Spanyol Lockdown karena Corona, Warga yang Keluar Rumah Didenda Rp 2 Juta

 Spanyol Lockdown karena Corona, Warga yang Keluar Rumah Didenda Rp 2 Juta, naviri.org, Naviri Magazine, naviri

Naviri Magazine - Pemerintah Spanyol menerapkan sanksi yang cukup tegas, berupa denda minimal 200 euro atau sekira Rp2 juta, bagi siapa saja yang keluar rumah. Kebijakan ini berlaku sejak negara tersebut melakukan lockdown atau karantina sejumlah kota untuk menekan penyebaran virus corona (Covid-19).

Hal itu diungkapkan oleh Devita Pradinda, anak Wakil Wali Kota Depok, Pradi Supriatna. Putri ketiga dari empat bersaudara ini adalah satu dari sejumlah mahasiswi asal Indonesia yang sedang mengenyam pendidikan di Conservatorio Profesional de Música de Las Palmas, de Gran Canaria, Spanyol.

Meski aturannya cukup ketat, namun Devita mengaku sangat bersyukur, karena mendapat perhatian dari pemerintah setempat dan pihak kedutaan Indonesia.

“Alhamdulillah dari kedutaan sangat perhatian, kami setiap hari dihubungi via telepon. Logistik juga terjamin, kan dianterin,” katanya melalui sambungan telepon. 

Devita mengatakan, jika ada yang tertangkap keluar rumah tanpa alasan yang jelas, maka akan dikenakan denda sebesar 200 euro atau Rp2 juta. “Di sini pada nurut, pada di rumah. Orang-orang di sini juga pada bagus (berbagi),” katanya.

Sama seperti di Indonesia, pelajaran pun diubah menjadi sistem online.

“Tapi yang enggak bagus di sini tuh, sebenarnya corona kan dua minggu masa inkubasinya di rumah buat menjaga diri. Nah, tugas sekolahnya tapi malah kebanyakan,” ucapnya.

Devita menjelaskan, kondisi saat ini relatif stabil, namun memang ada aturan-aturan yang cukup ketat terkait social distancing. Warga hanya diperbolehkan keluar rumah untuk pergi ke supermarket dan apotek. Warga yang ingin masuk ke supermarket pun dibatasi hanya boleh lima orang, sehingga menyebabkan atrean panjang di luar supermarket.

Lebih lanjut, mahasiswi yang sedang menggeluti seni musik klasik ini mengatakan, karena jumlah korban akibat corona cukup tinggi, maka Pemerintah Spanyol pun sedang menyiasati penanganan medis.

“Permasalahannya itu karena bukan tenaga medisnya, tapi karena angkanya melonjak. Jadi rumah sakit banyak yang enggak memadai, karena jumlah pasien dan rumah sakitnya tidak sebanding. Itu masalah mengkhawatirkannya, makanya kita dipaksa lockdown.”

Ia menambahkan, tiap jam 19:00 dan 20:00 malam waktu setempat, ada tradisi applause (tepuk tangan) sebagai tanda hormat untuk para medis.

Devita mengaku, di penginapannya tak sendiri. Ia bersama sekira 30 orang mahasiswa asal WNI yang juga sedang mengenyam pendidikan di Spanyol. Sementara itu sang ayah, Pradi Supriatna, mengaku sempat khawatir dengan kondisi salah satu anak kembarnya itu.

“Ya namanya orangtua khawatir pasti ada, tapi saya yakin dengan penanganan di sana, dan saya selalu berdoa yang terbaik. Saya juga selalu memantau perkembangan dia di sana. Mohon doanya, ya,” kata Pradi.

Baca laporan lengkap » Data, Fakta, dan Perkembangan Wabah Corona.

Related

News 1507749539204052418

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item