Menjadi Cowok Ganteng ternyata Tidak Seenak yang Kita Bayangkan

Menjadi Cowok Ganteng ternyata Tidak Seenak yang Kita Bayangkan, naviri.org, Naviri Magazine, naviri

Naviri Magazine - Sebagian orang, atau bahkan hampir semua orang, mungkin berpikir bahwa hidup cowok ganteng begitu enak, karena mudah mendekati lawan jenis. Di sisi lain, para perempuan pun punya kecenderungan terhadap para pria ganteng. Tapi apakah memang para cowok berwajah ganteng seenak itu menjalani kehidupan mereka?

Billi Gordon adalah ahli syaraf dan ahli psikologi di University of California, Los Angeles, Amerika Serikat. Dari sekian banyak tulisannya untuk Huffington Post, salah satu yang paling menarik ia publikasikan pada 2014 silam. Judulnya "10 Masalah Cowok Ganteng."

Gordon menyatakan, "Menjadi lelaki impian adalah mimpi buruk." Ia mendapat testimoni dari temannya sendiri, pekerja profesional yang bertampang seperti model majalah GQ, bernama Noah.

Noah bilang, "Perempuan melihat penampilanku, mencari tahu apa pekerjaanku, lalu baru jatuh cinta padaku. Kukira sebenarnya mereka jatuh cinta dengan ide tentang lelaki impian yang selama ini ada dalam kepala meraka. Mereka tidak tahu tentang aku selain dari penampilan fisik atau profesiku."

Narasumber Gordon memberikan jawaban lain terkait "kutukan" menjadi lelaki yang (terlalu) ganteng. Rata-rata adalah label yang disematkan secara serampangan. Misalnya, orang ganteng sering diasumsikan sebagai playboy, atau bahkan kerap dikira sebagai seorang gay.

Para lelaki yang (terlalu) ganteng juga kerap serba salah. Para perempuan juga lebih tidak terima jika menerima penolakan, sementara si lelaki tidak merasa memberi kode-kode khusus.

Gordon melanjutkan, "kutukan" itu turut berdampak ke hubungan dengan teman lelaki lain, karena dirasa sebagai ancaman, istilahnya "menjatuhkan pasaran." Akhirnya, muncul ekspektasi agar laki-laki ganteng bersanding dengan yang cantik. Jika tidak, maka akan muncul berbagai komentar miring.

Bukan sekali dua kali 'media kacangan' memberitakan polemik lelaki ganteng bersanding dengan perempuan biasa, yang dikatakan lebih jelek dan tidak pantas. Pertimbangan dalam memilih pasangan seharusnya bisa luas dan kompleks. Tapi, bagi orang yang ganteng, hal tersebut tiba-tiba disempitkan ke level 'kecantikan' fisik belaka.

Pada akhir tahun 2015, asisten profesor Sun Young Lee, dari School of Management Universitas College London, dan beberapa rekannya di University of Maryland, London Bussines School, dan INSEAD, mempublikasikan riset soal risiko jadi orang tampan.

Mereka menemukan bahwa laki-laki ganteng kemungkinan lebih tinggi untuk ditolak untuk pekerjaan yang memerlukan sikap kompetitif. Contohnya adalah posisi salesman di departemen pemasaran.

Kabar baiknya, masih menurut penelitian Lee dan kawan-kawan, lelaki ganteng kemungkinan lebih tinggi akan diterima di pekerjaan yang menuntut sikap kooperatif. Mereka menemukan para manajer di departemen riset dan pengembangan cenderung merekrut yang terganteng di antara pelamar laki-laki lain.

Related

Psychology 6402067936382478415

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item