Mengapa Manusia Melakukan Panic Buying, Saat Wabah Melanda? Ini Penjelasan Psikolog

Mengapa Manusia Melakukan Panic Buying, Saat Wabah Melanda? Ini Penjelasan Psikolog, naviri.org, Naviri Magazine, naviri

Naviri Magazine - Steven Taylor, Profesor sekaligus Psikolog Klinis di University of British Columbia, mengungkapkan, dalam kasus terjadinya bencana alam, terdapat perbedaan gagasan yang jelas antara persiapan untuk menghadapi bencana dan sekadar pembelian berlebih.

Tapi, dalam kasus sebaran Virus Corona, ada banyak ketidakpastian yang mendorong terjadinya perilaku pembelian berlebih.

Panic buying, menurut Taylor, didorong oleh kecemasan dan keinginan untuk berusaha keras menghentikan ketakutan tersebut. “Panic buying membantu orang merasa mengendalikan situasi. Dalam keadaan seperti ini, orang merasa perlu untuk melakukan sesuatu yang sebanding, dengan apa yang mereka anggap sebagai tingkatan krisis,” jelas Taylor.

Padahal, saat ini yang perlu dilakukan masyarakat untuk mencegah penularan dan sebaran wabah COVID-19 adalah mencuci tangan dan mempraktikkan hidup bersih.

“Tetapi bagi banyak orang, mencuci tangan sepertinya terlalu biasa. Wabah COVID-19 adalah peristiwa dramatis. Oleh karena itu, diperlukan tanggapan dramatis sehingga orang-orang menghamburkan uang, dengan harapan dapat melindungi diri mereka sendiri,” tegas Taylor.

Meski demikian, beberapa peneliti mengungkapkan bahwa dalam menghadapi ancaman yang tidak diketahui, manusia cenderung menggunakan pengetahuan yang telah mereka ketahui sebelumnya dari ancaman serupa.

Menurut Helene Joffe, Profesor Psikologi di University College London, terdapat kesinambungan antara reaksi orang terhadap krisis massal.

Helen menjelaskan, beberapa orang mengaitkan wabah COVID-19 dengan wabah SARS yang pernah terjadi sebelumnya. SARS disebabkan oleh virus corona yang berbeda, dan sempat menyebar pada 2003 silam.

“Jadi, orang akan menghubungkan dengan SARS maupun wabah hitam yang sempat menjangkiti Eropa, dan memperkuat risiko yang akan terjadi,” sebut Helene.

Hal senada juga diungkapkan oleh David A. Savage dari University of Newcastle dan Benno Torgler dari Queensland University of Technology. Menurut keduanya, manusia memiliki kemampuan untuk 'melihat' ancaman di masa depan, dan mempersiapkan diri untuk menghadapinya.

Dalam hal seperti wabah Virus Corona, satu faktor yang sangat menentukan adalah kecepatan informasi yang dapat dibagikan di seluruh dunia.

“Kosongnya jalan-jalan di Wuhan dan kota-kota lain di Cina, serta terisolirnya kehidupan masyarakat, maka wajar jika kita ingin bersiap menghadapi ancaman gangguan serupa di negeri kita sendiri,” tulis David dan Benno, mengutip The Conversation.

Mempersiapkan masa isolasi, menurut David dan Benno, bukan hasil dari ketakutan ekstrem atau irasional, melainkan ekspresi dari mekanisme bertahan hidup manusia yang sudah mengakar.

“Tapi, Anda juga tidak perlu terburu-buru untuk membeli berbagai bahan pangan yang justru tidak bisa bertahan selama masa inkubasi virus. Ada baiknya Anda membuat daftar belanja, dan hanya membeli hal-hal yang dibutuhkan,” imbuh David dan Benno.

Baca laporan lengkap » Data, Fakta, dan Perkembangan Wabah Corona.

Related

Psychology 1771453410350390059

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item