Teh Botol dan Minuman Kemasan Akan Dikenai Cukai, Apakah Warga Setuju?

Teh Botol dan Minuman Kemasan Akan Dikenai Cukai, Apakah Warga Setuju? naviri.org, Naviri Magazine, naviri

Naviri Magazine - Mayoritas warga di DKI mendukung rencana pemerintah memungut cukai pada minuman berkarbonasi dan energi konsentrat, termasuk teh kemasan dan kopi. Mereka mengaku setuju dengan kebijakan yang dianggap memaksa masyarakat untuk mengonsumsi minuman lebih sehat.

Yuli (22), karyawan swasta, menegaskan dukungannya demi mengurangi konsumsi masyarakat terhadap minuman yang menyebabkan penyakit diabetes dan obesitas. "Saya paling tidak, akan mengurangi, biar lebih sehat juga hidupnya," ujarnya.

Jeki (25), karyawan swasta lainnya, menyebut, sebetulnya tarif cukai Rp1.500-Rp2.500 per liter tidak akan memberatkan konsumen, mengingat konsumsi minuman kemasan rata-rata masih di bawah 1 liter. Artinya, kenaikan harga nantinya masih bisa ditolerir.

"It's okay (tidak apa-apa). Asalkan, pemerintah punya pertimbangan sendiri. Jadi, kami sebagai rakyat dukung-dukung saja (kebijakan cukai minuman berkarbonasi dan energi). Kembali lagi, kalau kenaikan itu demi dan untuk kebaikan kita juga, it's okay," imbuh dia.

Gerry (40), mandor kontraktor di daerah Kuningan, Jakarta Selatan, mengaku setuju dengan kebijakan cukai minuman kemasan, demi menunjang hidup sehat masyarakat. Apalagi, ia bilang kebanyakan masyarakat memang gemar minum minuman kemasan.

"Saya sendiri nggak terlalu sering, sih. Kalau pun beli, paling teh. Tetapi, setuju lah buat kesehatan semuanya. Lebih bagus kan, mungkin nanti konsumsi air mineral jadi lebih tinggi," terang dia.

Ridwan (16), pelajar yang ditemui di sekitar Plaza Festival, Jakarta Selatan, mengklaim mengonsumsi teh kemasan hampir setiap hari. Namun, ia mengaku sangat setuju bila harga teh kemasan naik karena cukai.

Dengan demikian, ia terpaksa mengurangi konsumsi minuman manis, sekaligus minum lebih sehat dengan air putih. "Setuju banget. Harganya dinaikkan pun saya tidak keberatan. Karena saya minum hampir setiap hari," katanya.

Pendapat berbeda datang dari Tyas (23 tahun), karyawan swasta. Ia menolak mentah-mentah rencana kebijakan cukai minuman kemasan, karena kerap mengonsumsi teh dan minuman manis lainnya. "Keberatan, lah. Soalnya, saya sering beli. Kalau harganya naik, berat kan," tandasnya.

Sekadar mengingatkan, Kementerian Keuangan berencana mengenakan cukai minuman kemasan, karena produk tersebut dianggap membahayakan kesehatan, seperti diabetes dan obesitas. Jika dikenakan cukai, sudah pasti harga jual minuman kemasan naik.

Di samping itu, negara akan mendapatkan pemasukan tambahan sampai Rp6,25 triliun dari cukai konsumsi minuman kemasan masyarakat.

Potensi pemasukan itu berasal dari produksi dan penjualan teh yang mencapai 2,19 miliar, dengan asumsi cukai Rp1.500 per liter, ada kemungkinan konsumsinya turun menjadi 2,01 miliar. Dari sana, negara diproyeksi mendapat Rp2,7 triliun.

Kemudian, produksi minuman karbonasi yang mencapai 747 juta liter, jika dipatok cukai sebesar Rp2.500 per liter, maka negara bisa mendapatkan pendapatan Rp1,7 triliun.

Sementara, produksi minuman berenergi, kopi, konsentrat dan lain-lain, yang jumlahnya mencapai 808 juta liter, yang dipungut cukai sebesar Rp2.500 per liter, maka negara akan mendapatkan pendapatan Rp1,85 triliun.

Related

News 7020980287737762984

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item