Mengungkap Misteri Novel ‘End of Days’ yang Meramalkan Wabah Corona

Mengungkap Misteri Novel ‘End of Days’ yang Meramalkan Wabah Corona, naviri.org, Naviri Magazine, naviri

Naviri Magazine - Di tengah pandemi virus corona, sebuah buku berjudul ‘End of Days’ viral di media sosial. Buku yang ditulis pada tahun 2008 itu berbicara tentang sebuah ramalan. Bahwa akan ada penyakit seperti pneumonia yang menyerang dunia pada tahun 2020. 

Orang lalu menghubung-hubungkan ramalan itu dengan situasi buruk saat ini. Terlebih, buku itu bicara spesifik soal penyakit yang menyerang paru-paru dan sistem pernapasan. Persis seperti gejala Covid-19. 

Aktris AS, Kim Kardashian, merupakan orang pertama yang menyebarkan isi ramalan buku tersebut. Hal itu ia unggah di akun Twitter pribadinya. 

Lantas, apa sebenarnya isi buku tersebut?  

Buku setebal 300 halaman itu ditulis oleh Sylvia Browne. Menurut laporan Newsweek, versi digital yang dijual di situs amazon.com kini menduduki peringkat 10 teratas.

Warga AS begitu penasaran dengan isi buku itu, setelah diviralkan oleh Kim Kardashian. 

Browne merupakan seorang cenayang AS. Lebih dari 40 buku ia hasilkan selama hidupnya. Mayoritas masuk ke dalam daftar New York Time Best Seller. Browne meninggal di usia 77 tahun pada 20 November 2013. 

Secara umum, buku ‘End of Day’ bicara tentang ramalan dunia hingga tahun 2100. Buku itu dibagi dalam delapan bab, yang ditulis dengan renyah dan provokatif. 

Dalam kata pengantarnya, Browne menyebut buku itu berasal dari keresahannya selama ini. Utamanya tentang perang yang senantiasa berkecamuk, terorisme, hingga perubahan iklim. Ia lalu berupaya untuk menerawang lebih jauh, apa yang akan terjadi di masa depan. 

“Buku ini dikhususkan untuk menggantikan rasa takut dengan fakta. Untuk membuktikan bahwa pengetahuan adalah kekuatan,” kata Browne. 

Dalam buku itu pula, ada banyak hal yang ia lihat dan katakan. Misalnya, ia memperingatkan calon presiden AS tentang nasib buruk yang akan terjadi bila terpilih sebagai presiden. 

“Suatu saat antara 2008 dan 2020, saya melihat seorang presiden yang duduk sekarat di kantor karena serangan jantung,”  tulisnya. 

Lain dari itu, salah satu ramalannya yang kini dibicarakan orang adalah soal corona. Browne memang tak spesifik menyebut nama penyakit. Ia juga tak berbicara soal Kota Wuhan, China, yang menjadi pusat penyebaran virus corona. 

Browne hanya berbicara soal akan tiba sebuah penyakit yang menyerang dunia. Sementara itu, dunia akan kewalahan menghadapi penyakit tersebut. Ramalan itu ia tulis dalam satu paragraf. 

“Sekitar tahun 2020, penyakit seperti pneumonia yang parah akan menyebar ke seluruh dunia. Menyerang paru-paru dan saluran bronkial. Semua tindakan medis tak mempan. Lebih membingungkan lagi, penyakit itu akan hilang secara tiba-tiba. Baru akan menyerang lagi 10 tahun kemudian dan menghilang sepenuhnya,” tulis Browne. 

Meski begitu, ini bukan berarti Browne hanya meramal yang buruk-buruk saja. Ia juga meramal hal yang baik. Misalnya, kebutaan akan menjadi cerita usang di tahun 2020. Itu karena, menurutnya, akan ada teknologi yang mampu dibenamkan ke otak manusia. 

Ramalan terakhir Browne pun bermuara di tahun 2100. Di tahun itu, Browne melihat bumi sudah padam. Tak ada lagi cahaya. Di titik itu, kata dia, bumi sudah tak lagi menjadi planet yang layak huni. 

Bantahan ramalan 

Terkait dengan ramalan Browne, khususnya seputar wabah di tahun 2020, Benjamin Radford punya analisis yang menarik. Radford merupakan penggiat Center of Inquiry, sebuah LSM yang bergerak di bidang saintifik yang berbasis di AS. 

Dalam uraiannya, Radford melihat bahwa ramalan satu paragraf Browne bermasalah dalam tata bahasa. Khususnya pada diksi ‘di sekitar’ yang digunakan Browne untuk merujuk wabah penyakit tersebut. ‘Diksi di sekitar 2020’, kata dia, bisa bermakna 2017, 2018, 2019, dan seterusnya. 

“Browne tidak menulis ‘Pada tahun 2020’ yang akan mempersempitnya menjadi satu tahun kalender. Dia menulis ‘di sekitar’ yang sebetulnya canggung secara tata bahasa.” tulis Radford. 

Radford juga menyoroti soal pernyataan Browne yang menyebut penyakit ini tak bisa diobati. Menurut Radford, dokter di seluruh dunia tahu apa yang mesti dilakukan. Meski memang untuk saat ini belum ada vaksinnya. 

“Tidak ada yang istimewa tentang resistensi Covid-19 terhadap pengobatan,” tulisnya.

Selain itu, Radford juga menyangkal bahwa corona akan menghilang begitu saja Menurutnya, pemodelan sebuah wabah yang dilakukan ilmuwan tak pernah membingungkan. Terlebih hingga saat ini jumlah pasien yang sembuh dan yang baru terpapar tidak naik atau turun drastis. 

“Ini salah, setidaknya sampai sekarang. Covid-19 tidak tiba-tiba menghilang,” tutupnya.

Menurut laporan The Independent, Browne pernah meramalkan sesuatu yang salah. Pada tahun 2004, Browne mengatakan kepada ibu korban penculikan Amanda Berry bahwa anaknya sudah meninggal. Belakangan, tahun 2013, Berry ditemukan masih hidup. 

Selain buku ‘End of Day’, sebelumnya ada satu novel yang juga sempat viral. Novel itu berjudul “The Eyes of Darkness” yang ditulis Dean Koontz. Banyak orang yang juga menghubung-hubungkan buku itu dengan virus corona. 

Dalam novel itu, Koontz menulis bahwa ada virus bernama ‘Wuhan-400’. Koontz menggambarkan virus itu sebagai senjata biologis yang mematikan. 

Berdasarkan laporan Reuters, kisah novel Koontz dan pandemi corona saat ini lebih merupakan cocoklogi semata. Itu karena, corona diduga bermula dari sebuah pasar hewan di Wuhan, bukan dari lab apalagi untuk senjata biologis.

Baca laporan lengkap » Data, Fakta, dan Perkembangan Wabah Corona.

Related

News 1292758997636815555

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item