Kisah The New Yorker, Koran Terkenal dan Bersejarah di Amerika (Bagian 2)

Kisah The New Yorker, Koran Terkenal dan Bersejarah di Amerika, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah The New Yorker, Koran Terkenal dan Bersejarah di Amerika - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Hersey menulis dengan pendekatan sastra, sehingga laporan yang ia tulis tak seperti produk jurnalisme kebanyakan, namun condong kepada novel fiksi. Semua dengan sudut pandang orang ketiga yang merupakan para korban bom atom Hiroshima, sehingga pembaca mendapat gambaran deskriptif, dan terasa lebih dekat dengan peristiwa.

Laporan itu menjadi perbincangan banyak orang di seluruh dunia, terutama publik Amerika Serikat. Banyak yang memuji, namun tak sedikit pula yang mengkritiknya. Mengingat pada waktu itu, banyak pihak yang menjustifikasi keputusan Presiden AS, Harry S. Truman, menjatuhkan dua bom atom ke dua kota di Jepang, Hiroshima dan Nagasaki.

Kendati demikian, esai Hiroshima Hersey mau tak mau menjadi pembaharu dan mengubah lanskap jurnalisme dalam reportase dan gaya penulisan, yang hingga kini banyak diadopsi media-media, terutama mereka yang berfokus pada long-form reporting.

Diakuisisi Newhouse

Pada November 1984, Sam Newhouse, seorang taipan media pemilik Advance Publication, merogoh 25 juta dolar AS demi mendapatkan 17 persen kepemilikan saham The New Yorker. Dua tahun berikutnya, pada Februari 1986, Newhouse memutuskan membeli keseluruhan saham majalah tersebut dan beberapa majalah lainnya.

Akuisisi yang dilakukan Newhouse cukup mengagetkan, mengingat industri media cetak seperti majalah, tengah menghadapi kelesuan pasca munculnya platform media-media baru seperti televisi. Alhasil, keputusan pembelian saham The New Yorker tidak dianggap bijak dari segi finansial.

Tak hanya itu, banyak kekhawatiran independensi majalah yang sudah berdiri sekitar 60 tahun tersebut akan terusik dengan kehadiran Newhouse di kursi pemilik. Terutama karena ia juga memecat Shawn, setelah 32 tahun memimpin newsroom.

Newhouse jelas bukan anak bau kencur di industri media. Ia melihat peluang lain dalam keputusannya mengakuisisi The New Yorker. Ketika semua orang meragukannya, ia bilang kepada Geraldine Fabrikant dari New York Times bahwa “The New Yorker adalah hal paling hebat dalam sejarah jurnalisme”.

Sebab itulah, membawanya bangkit kembali ketika sudah banyak orang beralih ke televisi merupakan tantangan menarik bagi Newhouse. “Ketika mereka punya basis pembaca setia, maka para pengiklan juga akan mengikuti,” jelas Newhouse seperti dikutip Pop History Dig dalam artikel Newhouse Empire.

Ia tak asal ucap. Integritas dan kualitas The New Yorker juga tak berubah. Di tangan Newhouse, majalah tersebut justru mencatat kenaikan penjualan hingga 72 persen. Dengan kata lain, apa yang dikhawatirkan publik tidak terbukti.

Sejak didirikan Harold Ross pada 21 Februari 1925, The New Yorker tetap diminati pembaca setianya. Dan hingga kini Eustace Tilley tetap membagikan perspektif dari balik kacamata monokel ciri khasnya.

Related

History 6999426383247781930

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item