Lapangan Kerja Kian Sempit, Jutaan Lulusan SMA Tak Bisa Kuliah

Lapangan Kerja Kian Sempit, Jutaan Lulusan SMA Tak Bisa Kuliah,  naviri.org, Naviri Magazine, naviri

Naviri Magazine - Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Agus Sartono, mengatakan ada 1,8 juta lulusan pendidikan menengah atas yang terpaksa kerja, dan tidak bisa melanjutkan ke pendidikan tinggi.

Padahal, seiring berkembangnya zaman dan revolusi teknologi, lapangan kerja khususnya yang membuka peluang untuk lulusan pendidikan menengah kian menyempit.

"Lihat contoh, misalnya, bagaimana perubahan sistem pembayaran menggunakan e-tol. Itu sudah mengurangi berapa banyak pegawai di pintu tol? Ribuan, kan?" ujarnya di Kemenko PMK, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, (11/3).

Hal serupa, kata Agus, bisa diprediksikan bakal terjadi di banyak sektor lainnya. Salah satunya juga supermarket, contohnya di luar negeri sudah banyak yang tidak menggunakan pelayan manusia di kasir.

Jika tidak ada upaya konkret dan signifikan untuk menanggulangi hal ini, maka menurutnya jumlah pencari kerja dan kesempatan bekerja tidak akan berimbang. Ia pun mengatakan, penyempitan lapangan kerja di banyak sektor akan terus terjadi beriringan dengan pertumbuhan ekonomi.

Lebih lanjut, Agus menjelaskan, ada sedikitnya 3,7 juta lulusan pendidikan menengah setiap tahunnya. Dari angka tersebut, hanya 1,9 juta yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Kemudian, 1,8 juta lainnya harus mencari kerja dengan ijazah SMA atau sederajat. Setiap tahun, angka ini harus bersaing dengan 1,3 juta lulusan perguruan tinggi, dengan gelar sarjana maupun diploma dalam mencari kerja.

Berarti tiap tahunnya, menurut paparan Agus, ada 3,1 juta pencari kerja di Indonesia. Ini belum termasuk angka pengangguran terbuka. Juga belum menghitung penduduk yang putus sekolah. Untuk itu, ia mengatakan, kartu prakerja jadi salah satu perhatian pemerintah menanggulangi perkara ini.

Selain itu pihaknya juga menargetkan agar Angka Partisipasi Kasar (APK) atau presentase jumlah penduduk yang bersekolah bisa naik hingga 45 persen di tahun 2024. Agus mengatakan, tahun ini APK di Indonesia baru mencapai 37 persen.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), setidaknya ada 6.816.840 pengangguran terbuka di Indonesia per Februari 2019. Rincian jumlahnya bervariasi, berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan.

Jumlah pengangguran terbuka paling tinggi adalah lulusan SMA atau sederajat, yakni 1.680.794 orang. Disusul lulusan SMA dan sederajat sebanyak 1.381.964 orang, lulusan SMP dan sederajat 1.219.767 orang.

Kemudian lulusan SD dan sederajat sebanyak 954.010 orang, lulusan universitas sebanyak 839.019 orang, yang belum tamat SD sebanyak 435.655 orang, lulusan diploma sebanyak 269.976 orang, dan terakhir belum pernah sekolah sebanyak 36.655 orang.

Sedangkan data penduduk menurut status pekerjaan utama dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan, oleh Badan Pusat Statistik, menunjukkan orang lulusan SD dan sederajat menjadi angka terbesar yang tercatat bekerja per Februari 2019. Jumlahnya 26.320.414 orang, dan status pekerjaannya bervariasi, mulai dari usaha, buruh, petani, hingga bekerja bebas lainnya.

Angka ini kemudian disusul oleh pekerja lulusan SMA dan sederajat sebanyak 20.450.382 orang, lulusan SMP dan sederajat sebanyak 18.960.355 orang, tidak pernah tamat SD sebanyak 13.977.516 orang.

Kemudian lulusan universitas 12.141.751 orang, lulusan diploma sebanyak 3.463.259 orang, dan terakhir tidak pernah sekolah sebanyak 2.840.562 orang.

Related

News 2297275017047589709

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item