Kisah Sepasang Kekasih yang Bersepeda dari Belanda Hingga Jakarta

Kisah Sepasang Kekasih yang Bersepeda dari Belanda Hingga Jakarta, naviri.org, Naviri Magazine, naviri

Naviri Magazine - Marlies Fennema dan Diego Yanuar bukan pasangan yang sekadar memimpikan bersepeda melintasi sejumlah negara untuk berkhayal tentang petualangan sejati yang mereka dambakan. Mereka benar-benar melakukannya.

Kedua sejoli tersebut, Marlies dari Belanda dan Diego dari Indonesia, nekat memutuskan untuk mengendarai sepeda, melintasi jarak sepanjang 15.000 km dari Belanda menuju Indonesia—sebuah perjalanan panjang epik yang telah mereka jalani selama delapan bulan, itu pun baru setengah perjalanan.

Keseluruhan perjalanan ini, menurut perkiraan Marlies dan Diego, bakal beres mereka jalani sekira satu tahun dari sekarang.

“Atau mungkin lebih dari setahun, kalau memang perlu,” ujar Diego lewat sebuah voice note. Dua sejoli ini lebih nyaman berkomunikasi dengan aplikasi pengirim pesan, selama dalam petualangannya.

“Satu-satunya yang konstan dari perjalanan kami adalah rencana kami yang terus-terusan berubah,” jelas Marlies. “Aku sampai takut membuka lembar Excel berisi rencana yang kami buat sebelum berangkat, karena rencana kami sudah jauh berubah. Ya mirip seperti hidup, kita tak punya kontrol atas apa yang akan terjadi di jalan, dan solusinya kami harus fleksibel dengan itu.”

Kelak, jika Marlies dan Diego berhasil menyudahi perjalanan panjangnya, keduanya akan mencatatkan rekor luar biasa: bersepeda dari Nijmegen, di kawasan timur Belanda, sampai Jakarta, melintasi Eropa Barat, Eropa Timur, dan Asia Tengah—titik di mana keduanya mulai dibayangi sejumlah tantangan berat.

Sejak meninggalkan perbatasan Tajikistan menuju Kyrgystan, Marlies dan Diego harus bersepeda sejauh 20 km tanpa menemui sesosok manusia pun. Selama tiga hari, dua sejoli ini harus menembus salju yang turun tanpa henti.

Marlies dan Diego mengenang tiga hari itu sebagai hari-hari berat. Untung, mereka berjumpa dengan perempuan anak seorang petani. Dia menawari pasangan itu tempat hangat untuk berteduh dari dinginnya salju.

Marlies dan Diego tersentuh akan kebaikan keluarga petani itu. “[Kebaikan] mereka membuka mata kami,” kenang Diego. “Orang seperti mereka tak bakal ada di kota mana pun.”

“Mereka malah memberi kami sedikit makanan untuk bekal kami melewati badai,” kata Marlies. “Padahal, mereka banting tulang setiap hari, dan cadangan makanan mereka juga tak banyak, apalagi kalau dibandingkan dengan keluarga saya di Belanda, misalnya. Kondisi yang tak adil, pokoknya.”

“Daerah pegunungan tempat mereka tinggal, kurang bersahabat, tapi mungkin memang lebih enak tinggal di sana. Keluarga petani itu selalu bersyukur, puas dengan hidupnya, dan sangat penyayang. Si Ibu keluarga itu selalu bekerja. Uang yang dia dapat tak banyak, tapi tak pernah berhenti tersenyum.”

Badai salju hanya satu dari sekian aral yang merintangi Marlies dan Diego sejak mereka mulai bersepeda dari Nijmegen. Mereka pernah ditipu biro tukar uang gadungan, digeledah di perbatasan negara gara-gara diduga menyelundupkan obat-obatan terlarang, terhambat amukan badai, hingga harus rehat karena keracunan makanan.

Sebaliknya, selalu ada saja momen-momen yang bikin keduanya menyunggingkan senyum atau terpana, seperti mendapati pemandangan alam yang menawan.

“Ada masanya ketika saya merasa tak sanggup lagi, misalnya kalau saya sakit. Tapi ada juga saatnya saya merasa kembali bersemangat, biasanya begitu melihat pemandangan alam yang indah dan agung,” kata Marlies.

Namun, segalanya semestinya sudah diperhitungkan oleh Marlies dan Diego. Pasalnya, perjalanan panjang ini ditempuh untuk memaksa mereka keluar dari zona nyaman mereka.

Marlies dan Diego pertama kali bertemu di sebuah klub lari di Jakarta, saat Marlies bekerja sebagai relawan. Keduanya cepat akrab karena sama-sama menyukai petualangan, aktivitas di luar ruangan, dan olahraga. Tak butuh waktu lama, keakraban di antara keduanya berubah jadi cinta.

Selama sekian tahun, keduanya menjalani hubungan cinta jarak jauh. Seringkali mereka terbang ke satu kota untuk saling bertemu, sampai akhirnya Diego memutuskan pindah ke Belanda agar lebih dekat dengan pujaan hatinya.

Di Negeri Kincir Angin, Diego bekerja sebagai karyawan perusahaan furnitur. Adapun Marlies menjalani dua profesi: copywriter dan guru bagi para pengungsi.

Malang, perbedaan budaya di Belanda mulai menyulitkan Diego. Tekanan yang dia hadapi berubah jadi keributan-keributan antara dua sejoli itu, hingga akhirnya mereka mencapai kesepakatan: Jika kehidupan keras di Belanda merenggangkan hubungan keduanya, barangkali onak dan duri di jalanan akan mendekatkan mereka kembali.

“Kami sebenarnya bahagia selama di Belanda,” aku Marlies. “Tapi, agak berat bagi Diego untuk tinggal di Belanda. Sebaliknya, aku tak mau tinggal di Jakarta karena bakal berat buatku... Cuma selama dalam perjalanan ini, kami menghadapi kondisi yang asing, jadi kami harus bekerja sama menghadapi tantangan itu.”

Diego menambahkan, “Kami harus bisa saling mengandalkan, dan menemukan cara agar bisa bekerja sebagai satu pasangan. Jadi, bisa dibilang, perjalanan panjang ini benar-benar meneguhkan hubungan kami.”

Pada prakteknya, mereka masih sering ribut—entah gara-gara potongan rambut Diego, siapa yang harus membuka pintu, atau siapa yang mestinya memesan pizza untuk makan malam. Belum lagi, perjalanan panjang mereka ternyata lebih melelahkan dari yang sebelumnya mereka bayangkan.

Namun, lambat laun, dari kilometer ke kilometer berikutnya, mereka membangun sesuatu yang lebih kokoh, terlepas dari apa pun bentuknya nanti—rasa sayang lebih mendalam, hubungan cinta yang lebih kokoh, atau perkawinan sekalipun.

Yang jelas, Marlies dan Diego menghayati pesan seorang petani yang mereka temui di Iran: “Apa pun yang kalian putuskan nanti, menikah atau tidak, tinggal bersama atau berpisah, yang paling harus kalian ingat adalah harus bersyukur karena masih memiliki satu sama lain.”

Related

World's Fact 130973911628923489

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item