Kisah Orang Paling Jenius di Dunia Saat Ini, yang Memilih Hidup Miskin

Kisah Orang Paling Jenius di Dunia Saat Ini, yang Memilih Hidup Miskin, naviri.org, Naviri Magazine, naviri

Naviri Magazine - “Aku tidak tertarik pada uang atau ketenaran,” jawabnya polos kepada Sir John M. Ball, Presiden International Mathematical Union, yang membujuknya untuk menerima The Fields Medal, penghargaan tertinggi di bidang matematika yang diberikan empat tahun sekali.

Padahal, Ball sengaja menyita waktunya untuk terbang ke Rusia pada Juni 2006, hanya untuk membujuk Perelman agar mau menerima hadiah bergengsi itu. Jumlah hadiahnya pun tidak tanggung-tanggung, US$ 1 juta, setara dengan Rp 14 milyar.

“Dari awal kukatakan kepadanya bahwa aku telah memilih, hadiah benar-benar tidak relevan bagiku.” Lebih jauh Perelman menyatakan tidak ingin menjadi tontonan. “Aku tidak ingin ditampilkan seperti hewan di kebun binatang.”

“Aku bukan pahlawan matematika. Aku bahkan tidak berhasil. Itulah sebabnya aku tidak ingin semua orang menatapku.” Dia satu-satunya yang menolak penghargaan yang disebut-sebut sebagai “Hadiah Nobel”-nya matematika itu.

Apa sebetulnya yang dilakukan Perelman sehingga dia menjadi pusat perhatian para ilmuwan? Rupanya dia berhasil memecahkan misteri matematika, bernama Dugaan Poincare.

Dugaan Poincare pertama kali dirumuskan pakar matematika dari Prancis, Henri Poincare, pada 1904. Teka-teki ciptaan Poincare itu merupakan salah satu persoalan matematika yang paling rumit sepanjang sejarah. Dugaan itu adalah pertanyaan sentral dalam topologi, studi tentang sifat geometrik objek yang tidak berubah jika mereka menggeliat, menyimpang, atau menyusut.

Misalnya, cangkang berongga dari permukaan bumi adalah topologi lingkup dua dimensi. Setiap tali yang mengitarinya dapat ditarik ke titik yang ketat. Namun, di permukaan donat, laso melewati lubang di tengah tidak dapat menyusut ke titik tanpa memotong ketika melalui permukaan. Berarti topologi donat dan bola berbeda.

Sejak abad ke-19, matematikawan telah mengetahui bahwa bola adalah satu-satunya ruang tertutup dua dimensi. Tetapi mereka tidak dapat memastikan hal yang sama pada objek-objek dengan dimensi lebih dari tiga. Dugaan Poincare mengatakan bahwa sebuah bola tiga dimensi adalah satu-satunya ruang tertutup tiga dimensi tanpa lubang.

Lalu apa signifikansinya dengan terpecahkannya Dugaan Poincare tersebut?

Donal O’Shea, profesor matematika dari Massachusetts, mengatakan bahwa terpecahkannya Dugaan Poincare akan membantu menentukan bentuk jagat raya. “Poincare mengubah matematika abad ke-20 dengan mengajarkan kita tentang cara memikirkan bentuk ideal model jagat raya,” kata penulis buku The Poincare Conjecture tersebut.

Lantas, siapa pemecah misteri matematika yang bagi banyak orang dewasa ini dipandang gila, karena sikapnya yang menolak uang dan ketenaran itu? Bukankah uang dan ketenaran merupakan sasaran hidup setiap manusia, demikian pikiran yang melanda banyak orang?

Namanya Grigoriy Perelman, lahir di Leningrad, Uni Soviet (sekarang St. Petersburg, Rusia), 13 Juni 1966. Ludmila, ibunya, adalah sarjana matematika. Talenta itu menurun padanya.

Bakatnya makin terasah ketika pada usia 10 tahun, ibunya mendaptarkannya pada sekolah pelatihan matematika Sergei-Rushkin. Dia melanjutkan Sekolah Menengah Leningrad, sebuah sekolah khusus dengan program matematika dan fisika.

Pada 1982, Perelman menjadi anggota tim Olimpiade Matematika Internasional dari Uni Soviet. Dia memenangkan medali emas, mencapai skor sempurna. Perelman memperoleh doktor dengan disertasi mengenai permukaan pelana pada Ruang Euclidean. Setelah lulus, dia bekerja di Institut Matematika Steklov. Pada 1992, dia diundang program satu semester Universitas New York.

Pada 1993, dia mendapat beasiswa dari Miller Research Fellowship untuk kuliah di Universitas California, Berkeley. Pada 1994, ia ditawari pekerjaan di beberapa universitas terkemuka di Amerika Serikat, termasuk Universitas Princeton dan Stanford, tetapi dia menolak. Dia balik ke Steklov Institute di St. Petersburg pada musim panas 1995 sebagai peneliti biasa.

Dia dinobatkan sebagai manusia paling cerdas sejagat setelah memecahkan Dugaan Poincare. Ketika dia menolak hadiah Rp 14 milyar, sebuah yayasan amal untuk anak-anak di St. Petersburg mendesaknya untuk mengambil uang tersebut dan memberikannya untuk amal.

Menurut keterangan teman-temannya, kini ia tinggal bersama ibunya yang sudah renta, di sebuah flat yang menurut tetangganya penuh dengan kecoak. Teman-temannya juga mengatakan, Perelman kini menjadi “pertapa virtual”. Subjek matematika bagi Perelman amat menyakitkan untuk dibicarakan.

Kita yang awam tentu tidak mengetahui persis apa yang ia maksudkan dengan kalimat itu. Yang jelas, Perelman tidak sama sekali mengundurkan diri dari matematika. Cuma, dia hanya ingin sedikit hening dan tidak terganggu dengan keonaran dunia yang sibuk mengejar uang dan ketenaran.

Related

World's Fact 9070554112779263723

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item