Wabah Corona dan Polemik Bantuan China pada Negara-negara di Dunia (Bagian 1)

Wabah Corona dan Polemik Bantuan China pada Negara-negara di Dunia, naviri.org, Naviri Magazine, naviri

Naviri Magazine - Seiring dengan pelambatan kasus baru COVID-19 di negaranya, China menawarkan bantuan kepada negara-negara lain dalam pertarungan melawan virus corona, termasuk ke Indonesia.

China mengirim pasokan medis dan peralatan pelindung seperti masker ke banyak negara, dan telah memberikan US$ 20 juta untuk Organisasi Kesehatan Dunia.

"Anda memberikan buah persik kepada saya, dan sebagai balasannya saya memberi Anda batu giok putih sebagai bentuk persahabatan," kata juru bicara kementerian luar negeri China, Geng Shuang, kepada wartawan.

"Ini adalah wujud kebajikan tradisional China yang mengajarkan kami untuk membalas kebaikan dengan kebaikan yang lebih besar. Kami akan memperkuat kerja sama dengan negara lain dalam menanggapi tantangan COVID-19 sambil bersama-sama membangun komunitas yang akan menjadi bagian dari masa depan umat manusia."

Tetapi di saat menawarkan bantuan kepada beberapa negara yang paling terpukul di Eropa, Beijing juga terlibat perang kata-kata dengan Washington, mengenai siapa yang harus bertanggung jawab atas wabah awal.

Siapa yang dibantu China?

Menurut Kementerian Luar Negeri China, negeri tirai bambu telah memberikan bantuan kepada 82 negara, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Uni Afrika.

Di antara negara-negara yang dibantunya adalah Pakistan, Laos, Thailand, Iran, Korea Selatan, Jepang, Kamboja, Filipina, Mesir, Afrika Selatan, Irak, Etiopia, Kazakhstan, Belarus, Cuba, dan Chili.

China juga telah membantu negara-negara di Eropa, yang menjadi wilayah dengan jumlah kasus COVID-19 terbesar saat ini, terutama Italia, Prancis, Spanyol, Yunani, Serbia, dan negara Uni Eropa lainnya.

Lebih dari 20 ahli medis dan sekitar 26 ton persediaan bantuan telah dikirim ke Italia, di antaranya persediaan ventilator, monitor, peralatan pelindung, dan obat-obatan penting lain.

China juga memberi Spanyol 500.000 masker dan telah mengirim 1 juta masker ke Perancis. Negara Uni Eropa lainnya akan menerima 2 juta masker bedah, 200.000 masker N95 dan 50.000 testing kit.

Pakistan telah menerima sekitar 15.000 alat tes corona, sementara Jepang telah menerima 100.000 masker. Korea Selatan telah menerima kiriman 5 juta masker.

Karena keterbatasan pasokan alat medis, China mencoba membantu dengan menjadi tuan rumah konferensi video jarak jauh dengan pejabat kesehatan di seluruh dunia, menawarkan wawasan dan pengalamannya sebagai negara pertama yang menangani wabah besar.

Bantuan China tiba di Indonesia

Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menerima 8 ton bantuan peralatan medis dari China, dan menyerahkan secara simbolik APD kepada Kapuskes TNI, Kepala RSPAD, Kepala RS Suyoto, Kapuskes Angkatan Darat, Kadiskes Angkatan Laut, dan Kadiskes Angkatan Udara, 23 Maret 2020.

Total bantuan yang diberikan China yakni sebanyak 12 ton, berisi alat pelindung diri (APD) yang terdiri atas 7,2 ton pakaian pelindung, 128 kg masker bedah jenis N95, 110 kg sarung tangan sekali pakai, 700 kg masker sekali pakai, dan 775 kg kacamata pelindung.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengatakan telah berkomunikasi dengan Menteri Pertahanan China, mengenai kebutuhan bantuan Indonesia dalam menghadapi Covid-19.

Dalam komunikasi tersebut, Prabowo juga mengirimkan daftar kebutuhan Indonesia kepada Menhan China.

"Secara umum, apa yang dibutuhkan oleh rumah sakit adalah alat kesehatan, ventilator, alat rapid test, APD," kata Prabowo kepada wartawan di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta.

Mengapa China menawarkan bantuan?

Bantuan China datang saat terjadi ketegangan pada sistem internasional, menyusul banyaknya negara yang lebih memprioritaskan kebutuhan warganya sendiri daripada kebutuhan tetangganya.

Ketegangan ini terlihat jelas di antara negara-negara Uni Eropa, wilayah dengan jumlah infeksi tertinggi saat artikel ini dibuat.

Awal bulan Maret, Jerman dan Prancis dikecam negara-negara Uni Eropa saat mereka mengambil posisi untuk menjaga stok persediaan medis yang diproduksi di dalam negeri.

Langkah memprioritaskan dalam negeri telah menimbulkan kekhawatiran bahwa pandemi corona berpotensi merusak solidaritas di dalam Uni Eropa. Amerika Serikat, saat pandemi Ebola, memiliki peran besar dalam skala global, belum berada di garis depan saat ini.

Mengingat riwayatnya dalam konflik internasional, banyak pihak kini memuji China karena bantuan yang ditawarkannya. Namun akademisi dari Australian National University (ANU) dengan konsentrasi keahlian tentang China, Graeme Smith, punya analisis yang berbeda.

"[Strategi bantuan] ini digunakan rezim untuk membalikkan narasi dari China sebagai sumber dan penyebab wabah, menjadi narasi China yang bisa mengendalikan dan secara efektif menyelamatkan dunia dari pandemi ini," katanya. "Ini adalah tentang mengendalikan narasi domestik di China, dan bukan tentang altruisme global."

Baca lanjutannya: Wabah Corona dan Polemik Bantuan China pada Negara-negara di Dunia (Bagian 2)

Related

News 7976471591232607846

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item