Riset Terbaru Soal Kecenderungan Bunuh Diri dan Kesehatan Jiwa di Indonesia

Riset Terbaru Soal Kecenderungan Bunuh Diri dan Kesehatan Jiwa di Indonesia

Naviri Magazine - Sebuah riset terbaru menemukan bahwa lebih dari seperempat (27%) orang Indonesia pernah memiliki pikiran untuk bunuh diri. Riset ini dilakukan oleh YouGov, perusahaan data dan opini publik global, dengan menyurvei jawaban dari 1.018 orang Indonesia.

Dari 27% tersebut, 21% orang di antaranya mengaku “jarang” memiliki pikiran untuk bunuh diri, dan 6% orang lainnya “sering” memiliki pemikiran demikian. Riset menemukan, wanita Indonesia cenderung lebih memiliki pikiran untuk bunuh diri daripada pria Indonesia, yakni 33% berbanding 22%.

Adapun berdasarkan usia, sebagaimana dikutip dari situs YouGov Indonesia, orang Indonesia muda yang berusia 18 hingga 24 tahun memiliki pikiran untuk bunuh diri yang lebih besar, daripada orang Indonesia tua yang berusia 55 tahun ke atas. Persentasenya adalah 33% berbanding 20%.

Riset juga menemukan bahwa lebih dari sepertiga (36%) orang Indonesia pernah melukai diri sendiri. Kondisi ini terutama ditemukan di kalangan orang muda Indonesia, dengan lebih dari dua dari lima orang (45%) pernah melukai diri sendiri.

Di kalangan anak muda Indonesia, data menunjukkan bahwa 7% dari mereka sering melukai diri sendiri.

Lebih lanjut, sekitar satu dari tujuh orang Indonesia (15%) pernah mengalami masalah kesehatan jiwa selama hidupnya. Anak muda Indonesia enam kali lebih mungkin untuk menyatakan bahwa mereka pernah memiliki masalah kesehatan jiwa, daripada orang tua Indonesia yang berusia 45 tahun ke atas. Persentasenya adalah 24% berbanding 4%.

Masalah kesehatan jiwa yang paling umum diderita adalah kecemasan (69%) dan depresi (58%). Namun, mirisnya, hanya dua dari lima orang (42%) dengan masalah kesehatan jiwa yang mencari bantuan dari tenaga profesional.

Pria lebih cenderung mencari bantuan daripada wanita, dengan persentase 45% berbanding 39%. Adapun terkait tingkat pendidikan, orang yang memiliki gelar sarjana atau lebih tinggi lebih cenderung mencari bantuan daripada orang yang tidak memiliki gelar sarjana, dengan persentase 49% berbanding 38%.

Hambatan utama dalam mendapatkan bantuan profesional adalah merasa tidak yakin ke mana harus meminta bantuan (46%), diikuti dengan biaya (45%). Alasan lainnya mencakup rasa malu atau stigma sosial (33%), dan khawatir dengan komitmen waktu (25%).

Secara umum, orang Indonesia cenderung menganggap serius kesehatan jiwa. Sebagian besar orang Indonesia (91%) meyakini bahwa kesehatan jiwa harus diperlakukan secara serius sebagaimana kesehatan fisik.

Lebih dari tiga perempat responden (77%) setuju bahwa kesehatan jiwa harus ditanggung oleh asuransi, dan sembilan dari sepuluh orang Indonesia (89%) menganggap bahwa karyawan harusnya berhak mendapatkan cuti sakit untuk masalah kesehatan jiwa.

Jake Gammon, Kepala Omnibus APAC di YouGov Omnibus, mengatakan banyak orang yang memiliki masalah kesehatan jiwa menderita dalam diam, sebagaimana terlihat dari banyaknya jumlah orang yang memilih untuk tidak mencari bantuan.

“Jumlah yang mengkhawatirkan dari orang Indonesia yang mengalami perilaku merusak, seperti pikiran untuk bunuh diri dan melukai diri sendiri, terutama terjadi di kalangan orang dewasa muda. Kami berharap, survei ini mengungkap topik kesehatan jiwa, dan bagaimana hal itu memengaruhi orang-orang secara berbeda," ujarnya.

Related

World's Fact 1997989771372690226

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item