Sejarah Freemason, di Antara Knight Templar dan Haikal Sulaiman (Bagian 2)

Sejarah Freemason, di Antara Knight Templar dan Haikal Sulaiman

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Sejarah Freemason, di Antara Knight Templar dan Haikal Sulaiman - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Ia juga mengiming-imingi dengan bujukan surgawi, bahwa siapa yang berangkat ke medan perang akan dibebaskan dari seluruh dosa, dan dijamin akan mendapat surga. Hasilnya, ribuan kaum Kristiani berangkat menuju Palestina dengan kemarahan. Setibanya di sana, terjadi pembantaian besar-besaran atas penduduk Yerussalem dan Palestina.

Selama dua hari penyerbuan, terjadi pembantaian yang tak bisa diterima akal sehat dan rasa kemanusiaan. Sebanyak 40.000 penduduk Palestina terbantai. Beberapa sejarawan menggambarkan, saat itu darah menggenangi tanah Yerusalem. Ada yang menyebut darah menggenang setinggi mata kaki, bahkan ada yang menggambarkan darah menggenang hingga lutut manusia dewasa.

Tentara berperang dengan motivasi mendapatkan emas dan permata, dan juga banyak para ksatria Prancis tercatat membelah perut korban-korban mereka. Merka mencari emas atau permata yang kemungkinan ditelan penduduk Palestina sebagai upaya penyelamatan harta.

Setelah mereka menguasai tanah Palestina, pasukan Salib yang terdiri dari banyak unsur mulai mendirikan kelompok masing-masing. Mereka tergabung dalam ordo-ordo tertentu. Para anggota ordo ini datang dari seluruh tanah Eropa, yang ditampung di biara-biara tertentu, dan berlatih cara-cara militer di dalam biara. Satu dari sekian ordo yang mencuat namanya adalah ordo Knight of Templar.

Knight of Templar juga disebut sebagai tentara miskin pengikut Yesus Kristus dan Kuil Sulaiman. Disebut miskin karena tergambar dari logo yang mereka gunakan, seperti dua tentara yang menunggang seekor keledai.

Untuk menunjukkan bahwa mereka miskin, sampai-sampai satu keledai harus dinaiki dua orang tentara Knight of Templar. Bahkan tercatat, mereka hanya makan tiga kali dalam seminggu.

Sedangkan nama Kuil Sulaiman mereka pakai, karena mereka menjadikan markas mereka, yang dipercaya sebagai situs runtuhnya Kuil Sulaiman atau Solomon Temple. Tapi sesungguhnya, pemilihan markas di bukit ini bukan kebetulan yang bersifat geografis semata, karena para pendiri ordo Knight of Templar sesunguhnya punya cirta-cita sendiri untuk mengembalikan kejayaan dan berdirinya Kuil Sulaiman sebagai tempat suci kaum Yahudi atau tempat kaum Mason.

Sepanjang bisa terlacak, pendiri ordo ini adalah dua ksatria Prancis, yaitu Hugh de Pavens dan Godfrey de St Omer. Spekulasi dari kalangan sejarawan mengatakan, ada darah Yahudi yang mengalir dalam tubuh dan cita-cita para pendiri ordo Knigh of Templar. Para perwira tinggi tersebut sesungguhnya masih berpegang teguh pada doktrin-doktrin Yahudi, terutama Kabbalah.

Meski mereka menamakan diri sebagai tentara miskin, sesunguhnya mereka tidak miskin sama sekali. Atau setidaknya, masa miskin itu hanya mereka rasakan di awal-awal berdirinya Knight of Templars. Dalam waktu yang singkat, mereka menjadi sangat kaya raya dengan jalan melakukan kontrol penuh terhadap peziarah Eropa yang datang ke Palestina.

Salah satunya adalah dengan cara merekrut anak-anak muda putra para bangsawan Eropa, yang tentu saja akan melengkapi anak mereka dengan perbekalan dana yang seolah tak pernah kering jumlahnya. Mereka juga disebut sebagai perintis sistem perbankan pertama pada abad pertengahan.

Saat itu, banyak orang Eropa yang ingin pindah atau setidaknya berziarah ke Palestina. Tentu saja perjalanan yang jauh dari Eropa memerlukan bekal yang tidak sedikit. Ada yang membawa seluruh harta mereka dalam perjalanan. Tapi karena tentara Salib di sepanjang perjalanan hidup dalam kondisi sangat mengenaskan, dan mereka tergiur harta, tidak jarang terjadi perampokan, bahkan saling bunuh di sepanjang perjalanan menuju Palestian.

Lalu ditemukan cara, para peziarah tidak perlu membawa harta mereka dalam perjalanan. Mereka hanya perlu menitipkannya pada sebuah perwakilan Templar di Eropa, mencatat dan menghitung nilainya, dan mereka berangkat ke Palestina berbekal catatan nilai harta yang nantinya akan ditukarkan dengan nilai uang yang sama di Palestina.

Gerakan ini banyak didominasi oleh ordo Knight of Templar yang membuat mereka kaya raya, karena mendapat keuntungan dari sistem bunga yang mereka kembangkan. Dan inilah embrio atau cikal bakal perbankan yang kita kenal sekarang.

Markas Knight of Templar di Prancis menjadi rumah penghimpunan harta terbesar di Eropa. Lambat laun, mereka menjadi bankir bagi para Paus dan Raja. Bagaimana tidak cepat kaya, setiap tahunnya King Henry II of England mendonasikan uang untuk menanggung biaya hidup 15.000 tentara Knight of Templar dan juga Knight Hospitaler selama mereka berperang dalam Perang Salib di tahun 1170.

Untuk menggambarkan betapa besar institusi perbankan yang dijalankan Templar, pada saat itu organisasi ini memiliki 7.000 pegawai lebih, hanya untuk mengurusi masalah keuangan. Mereka juga memiliki tak kurang dari 870 istana, kastil, dan rumah-rumah para bangsawan, yang terbentang dari London hingga Yerusalem.

Baca lanjutannya: Sejarah Freemason, di Antara Knight Templar dan Haikal Sulaiman (Bagian 3)

Related

Mistery 1677857876327881136

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item