Onde-onde, Makanan yang Sebenarnya yang Berasal dari Legenda

Onde-onde, Makanan yang Sebenarnya yang Berasal dari Legenda

Naviri Magazine - Bagi masyarakat Solo, onde-onde tentu sudah tak asing lagi. Selain mudah ditemukan dan harganya terjangkau, penganan berbahan baku wijen dan beras ketan serta berbentuk bulat ini juga sangat khas.

Namun, siapa sangka, dibalik keunikan bentuk dan cita rasanya, ternyata bagi kepercayaan Tiongkok kuno, onde-onde merupakan hidangan favorit para dewa.

Seperti yang diungkapkan Aang Kwan, salah seorang koki kuliner masakan oriental di wilayah Solo. Aang mengatakan, sebenarnya onde-onde bukan penganan biasa. Karena di zaman Tiongkok kuno, onde-onde hanya disajikan menjelang perayaan Cap Go Meh, atau hari besar adat Tionghoa lainnya. Berbeda dengan sekarang, dimana onde-onde hanya terkesan jajanan pasar saja.

Sejarah onde-onde bermula dari kisah kaisar Tse di zaman Dinasti Zhou (1045 - 256 SM). Saat itu sang kaisar sedang membangun istana baru, sehingga melupakan kebutuhan dapur. Padahal di situ dia membutuhkan banyak pasokan makanan, untuk dikonsumsi para pekerja istana. Berkali-kali juru masak istana mengingatkan kaisar, bumbu dan bahan makanan di dapur habis.

Namun sang kaisar justru mengatakan itu bukan kebutuhan pokok. Karena anggaran belanja istana semua dicurahkan untuk bahan bangunan.

Akibatnya juru masak istana pun marah, dan mengurangi jumlah sajian bagi dewa dapur. Sayur, beras, dan daging yang harusnya untuk persembahan dewa dapur, dimasaknya untuk memberi makan para pekerja istana. Akibatnya bisa ditebak. Zao Wang Ye, sang dewa dapur, murka dan menemui kaisar.

Di situ dewa dapur mengancam akan melapor ke kaisar langit, dan memberi kutukan bagi kaisar Tse, jika tidak menebus kesalahannya. Diancam dewa dapur, kaisar pun ketakutan.

Akhirnya dewa dapur sedikit reda marahnya, setelah kaisar berjanji akan memberikan sajian kue terlezat bagi dewa dapur. Dari situlah tercipta ide untuk membuat kue dari bahan baku yang murah, lezat dan mudah dibuat. Koki istana pun meramu beras ketan, gandum, gula, kacang hijau, dan wijen menjadi satu adonan.

Kemudian terciptalah onde-onde, yang rasanya lezat.

Setelah matang, onde-onde pun disajikan kepada dewa dapur. Ternyata dewa dapur sangat menyukai onde-onde, dan menyantapnya tanpa henti. Akibatnya mulut sang dewa dapur jadi lengket, dan akhirnya mengurungkan niatnya untuk melapor ke kaisar langit, atas kesalahan yang telah dilakukan kaisar Tse.

Sejak itulah, onde-onde menjadi hidangan wajib untuk menyuap dewa dapur, sehingga tidak melaporkan kejahatan yang dibuat manusia kepada kaisar langit. Tak hanya onde-onde, biasanya sesaji juga dilengkapi makanan dan minuman lain, yang kurang lebih berbahan sama dengan onde-onde.

Setiap bulan Desember pada sekitar tanggal 21 atau 22, masyarakat Tionghoa secara tradisi merayakan hari festival Dongzhi/Tang-cheh/Toji/Dongji/Ðông Chí yang berarti Musim Dingin Ekstrem.

Dan pada perayaan tersebut mereka memakan makanan yang di masyarakat keturunan etnis Tionghoa di Indonesia sering disebut dengan onde atau ronde. Makanan yang terbuat dari tepung ketan dibentuk bulat besar atau kecil yang disajikan di dalam kuah yang terbuat dari air dan gula. Makanan onde atau ronde tersebut di negeri asalnya, Tiongkok, bernama Tangyuán (kue bola ketan) atau Yuanxiao atau Tangtuan.

Related

History 4964267098769831479

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item