Dampak PSBB Selama Wabah Corona: Langit Jakarta Makin Biru dan Udara Kian Bersih

Dampak PSBB Selama Wabah Corona: Langit Jakarta Makin Biru dan Udara Kian Bersih, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB, ternyata memberikan dampak juga terhadap kualitas udara di Jakarta yang membaik. Sebab, aktivitas kendaraan bermotor jadi berkurang dengan adanya pemberlakuan PSBB, sehingga polusi juga menurun.

Kepala Sub Bidang Informasi Pencemaran Udara BMKG, Suradi, menjelaskan, indikator utama yang mempengaruhi kualitas udara khususnya di Jakarta, secara umum adalah faktor alamiah dan faktor non alamiah.

“Secara umum, memang sekarang kalau ngelihat faktor alamiah, sekarang kalau dibandingkan tahun kemarin relatif lebih bagus kualitas udara di Jakarta,” kata Suradi.

Menurut dia, faktor alamiah terkait dengan arah kecepatan angin dan curah hujan atau klimatologis. Kemudian, faktor non alamiah itu adanya campur tangan aktivitas manusia. Adapun penyumbang polusi udara yaitu kendaraan bermotor, terutama kendaraan roda dua alias sepeda motor.

"Kalau dari sisi penyumbangnya memang kendaraan bermotor, khususnya motor. Itu punya andil besar untuk memperburuk kualitas udara, kemudian industri," ujarnya.

Jadi, kata dia, adanya penerapan PSBB membuat kualitas udara di Jakarta membaik. Karena, lanjut dia, memang kalau bicara kualitas udara sangat terbuka dan terpengaruh juga dari angin.

"Bisa saja udara sekarang di Jakarta memang bukan berasal dari Jakarta, apalagi bulan April arah angin mulai berubah," jelas dia.

Namun, ia mengatakan, kemungkinan kualitas udara Jakarta akan kembali memburuk apabila penerapan PSBB misalnya dua minggu lagi dihentikan, dan musim kemarau masuk.

"Itu kemungkinan akan berkontribusi terhadap kualitas cuaca yang seharusnya sudah membaik, mungkin sedikit terdegradasi lagi," katanya.

Sementara Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Haryoto Kusnoputranto, juga melihat saat ini kualitas udara di Jakarta sudah cukup membaik dengan situasi langit tampak biru. Menurut dia, penyumbang polusi udara di Jakarta paling besar oleh kendaraan bermotor, bukan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

Karena, kata dia, ada dua faktor yang menjadi sumber cuaca udara di Jakarta buruk. Pertama sumber bergerak, dan sumber tidak bergerak. Sumber bergerak itu kendaraan bermotor, menyumbang sekitar 65-70 persen. Sedangkan sumber tidak bergerak adalah industri dan sebagainya.

"Sumbernya hanya itu. Jadi kalau kendaraan bermotor tidak ada, saya yakin udara bersih dan sehat. Untuk mengukur kualitas udara, ada ISPU (indeks standar pencemaran udara), yakni bisa mengukur apakah kondisi udara saat ini sehat (baik), sedang, tidak sehat, sangat tidak sehat, dan berbahaya," kata Haryoto.

Baca laporan lengkap » Semua Hal tentang Virus Corona, di Indonesia dan Dunia.

Related

News 9068403828484027649

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item