Gara-gara Virus Corona, Kasus Perceraian di China Meningkat Tajam

Gara-gara Virus Corona, Kasus Perceraian di China Meningkat Tajam, naviri.org, Naviri Magazine, naviri

Naviri Magazine - Tak hanya membuat perekonomian melemah, merebaknya virus corona atau COVID-19 juga berdampak pada meningkatnya kasus perceraian di China.

Baru-baru ini Global Times melaporkan, banyak pasangan suami-istri yang mengajukan gugatan perceraian di beberapa distrik yang ada di Xi’an, ibukota provinsi Shaanxi di Republik Rakyat Tiongkok. 

Salah seorang pejabat di kantor pendaftaran pernikahan di distrik Beilin, Xi’an, mengatakan bahwa permintaan perceraian itu mulai terjadi pada 1 Maret, dan mencapai puncaknya pada 4 Maret 2020.

Selain itu, ia juga menyebutkan dua alasan kenapa gugatan perceraian itu meningkat tajam pada periode waktu tersebut. 

Pertama, karena kantor pendaftaran pernikahan tutup selama sebulan, sehingga kemungkinan permintaan gugatan cerai itu tertunda, dan membludak saat kantor dibuka kembali.

Alasan yang kedua, karena banyak warga yang dikarantina di rumah dalam waktu yang cukup lama, sehingga bisa menimbulkan ketegangan antara mereka. Apalagi keadaan itu ditambah dengan rasa stres, panik, dan ketakutan, yang akhirnya membuat pasangan jadi lebih sering bertengkar. 

“Sebagai akibat dari pandemi, banyak pasangan yang telah terikat satu sama lain di rumah selama lebih dari sebulan, yang pada akhirnya menyebabkan konflik dan berujung pada perceraian,” ungkap salah seorang pejabat yang memiliki nama keluarga Wang, saat diwawancarai Global Times.

Pejabat lain dari kantor pendaftaran pernikahan di distrik Yanta, Xi’an, juga mengalami kasus serupa. Di mana ia menyebut bahwa telah terjadi lonjakan gugatan perceraian selama periode awal Maret. Pejabat itu juga mengatakan bahwa konflik yang terjadi di rumah tangga mengakibatkan pasangan suami-istri untuk bercerai secara impulsif. 

“Kami menerima beberapa gugatan perceraian, dan mereka kemudian menyesalinya. Karena itulah saya menyarankan untuk pasangan lebih serius dan bijaksana terhadap pernikahan mereka, agar terhindar dari penyesalan, karena mengambil tindakan yang impulsif,” kata Han, seorang pejabat di kantor pemerintahan pernikahan di distrik Yanta, kepada Global Times.

Kejadian ini tentu menimbulkan teka-teki yang menarik bagi para peneliti. Apakah waktu yang dihabiskan bersama dalam jangka waktu yang lama dan lingkungan yang sama merupakan hal yang baik bagi pasangan, atau justru sebaliknya.

Pada 2018, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal Marriage and Family menemukan fakta bahwa pasangan yang hidup bersama (living together) sebelum menikah memiliki tingkat perceraian yang lebih rendah pada tahun pertama, namun memiliki risiko tingkat perceraian yang lebih tinggi dalam lima tahun setelahnya. 

Pada akhirnya, psikolog Rob Pascale dan Lou Primavera PhD menyebut bahwa kunci dalam sebuah pernikahan adalah menjaga keseimbangan.

“Seimbang itu adalah gabungan dari waktu yang kita habiskan bersama teman dan keluarga, waktu bersama pasangan, dan waktu terpisah untuk diri sendiri. Hal itu dipercaya bisa meningkatkan kualitas pernikahan,” tulis Rob Pascale dan Lou Primavera dalam sebuah artikel di Psychology Today.

Baca laporan lengkap » Data, Fakta, dan Perkembangan Wabah Corona.

Related

Relationship 2950433457886005109

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item