Malala Yousafzai, Kisah Perjuangan Wanita yang Menginspirasi Dunia

Malala Yousafzai, Kisah Perjuangan Wanita yang Menginspirasi Dunia

Naviri Magazine - Malala Yousafzai (Malalah Yusafzay) lahir 12 Juli 1997, dan dia dikenal sebagai aktivis pendidikan dari kota Mingora di Distrik Swat dari provinsi Pakistan Khyber Pakhtunkhwa. Dia menjadi aktivis hak-hak perempuan di Lembah Swat, di mana Taliban melarang gadis bersekolah.

Pada awal 2009, saat berumur sekitar 11, Yousafzai menulis di blognya, di bawah nama samaran, secara mendetail tentang betapa mengerikannya hidup di bawah pemerintahan Taliban, upaya mereka untuk menguasai lembah, dan pandangannya tentang pendidikan untuk anak perempuan.

Pada tahun 2014, dia bersama Kailash Satyarthi mendapatkan hadiah Nobel untuk bidang perdamaian 2014 atas perjuangan mereka melawan penindasan anak-anak dan pemuda, serta untuk mendapatkan hak pendidikan bagi mereka.

Kehidupan pribadi

Malala lahir dari keluarga bersuku Pusthun dan menganut Islam Sunni. Namanya diambil dari penyair dan pejuang wanita suku Pasthun, Malalai dari Maiwand. Ia dibesarkan di Mingora, bersama dua adik laki-laki dan dua ayam peliharaan.

Keberaniannya dalam menulis berkat bimbingan ayahnya yang juga penyair, pemilik sekolah, sekaligus aktivis pendidikan. Ayahnya menjalankan beberapa sekolah yang dinamai Khushal Public School. Meskipun Malala mengaku ingin jadi dokter, ayahnya mendorongnya untuk menjadi politisi.

Ia mulai berbicara di depan publik untuk memperjuangkan hak atas pendidikan pada tahun 2008. "Berani-beraninya Taliban merampas hak saya atas pendidikan!" adalah seruan pertamanya di depan televisi dan radio.

Penembakan

Pada 9 Oktober 2012, Yousafzai ditembak di kepala dan leher, dalam upaya pembunuhan oleh kelompok bersenjata Taliban, ketika pulang dari sekolah. Ia sempat dirawat di Pakistan, sebelum akhirnya diterbangkan ke Inggris untuk dirawat di rumah sakit di Birmingham.

Pimpinan Taliban, Adnan Rasheed, mengirimi surat yang menjelaskan bahwa alasan penembakan adalah sikap kritisnya terhadap kelompok militan, bukan karena ia seorang penggiat pendidikan perempuan.

Lebih lanjut, Rasheed mengungkapkan penyesalannya atas kejadian ini, namun tidak meminta maaf atas penembakan yang dialami Malala Yousafzai. Ia juga menyarankan Malala kembali ke Pakistan dan meneruskan pendidikan di Madrasah bagi perempuan.

Kelompok yang terdiri atas 50 ulama di Pakistan mengeluarkan fatwa menentang penembakan itu.

Aktivitas pasca penembakan

Pada 12 Juli 2013, bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke 16, Malala berpidato di depan Forum Majelis Kaum Muda di Markas Besar PBB di New York, Amerika Serikat. Pidatonya memuat tiga isu penting, yaitu hak perempuan, perlawanan terhadap terorisme, dan kebodohan. PBB juga mendeklarasikan hari tersebut sebagai hari Malala.

Nobel Perdamaian

Pada Oktober 2014, dia bersama Kailash Satyarthi mendapatkan hadiah Nobel bidang perdamaian 2014 untuk perjuangan mereka melawan penindasan anak-anak dan pemuda, serta untuk mendapatkan hak pendidikan bagi mereka. Malala menjadi penerima hadiah Nobel termuda, karena mendapatkan hadiah ini pada usia 17 tahun.

Related

Figures 3693138293606588611

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item