Mengapa Air Laut Berbuih dan Berbusa? Ini Penjelasan Ilmiahnya
https://www.naviri.org/2020/01/mengapa-air-laut-berbuih-dan-berbusa.html
Naviri Magazine - Samudera atau lautan tidak sepenuhnya terdiri dari air saja. Jika kita mengisi gelas bening dengan air laut, kita akan melihat bahwa air laut penuh partikel-partikel kecil yang terlarut di dalamnya.
Partikel yang terlarut dalam air laut terdiri dari garam, protein, lemak, ganggang yang telah mati, dan berbagai jenis bahan organik lain seperti ikan, tumbuhan dan organisme mikroskopis, ekskresi rumput laut, dan bahkan polutan.
Semua senyawa itu selanjutnya dapat berfungsi sebagai surfaktan atau zat yang dapat menimbulkan busa atau buih, sama seperti yang terdapat pada detergen yang biasa kita gunakan untuk mencuci.
Ketika air laut teraduk oleh ombak dan gelombang, adanya surfaktan pada kondisi turbulen akan memerangkap udara, dan selanjutnya membentuk gelembung yang menempel satu sama lain melalui tegangan permukaan, dan membentuk apa yang kita lihat sebagai buih atau busa di lautan.
Kumpulan ganggang merupakan salah penyebab utama terjadinya buih atau busa pada air laut. Oleh karena itu, jika suatu daerah di lautan terdapat banyak ganggang, maka air laut di daerah tersebut akan menghasilkan lebih banyak buih atau busa, dibanding dengan daerah lautan dengan jumlah ganggang lebih sedikit.
Lalu kenapa buih paling sering dan paling banyak kita jumpai di tepi pantai?
Hal ini dikarenakan ketika sejumlah besar kumpulan ganggang di lepas pantai mati dan membusuk, sejumlah besar dari materi ganggang yang telah mati akan terbawa oleh gelombang dan mencapai tepian pantai. Buih kemudian terbentuk karena bahan organik ini "teraduk" oleh ombak di tepi pantai.
Selain itu, produk manusia juga berkontribusi terhadap terbentuknya buih atau busa di air laut. Bahkan, kadang jika produk manusia terakumulasi cukup banyak pada sungai atau danau, air sungai atau danau tersebut juga dapat berbuih seperti air di lautan.
Produk manusia mencakup berbagai limbah rumah tangga, limbah dari peternakan, limbah pabrik, dan bahkan dari saluran pembuangan.