaja menghapus unggahan tersebut untuk sementara.

"Iyaaa... mommi hapus dulu. Mommi minta maaf kepada para pembaca. Mommi bukan orang jahat, hanya ingin menulis. Mommi masih butuh banyak belajar, mencari dan membuat tulisan yang membawa kebaikan pada pembaca juga kepada mommi sang penulisnya. Semoga para pembaca dan mommi selalu dilembutkan hati nya," tulisnya pada Jumat (1/11/2019).

Related

Romance 9003716189887480843

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item