Bumi Manusia, Novel Paling Populer Karya Pramoedya Ananta Toer

Bumi Manusia, Novel Paling Populer Karya Pramoedya Ananta Toer, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - “Belajarlah berlaku adil sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan,” itulah yang diucapkan pelukis Prancis, Jean Marais, kepada sahabatnya, Minke, yang menjadi tokoh utama dalam novel legendaris, Bumi Manusia, karangan sastrawan Pramoedya Ananta Toer.

Kutipan tersebut menjadi petuah yang diingat Minke sampai akhir cerita. Nasihat Jean menjadi relevan dalam segala kondisi, termasuk di kehidupan nyata. Sang pengarang berhasil membuatnya menjadi lebih dari sekadar arti harafiah.

Narasi demikian dari Pram—sapaan untuk Pramoedya—mengangkat permasalahan sosial pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 jadi tak lekang oleh zaman ketika novelnya diterbitkan pertama kali pada 1980.

“Karya-karya Pram terus relevan di setiap zaman, termasuk untuk generasi hari ini. Relevan dari berbagai aspek, baik dari sisi cerita, nilai-nilai yang tersirat dan tersurat, maupun dari teknik penulisan,” kata novelis Okky Madasari.

Bumi Manusia, menurut Okky, termasuk karya yang terus-menerus dipelajari dan dibaca. Bahkan sutradara Hanung Bramantyo menggarap film dari novel yang ditulis Pram saat diasingkan di Pulau Buru oleh rezim Orde Baru ini.

Penikmat buku di situs katalogisasi buku GoodReads juga menyukai karya setebal 305 terbitan Hasta Mitra ini, dibandingkan dengan karya Pram lainnya, termasuk tiga novel dalam Tetralogi Buru: Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.

GoodReads mencatat, ada 11.845 akun yang menyukai novel ini, menempatkan Bumi Manusia jadi novel terpopuler. Di posisi kedua, Anak Semua Bangsa (4.731 akun), Jejak Langkah (4.135 akun) dan di urutan terakhir yakni tetralogi paling mutakhir terbit, Rumah Kaca (2.973 akun).

“Tetralogi karya Pram di Pulau Buru, merupakan karya sastra yang ditulis dengan keluasan pandang, keluasan pemikiran, dengan kemampuan bercerita tingkat tinggi, yang sepenuhnya didedikasikan untuk memperluas cara pandang pembacanya, dan meninggikan martabat manusia dan kemanusiaan,” ujar Okky.

Bumi Manusia menjadi karya yang terbaik dari tiga novel lainnya dalam Tetralogi Buru, menurut penulis aliran realisme sosial ini. Novel ini mampu membangun karakter Minke, Nyai Ontosoroh dan Annelies, menjadi nyata, manusiawi, kuat dan hidup di benak pembaca.

Sepakat dengan Okky, Dosen Sejarah Sastra Indonesia Universitas Indonesia, Muhammad Yoesoev, menjelaskan cara bertutur Pram dengan penonjolan karakter mampu menghidupkan novel sehingga menjadi daya tarik tersendiri.

“Kalau bicara soal Minke, apa sih yang dikerjakan Minke? Apa yang dipikirkan? Ini yang membuat penasaran. Ketika seorang penulis mampu membuat pembacanya penasaran, ini satu indikasi dia penulis yang andal," katanya.

Tokoh lain yang memiliki karakter kuat yakni Nyai Ontosoroh, yang berujar: ”Jangan panggil aku perempuan sejati jika hidup hanya berkalang lelaki… Namun bukan berarti aku tak butuh lelaki untuk aku cintai.”

Pemikiran tersebut, menjadi antitesis dari kultur feodalisme yang melekat dalam budaya Jawa pada masa tersebut. Nyai Ontosoroh, menariknya, digambarkan menjadi sosok feminis.

Okky berpendapat, Pram mampu meracik permasalahan sosial dengan balutan kisah percintaan, menembus stigma sosial. Cara bertutur ini mampu menyedot khalayak lebih banyak, tanpa menghilangkan pesan moral: kekuasaan, ketidakadilan, dan ketidakberdayaan.

“Melalui kisah keluarga Nyai Ontosoroh, Pram memotret problem masyarakat, problem bangsa yang terjajah, dan perkembangan dunia yang terus bergerak menuju kemajuan,” katanya.

Related

Books 3531445931219139531

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item