Sejarah dan Kronologi Lengkap Dahsyatnya Perang Korea (Bagian 5)

Sejarah dan Kronologi Lengkap Dahsyatnya Perang Korea

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Sejarah dan Kronologi Lengkap Dahsyatnya Perang Korea - Bagian 4). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Mao menjelaskan kepada Stalin: "Bila kita membiarkan Amerika Serikat menduduki seluruh Korea, kekuatan revolusioner Korea akan mendapatkan kekalahan telak, penjajah Amerika akan merajalela dan memberikan efek negatif terhadap seluruh Timur Jauh."

Pengintaian udara AS mengalami kesulitan menemukan unit PVA di siang hari karena disiplin yang mereka miliki. PVA bergerak dari "malam-ke-malam" (19.00-03.00) dan membuat kamuflase agar tak terlihat dari udara pada jam 05.30. Di siang hari, mereka mengirim tim untuk mencari lokasi istirahat dan mendirikan bivak. Bila pesawat melintas, mereka diharuskan untuk diam tak bergerak hingga pesawat tersebut menghilang.

Perwira PVA diperbolehkan menembak pasukannya yang dianggap dapat mengancam keamanan pasukan. Disiplin yang keras seperti itu membuat tiga divisi pasukan berjalan sejauh 286 mil (460 km) dari An-tung, Manchuria, ke medan pertempuran dalam 19 hari; divisi lain yang melewati daerah pegunungan berliku mampu berjalan rata-rata 18 mil (29 km) setiap harinya, selama 18 hari.

Pada 10 Oktober 1950, Batalion Tank ke-89 digabungkan dengan Divisi Kavaleri Pertama, menambah jumlah kendaraan baja yang tersedia untuk menyerang ke Utara. Pada 15 Oktober, setelah menghadapi perlawanan Korut, Resimen Kavaleri ke-7 dan Charilie Company, Batalion Tank ke-70 berhasil menguasai kota Namchonjam.

Pada 17 Oktober, mereka menyerang lewat arah kanan, menjauhi jalan utama, untuk menguasai Hwangju. Dua hari kemudian, Divisi Pertama Kavaleri menguasai Pyongyang, ibu kota Korea Utara, sehingga pada 19 Oktober 1950 tentara AS sepenuhnya menguasai Korea Utara.

Di tempat lain, 15 Oktober 1950, Presiden Truman dan Jend. MacArthur bertemu di Wake Island di tengah Samudera Pasifik.

Kepada Presiden Truman, Jend. MacArthur berspekulasi bahwa kecil risiko China akan mengintervensi di Korea; bahwa kesempatan tentara China membantu Korut telah hilang; bahwa China memiliki 300.000 tentara di Manchuria, dan sekitar 100.000-125.000 tentara di Sungai Yalu; dan menyimpulkan bahwa meskipun setengah dari seluruh tentara menyeberang ke Selatan, mereka dapat dengan mudah dihancurkan karena tidak memiliki perlindungan udara.

Peta Pertempuran Chosin Reservoir

Setelah menghadapi dua pertempuran kecil pada 25 Oktober, pertempuran besar pertama antara China-Amerika terjadi pada 1 November 1950; jauh di wilayah Korea Utara, ribuan tentara China mengepung dan menyerang unit Komando PBB dalam Pertempuran Unsan.

Di Barat, akhir November, di sepanjang Sungai Chongchon, tentara China menyerang dan mengalahkan beberapa divisi Korea Selatan, dan menghabisi tentara PBB yang tersisa.

Pasukan PBB dan tentara ke-8 AS bergerak mundur karena mendapat dukungan Brigade Turki yang menahan serangan China selama 4 hari (26-30 November). Di Timur, pada Pertempuran Chosin Reservoir, dan Regimental Combat Team Divisi Infantri ke-7 (3000 tentara) dan divisi marinir (12.000-15.000 marinir) juga mundur setelah dikepung, dengan total tewas secara keseluruhan 15.000 orang.

Awalnya, infantri tentara China di garis depan tidak memiliki persenjataan berat maupun crew-served light infantry weapons, namun dengan cepat mereka menutupi kelemahan yang mereka miliki; dalam How Wars Are Won: The 13 Rules of War from Ancient Greece to the War on Terror (2003), Bevin Alexander melaporkan:

“Metodenya adalah dengan menggabungkan unit-unit peleton yang terdiri dari 50 orang ke dalam kompi yang berisi 200 orang, yang kemudian dibagi lagi menjadi beberapa unit kecil.

“Satu tim memotong jalan lari tentara Amerika, yang lainnya menyerang baik dari arah depan maupun samping secara bersamaan. Penyerangan berlanjut dari segala arah, hingga pasukan musuh dihancurkan atau terpaksa kabur.”

Dalam South to the Naktong, North to the Yalu, R.E. Appleman menggambarkan taktik menyerang tentara China:

“Dalam Serangan Fase Pertama, tentara infantri ringan menjalankan taktik penyerangan, umumnya tidak membawa senjata yang lebih besar dari mortar. Serangan mereka menggambarkan betapa pasukan China sangat terlatih, disiplin, dan sangat ahli dalam penyerangan di malam hari.

“Mereka ahli dalam seni kamuflase. Unit patroli ahli dalam menemukan posisi musuh. Mereka merencanakan serangan mereka dari sisi belakang musuh, memotong jalur mundur dan persediaan mereka, kemudian menyerang dari depan dan samping untuk mengendapkan pertempuran.

“Mereka juga melakukan taktik yang mereka sebut hachi Shiki, di mana mereka membentuk formasi-V dan membiarkan musuh masuk ke formasi itu, kemudian memerintahkan pasukan lain menunggu di formasi V untuk mencegat pasukan musuh lainnya yang berusaha menyelamatkan pasukan yang sedang terkepung.

“Taktik ini berhasil di Onjong, Unsan, dan Ch'osan, namun tidak sepenuhnya berhasil di Pakch'on dan Ch'ongch'on.”

Di akhir November, tentara China berhasil mengusir pasukan Komando PBB dari timur laut Korea Utara, hingga melewati perbatasan paralel ke-38. Pasukan PBB lari ke pantai timur dan membangun pertahanan di kota pelabuhan Hungnam—dan menunggu bantuan di sana.

Pada Desember 1950, 193 kapal yang membawa 105.000 tentara, 98.000 penduduk sipil, 17.500 kendaraan, dan 350.000 ton suplai tiba di Pusan, di bagian selatan tanjung korea.

Sebelum kabur, pasukan Komando melakukan operasi untuk menghambat pergerakan pasukan musuh dengan menghancurkan sebagian besar kota Hungam dan, pada 16 Desember 1950, Presiden Truman mendeklarasikan keadaan kedaruratan nasional melalui Proklamasi Presidensial No. 2914, 3 C.F.R. 99 (1953), yang berlaku hingga 14 September 1978.

Menyeberangi paralel: Penyerangan Musim Dingin China (awal 1951)

Pada Januari 1951, tentara Cina dan Korut melaksanakan Penyerangan Fase Ketiga (atau dikenal pula dengan sebutan "Penyerangan Musim Dingin Cina") menggunakan taktik serangan malam di mana tentara PBB secara diam-diam dikepung kemudian diserang tiba-tiba.

Penyerangan itu juga didukung oleh bunyi-bunyi terompet dan gong dengan tujuan sebagai alat komunikasi kepada pasukan yang menyerang, sekaligus membuat pasukan musuh mengalami disorientasi secara mental.

Pasukan PBB tidak memiliki pengalaman menghadapi taktik seperti ini, dan sebagai beberapa pasukan langsung lari meninggalkan persenjataannya ke arah Selatan. Penyerangan Musim Dingin China ini berhasil membuat pasukan PBB kewalahan. Tentara China dan Korut berhasil menguasai Seoul pada 4 Januari 1951.

Selain kekalahan itu, tentara AS juga mengalami pukulan telak setelah Jendral Walker tewas akibat kecelakaan mobil, yang membuat moral pasukan menurun.

Kejadian ini hampir memaksa Jendral MacArthur menggunakan bom atom untuk menyerang China dan Korut serta memotong jalur persediaan mereka. Akan tetapi, dengan datangnya pengganti Walker, Letnan-Jendral Matthew Ridgway, moral pasukan kembali meningkat.

Baca lanjutannya: Sejarah dan Kronologi Lengkap Dahsyatnya Perang Korea (Bagian 6)

Related

History 1841694368892429718

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item