Marie Curie, Gadis Miskin yang jadi Ilmuwan Wanita Pertama di Dunia (Bagian 2)

Marie Curie, Gadis Miskin yang jadi Ilmuwan Wanita Pertama di Dunia

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Marie Curie, Gadis Miskin yang jadi Ilmuwan Wanita Pertama di Dunia - Bagian 2). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Radioaktivitas

Semenjak Wilhelm Rontgen menemukan fenomena luminensi sinar X, dan Henri Becquerel mengaitkannya dengan fluoresensi, keingintahuan ilmuwan tentang bidang radiasi semakin menjadi-jadi. Sayang sekali, penelitian ini menemui jalan buntu, karena belum dapat mengungkap jenis radiasi aneh yang berbeda dengan sinar X. Becquerel waktu itu hanya tahu adanya sinar yang sangat kuat, tidak dapat, dilihat dan sama sekali belum dikenal.

Marie Curie merasa tertantang dengan kelanjutan penelitian Becquerel. Ia mulai bereksperimen pada 16 Desember 1897 tentang radiasi potasium uranil sulftat. Lalu dilanjutkan dengan penelitian radioaktivitas pada beragam uranium. Dari eksperimen yang dikerjakan bersama suaminya, ternyata ia menemukan fakta bahwa uranium lebih radioaktif dalam bijih (pitchblende) daripada dalam keadaan murni.

Jika pitchblende beradioaktivitas sebesar 83 x 10-12 ampere, garam uranium hanyalah 0,3 x 10-12 ampere. Dari sini, ia menduga ada unsur lain dalam bijih tersebut. Dengan penyulingan kimiawi, didapat unsur yang dinamainya polonium, sesuai tanah kelahirannya.

Dalam publikasinya, “On A New Radioactive Substance Contained in Pitch Blende”, ia memaparkan bahwa polonium 400 kali lebih radioaktif dibanding uranium.

Namun pasangan itu yakin masih ada unsur radioaktif lain dalam bijih tersebut. Mereka mengundang ahli spektroskopi kimia, Eugene Demarcay, untuk menganalisis keberadaannya. Sesuai dugaan, memang terdeteksi spektra baru dari unsur temuan yang kemudian mereka namakan radium.

Untuk analisis lebih lanjut, dibutuhkan radium dalam jumlah besar, dan tentunya dibutuhkan bijih yang banyak pula. Mereka mengangkut bijih sisa tambang ke laboratorium mereka secara perodik. Suatu pekerjaan melelahkan, yang bagi orang awam terhitung aneh, sehingga mereka diolok sebagai pasangan gila.

Setelah bahan dan alat tersedia, Marie, layaknya ahli kimia, mengekstrak radium, sementara Pierre Curie menggunakan fisika untuk meneliti sifat radioaktifnya. Pada 1902, pasangan Curie mengisolasi hanya 0,1 gram radium dari lebih dari satu ton bijih.

Nobel

Tahun 1903, hadiah Nobel Fisika dianugerahkan separuh untuk pasangan Curie, dan separuh lagi untuk Henri Becquerel, atas jasa-jasa mereka dalam penemuan radioaktivitas.

Duka mendalam bagi keluarga Curie, saat Pierre meninggal dalam sebuah kecelakaan. Sepeninggal Pierre, jabatan profesor di Sorbonne kosong, dan akhirnya dipilihlah Marie sebagai penggantinya. Untuk pertama kali seorang wanita mengajar di Sorbonne!

Dalam opini Le Journal terbitan 6 November 1906, kuliahnya dikomentari sebagai berikut: “Hari ini kita menyaksikan perayaan kemenangan bagi kaum wanita. Jika seorang wanita telah diperbolehkan mengajar ilmu-ilmu tinggi, dalam bidang apalagi kaum pria akan bisa menunjukkan kelebihan mereka? Perlu diketahui bahwa sudah tiba saatnya wanita diakui sepenuhnya sebagai manusia.”

Pada tahun 1911, Marie mendapat Nobel Kimia atas penemuan polonium dan radium, isolasi radium serta penentuan sifat-sifanya. Nobel kedua ini membuatnya semakin terkenal dan percaya diri. Sebagai bentuk penghargaan pada dirinya, presiden AS, Warren Harding, atas nama kaum wanita Amerika, menghadiahinya 1 gram radium murni senilai US$ 100.000.

Sesuai tekadnya untuk menyerahkan seluruh hidupnya bagi pelayanan kemanusiaan dengan menggunakan sains, ia banyak terjun langsung dalam pemanfaatan sinar X untuk menangani korban perang.

Di samping itu, Marie Curie mendirikan Institut Radium di Paris dan Warsawa, Polandia. Juni 1934, ia dirawat di sanatorium karena penyakit leukimia, akibat paparan tinggi radium selama penelitiannya. Ia meninggal dunia pada 4 Juli 1934.

Ia meninggal dengan penuh kebanggan, sebab bukan hanya karena dirinya berhasil mengukir prestasi gemilang dalam ilmu pengetahuan, namun lebih dari itu; karena anaknya, Irene Curie, pun berhasil mengikuti jejaknya dengan menemukan radioaktivitas buatan, beberapa bulan sebelum ia tiada.

Ternyata, Marie benar-benar seorang wanita yang menonjol dalam ilmu tanpa harus mengabaikan kewajibannya sebagai ibu. Tidak berlebihan bila ia dijuluki “Einsteinnya kaum perempuan”.

Banyak wanita muda yang tergugah setelah membaca kisahnya dan karyanya yang inspiratif. Sekarang, ilmuwan wanita sudah menjadi lazim bukannya tanpa teladan dan kepeloporannya. Ada yang mau jadi Marie Curie abad ini?

Related

Science 6546499018058419626

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item