Persoalan Gizi di Indonesia dan Dampaknya Pada Masyarakat

Persoalan Gizi di Indonesia dan Dampaknya Pada Masyarakat

Naviri Magazine - Skala obesitas di Indonesia pada orang dewasa sudah naik hingga dua kali lipat selama 15 tahun terakhir. Kondisi ini berpotensi meningkatkan penyakit tidak menular seperti diabetes dan kardiovaskular—yang termasuk katastropik.

Lonjakan berat badan pada umur umur dewasa disebabkan beberapa hal, di antaranya porsi bekerja yang tinggi, waktu perjalanan lebih lama, serta perubahan pola makan dan gaya hidup. Manusia era kiwari lebih kurang mengonsumsi produk segar dan lebih suka asupan makanan olahan dan pra-olahan dengan jumlah karbohidrat tinggi, termasuk gula, garam, dan lemak.

Di tataran umur yang lebih muda, UNICEF sebagai organisasi anak dunia di bawah PBB menyatakan jutaan anak dan remaja Indonesia tetap terancam bertubuh pendek (stunting) dan kurus (wasting). Selain itu, negara ini juga memiliki beban ganda kekurangan dan kelebihan gizi dalam satu waktu.

Masalah gizi yang saat ini paling mendapat perhatian adalah soal stunting karena efeknya bisa merusak kapasitas fisik dan kognitif anak secara permanen. Kondisi ini merupakan kegagalan seseorang dalam mencapai potensi pertumbuhan. Stunting disebabkan malnutrisi kronis dan penyakit berulang selama masa kanak-kanak.

Info dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menyebutkan sekitar 1 dari 3 balita mengalami stunting. Meski begitu persentase balita yang tergolong sangat pendek dan pendek telah mengalami penurunan dari 37,2 persen di tahun 2013, menjadi 30,8 persen di tahun 2019, kurang 2,8 persen untuk mencapai target RPJMN 2019 sebesar 28 persen

Lalu persentase balita gizi kurang dan buruk juga menurun dari 19,6 persen (2013) menjadi 17.7 persen (2018). Skor ini hanya kurang 0,7 persen dari target RPJMN 2019 sebesar 17 persen. Angka penurunan juga terjadi pada kelompok balita sangat kurus dari 5,3 menjadi 3,5 persen, sementara kelompok kurus turun 0,1 persen menjadi 6,7 persen.

Pada kelompok balita gemuk, ada 13 provinsi di Indonesia yang angkanya di atas prevalensi nasional. Sedangkan obesitas pada umur di atas 15 tahun naik dari 26,6 persen di tahun 2013 jadi 31 persen di 2018. Angka ini dihitung berdasar indikator lingkar perut, dengan standar lebih dari 80 cm untuk perempuan dan 90 cm lebih untuk laki-laki.

“Wasting atau kekurangan gizi akut disebabkan penurunan berat badan cepat atau kegagalan menambah berat badan. Anak terlalu kurus atau gemuk punya risiko kematian tinggi,” tulis laman UNICEF.

Related

Health 1834511060232029259

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item