Tuntunan Menjalin Kemesraan Suami-Istri Dalam Ajaran Islam

Tuntunan Menjalin Kemesraan Suami-Istri Dalam Ajaran Islam

Naviri Magazine - Restu atau ridho suami bagi seorang istri memiliki arti yang sangat besar. Restu suami atas istri menunjukkan bakti dan khidmat sang istri terhadap suaminya, dalam bentuk perilaku keseharian yang tentunya dalam batas-batas kewajaran dan proporsional.

Khidmat dan bakti seorang istri yang diwujudkan dalam perilaku keseharian dan hubungan rumah tangga yang baik dapat menuai hasil yang sempurna di hari kiamat kelak, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.

“Dari Ummu Salamah RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Perempuan mana saja yang meninggal dunia, sedangkan suaminya bersikap ridha atasnya, niscaya ia masuk surga,’” (HR At-Tirmidzi).

Rasulullah SAW menyebut arti penting khidmat dan bakti istri atas suami. Seorang perempuan tidak hanya dituntut untuk mencari ridha Allah, tetapi juga restu suaminya. Seorang perempuan mesti bersikap salehah secara ritual, tetapi juga baik secara perilaku dalam menjalani hubungan rumah tangga.

“Rasulullah SAW bersabda, ‘Demi Allah, Zat yang memegang jiwa Muhammad, seorang perempuan belum memenuhi kewajiban Tuhannya hingga ia memenuhi kewajiban terhadap suaminya.’” (HR Ibnu Majah).

Meski seorang istri wajib berkhidmat, berbakti, dan melayani suaminya, seorang suami tidak bisa bersikap sewenang-wenang. Seorang suami tidak boleh mengeksploitasi istrinya atas nama kewajiban khidmat dan bakti yang diharuskan oleh Islam.

Batasan-batasan khidmat dan bakti lebih lanjut telah diatur dalam kitab fiqih yang perlu diketahui oleh pasangan suami dan istri, agar satu sama lain tidak melanggar batasan tersebut.

Sama halnya dalam hubungan seksual. Pasangan suami dan istri juga dituntut untuk saling menjaga hubungan baik. Keduanya tidak boleh memaksakan kehendak, dalam hal ini karena hubungan seksual pasangan suami dan istri bukan sekadar persoalan syahwat belaka, tetapi juga berkaitan dengan kesiapan fisik dan mental.

Adapun seorang perempuan yang menyiapkan diri terlebih dahulu dalam masalah hubungan seksual akan mendapat kemurahan Allah yang sangat besar. Rasulullah SAW pernah berpesan kepada putrinya, Siti Fathimah RA, bahwa inisiatif seorang istri dengan senang hati untuk berhubungan seksual memiliki ganjaran besar dari Allah SWT.

“Wahai Fatimah, Tiada seorang perempuan yang ‘menyiapkan’ diri untuk suaminya dengan senang hati, kecuali seorang (malaikat) menyeru dari langit: ‘Mulailah beraksi!’ niscaya Allah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang kemudian.’” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Uqudul Lujain fi Bayani Huquqiz Zaujain)

Hubungan badan suami dan istri memerlukan kesiapan fisik dan mental. Oleh karena itu, keduanya perlu memerhatikan kesiapan fisik dan mental satu sama lain, agar interaksi tersebut berlangsung dalam suasana riang dan gembira, tanpa tekanan batin. Wallahu a’lam.

Related

Relationship 243858195754707035

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item