Kisah Mengharukan Kurir Pengantar Makanan yang Membalas Jasa Dokter dan Perawat Saat Wabah Corona

Kisah Mengharukan Kurir Pengantar Makanan yang Membalas Jasa Dokter dan Perawat Saat Wabah Corona, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Li Yan adalah seorang kurir makanan di Beijng, China, yang bertekad membalas jasa para tenaga kesehatan yang telah merawatnya, sewaktu dia mengidap kanker. Selain itu, Li melayani kaum rentan seperti para lansia.

"Para dokter dan perawat adalah orang-orang yang menyelamatkan saya dari kanker, serta memberikan kekuatan pada masa kelam. Saya harus membalas jasa mereka," kata Li Yan, seorang kurir makanan di Beijng, China.

Li didiagnosa mengalami kanker kelenjar getah bening pada 2003, ketika dia masih berusia 17 tahun. Kini dia telah pulih dan hatinya penuh rasa syukur terhadap para tenaga kesehatan yang merawatnya sampai sembuh.

Sebagai kurir untuk Meituan, salah satu perusahaan pengantaran makanan terbesar di China, Li melihat ada peluang membalas jasa para tenaga kesehatan, mengingat banyak di antara mereka yang mengandalkan layanan antar makanan dan minuman, setelah pemerintah China memberlakukan karantina wilayah di sejumlah daerah.

"Karena pengalaman masa lalu, saya merasa perlu melakukan sesuatu untuk mereka sebagai balas budi selama wabah virus," ujar Li.

Di kota berpenduduk 21 juta itu, Li beraktivitas di Distrik Tongzhou yang terdapat sejumlah rumah sakit. Salah satunya adalah rumah sakit rujukan bagi pasien Covid-19.

"Banyak yang khawatir mengantar ke rumah sakit, namun saya memilih mengantar ke sana lebih sering. Saya berpikir warga setempat dan para tenaga kesehatan memerlukan kami. Saya tidak bisa membiarkan mereka kelaparan. Ini bukan soal uang."

Sebelum wabah virus corona melanda China, Li rata-rata mengantar lebih dari 50 pesanan dalam sehari. Namun, selama 10 hari pertama sejak virus corona mewabah pada akhir Januari, jumlah pesanan merosot menjadi kurang dari 20, karena banyak restoran tutup.

Wabah itu muncul bertepatan dengan liburan Imlek yang biasanya sepi. "Sampai pertengahan Februari, ketika situasi lebih terkendali dan kekhawatiran orang perlahan menurun, pesanan mulai banyak lagi. Saya kini bisa mengantar 40 pesanan sehari."

Pada masa sekarang, Meituan menyediakan opsi layanan pengantaran di titik tertentu, sehingga pemesan bisa mengambil pesanan tanpa berkontak dengan kurir.

"Saat saya menghubungi pelanggan untuk menjelaskan, awalnya beberapa orang tidak paham dan ingin membatalkan pesanan. Namun secara bertahap orang-orang memahami dan menyambut pendekatan tanpa kontak," papar Li.

Jalan-jalan kosong

China memberlakukan karantina wilayah atau lockdown selama lebih dari dua bulan, meski di beberapa daerah, seperti Wuhan, lockdown telah dicabut. Bagaimanapun, perlu waktu agar semuanya berjalan seperti sediakala.

"Saya ingat ketika virus corona pertama kali mewabah di Beijing. Jalan-jalan kosong, toko-toko ditutup. Mobil ambulans atau kurir sesekali melintas. Saya merasa hidup di dunia lain," tutur Li.

Menurut Li, restoran-restoran mulai buka dan khalayak kembali bekerja di kantor, untuk pertama kali sejak pertengahan Februari. Jumlah pesanan masih di bawah pada masa sebelum wabah Covid-19, namun perlahan membaik.

"Saya rindu hiruk-pikuk Beijing yang biasanya macet, hari-hari ketika saya bisa mencium asap knalpot di persimpangan, saat-saat ketika saya harus berjalan hingga lantai keenam untuk mengantar makanan, dan bahkan hari-hari ketika saya telat mengantar makanan."

Tatkala virus corona mewabah, masker dan cairan disinfektan adalah barang yang paling banyak dipesan selain bahan-bahan makanan.

"Beras, minyak goreng, sayuran, buah-buahan, makanan kemasan yang bertahan lama. Pesanan kerap muncul dalam jumlah banyak dan harga transaksinya bisa mencapai sekitar 200-300 yuan (Rp445.000 - Rp700.000) sekali pesan.”

Sebagai kurir makanan, Li merasa tidak bisa membalas jasa para tenaga kesehatan saja, tapi juga kaum rentan di Beijing.

"Saya pernah menerima pesanan dengan catatan yang menyebutkan si pelanggan berusia 82 tahun, hidup sendirian, dan tidak bisa turun ke bawah untuk mengambil makanan, sehingga kurir harus mengantarkan sampai ke pintunya."

"Saya harus berkomunikasi cukup lama dengan petugas keamanan, dan akhirnya diperbolehkan masuk. Pintu rumah terbuka ketika saya tiba, kemudian saya menaruh semangkuk wonton di meja."

Uang tip dari pelanggan yang senang selama masa pandemi pun meningkat. "Banyak yang mengirim ucapan terima kasih melalui aplikasi Meituan, dan menelepon saya untuk mengatakan jaga kesehatan."

Menjaga kebersihan

Li kini punya kebiasaan baru, yaitu sering memeriksa suhu tubuh dan membersihkan diri.

"Suhu tubuh saya diperiksa puluhan kali setiap hari sebelum masuk mal, di restoran, dan ketika kembali ke kawasan rumah saya. Saya juga membawa semprotan disinfektan dan handuk di motor. Saya memakai sarung tangan saat mengantarkan pesanan ke daerah yang ada kasus positifnya."

Saat bertugas, apakah Li khawatir terjangkit virus corona?

"Saya sempat khawatir ketika virus menyebar, dan itu saat-saat terburuk di sini. Namun, saya merasa sudah pernah melalui itu semua, mengingat bagaimana perjuangan saya dulu melawan kanker."

"Saya belajar untuk tenang, melihat segala sesuatu dari sisi positif, dan selalu mencari kekuatan di masa yang kelam. Selama saya melakukan langkah-langkah pencegahan, masker, sarung tangan, disinfektan, dan mengikuti arahan para pakar pengendali penyakit, saya pikir kemungkinan tertular virus cukup rendah."

Dengan istri yang mengandung tujuh bulan di rumah, Li menatap masa depan dengan bahagia.

Baca laporan lengkap » Semua Hal tentang Virus Corona, di Indonesia dan Dunia.

Related

News 5404640186790950041

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item