Marie Curie, Gadis Miskin yang jadi Ilmuwan Wanita Pertama di Dunia (Bagian 1)

Marie Curie, Gadis Miskin yang jadi Ilmuwan Wanita Pertama di Dunia

Naviri Magazine - Marie Curie adalah satu-satunya perempuan yang memenangkan dua Nobel. Ia sekaligus pendobrak bias gender dalam dunia sains abad ke-20. Berkat jasanya, wanita semakin diakui kontribusinya dalam perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang kimia.

Dilahirkan pada 7 November 1867 di Warsawa, Polandia, ia bernama kecil Maria Sklodowska. Pada masa itu, rakyat Polandia menderita karena penjajahan Rusia. Bahkan ayah Marie dipecat dari pekerjaannya sebagai guru, gara-gara dituduh mengobarkan nasionalisme untuk melawan penjajah Rusia.

Malang pula bagi keluarga Marie, karena saat ia baru berumur 10 tahun sudah ditinggal ibunya yang meninggal karena kesulitan berobat TBC.

Namun Marie kecil adalah anak yang cemerlang, meski harus menyiapkan keperluan rumah tangga sendiri. Sementara bakat intelektualnya terlihat menonjol semasa bersekolah. Dia berhasil lulus dengan medali emas dari sekolahnya, pada usia 15 tahun. Meskipun demikian situasi perang Polandia dan diskriminasi jenis kelamin tidak memungkinkannya melanjutkan sekolah sampai universitas.

Setelah lama mencari-cari arah hidup, akhirnya dia menemukan romantisme pada “penemuan ilmiah”. Namun tidak gampang bagi muda-mudi Polandia untuk belajar, karena hal itu dilarang oleh pemerintah penjajah, sehingga mereka harus sembunyi-sembunyi mengadakan kuliah dan diskusi.

Minat pada ilmu membuat Marie dengan kakaknya berniat belajar di Paris, dan bergantian dalam membiayai ongkosnya. Marie memutuskan kakaknya (Bronia) pergi ke Paris terlebih dulu, dengan tabungan bersama mereka.

Selama menunggu giliran, Marie banyak membenamkan diri dalam buku-buku ilmu pengetahuan sambil bekerja sebagai pengasuh anak, mencari uang untuk ditabung dan mencukupi kebutuhan hidupnya.

Sebagai gadis miskin, cintanya pernah ditolak oleh seorang pemuda kaya, kerena dianggap tidak sebanding. Begitulah cinta pertamanya berakhir dengan kepahitan yang hampir membuatnya putus asa. Tapi hal itu justru menambah semangatnya untuk maju dan memimpikan Paris, kota yang bak magnet bagi para pengelana muda.

Sorbonne

Saat berusia 24 tahun, impian studinya tercapai. Ia diterima di Faculte de Sciences Universitas Sorbonne, Paris. Kala itu sains lagi naik daun, menggeser pamor ilmu sastra dan teologi yang pernah berjaya. Di zaman itu, di Sorbonne terdapat para pelopor riset modern yang menjadi gurunya, seperti Emile Duclaux, Henri Poincare, dan Gabriel Lippman.

Suasana kota Paris pun tidak kalah menarik, hingga Marie benar-benar merasakan kebebasan yang tidak bisa didapatkan di negara asalnya. Ia bahkan mengubah namanya, dari Maria menjadi Marie, karena kecintaannya pada Paris. Namun, meski hidup di pusat mode, dia selalu bersahaja dalam segala hal, termasuk dalam gaya berpakaiannya yang praktis.

Karena sifatnya yang pemalu dan kurang lancar berbahasa Prancis, Marie kurang banyak bergaul dengan teman-teman dari Prancis. Jadwal utamanya di Paris hanyalah mengikuti kuliah, praktikum di lab, dan membaca di perpustakaan. Waktu inilah yang dianggapnya sebagai salah satu kenangan termanis hidupnya, masa sepi yang diabadikan buat belajar.

Marie sempat pula turun semangat. Pertama karena teringat keluarga dan tanah kelahirannya. Dan kedua karena ia putus hubungan dengan Lamotte, pujaan hatinya. Hal itu mengganggu kuliahnya, sampai suatu ketika ia diminta oleh Prof. Lippmann untuk menjadi asistennya.

Pada akhir tahun 1893, mereka meneliti sifat magnetis baja yang banyak mengalihkan perhatiannya, dan memberinya banyak pengalaman dalam penelitian.

Pierre Curie

Suatu ketika, Marie mengunjungi rumah seorang ahli fisika Polandia, dan dikenalkan pada Pierre Curie. Dasar jodoh, keduanya ngobrol sana-sini, dan tetap saja nyambung. Mereka sama-sama serius dan memiliki tingkat intelektual yang sejajar, namun sama-sama pula sering dianggap “tidak diperhitungkan”.

Pierre adalah ahli fisika Prancis, penemu piezoelektrik dan elektrometer. Saat itu ia menjabat sebagai kepala lab School of Industrial Physics and Chemistry. Tidak lama kemudian, mereka menikah. Bulan madunya sederhana, yaitu bersepeda keliling Inggris. September 1897, putri pertama mereka, Irene, lahir.

Baca lanjutannya: Marie Curie, Gadis Miskin yang Menjadi Ilmuwan Wanita Pertama di Dunia (Bagian 2)

Related

Science 8616154890771961971

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item