Penyebab Koleksi CD Lama Kita Perlahan Membusuk dan Rusak (Bagian 2)

 Penyebab Koleksi CD Lama Kita Perlahan Membusuk dan Rusak naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Penyebab Koleksi CD Lama Kita Perlahan Membusuk dan Rusak - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Goresan di lapisan atas CD lebih merusak daripada di lapisan bawah. Kenapa? Youket mengatakan bahwa lapisan bawah CD memang dilengkapi skema koreksi error tahan goresan. "Sayangnya," katanya, "karena lapisan atas hanya dilindungi oleh selaput akrilik tipis, goresan bisa menembus selaput dan merusak lapisan atas.”

DVD lebih tahan lama dibanding CD karena cakram DVD dicetak menggunakan cakram polycarbonate. Namun cakram DVD juga lebih mudah patah akibat reaksi kimia antara lapisan pelindung dan cakram polycarbonate itu sendiri—yang mengakibatkan lapisan pelindung terdegradasi seiring waktu. Cakram dengan lapisan ganda seperti DVD biasanya tidak bertahan lama.

Cakram berisi rekaman video tidak bertahan lama, karena pewarna organik yang digunakan untuk merekam byte ke dalam cakram. Youker menjelaskan, DVD pun rentan terhadap degradasi—terutama DVD berisi rekaman yang lebih sensitif terhadap cahaya.

Selain itu, proses bagaimana data di-burn ke dalam cakram juga akan menentukan umur CD/DVD tersebut—cakram rekaman berkualitas buruk pasti akan rusak lebih awal.

Tempat penyimpanan dan perawatan yang sesuai akan memperpanjang umur cakram. Youket mengatakan bahwa menurut tes penuaan cakram yang dilakukan Perpustakaan Kongres AS (yang menentukan umur cakram berdasarkan perubahan di tingkat error bit-level mereka), cakram berpeluang tahan lebih lama apabila dirawat dan disimpan dalam kondisi yang baik.

"Penelitian ini menunjukkan bahwa CD yang dicetak dengan baik dapat bertahan beberapa dekade, apabila disimpan dan dirawat dengan baik," jelasnya, sebelum menambahkan bahwa "cakram padat yang disimpan di lingkungan yang buruk dengan temperatur tinggi atau tingkat kelembapan tinggi, akan memiliki umur yang lebih pendek."

Apabila pemilik CD atau DVD ingin tahu seperti apa rasanya mengoleksi format media yang tidak tahan lama, tinggal tanya saja para pemilik laserdisc. Mereka mengalami sendiri kematian format kesayangan mereka di tahun 80-an (pertengahan 90-an di Indonesia).

Waktu itu, istilah yang digunakan pemilik Laserdisc adalah "degradasi laser."

Dalam kasus Laserdisc, glitch (kerusakan) biasanya tampak ketika cakram sedang dimainkan. Akan terlihat bintik-bintik putih di layar ketika film dimainkan. Cakramnya akan menunjukkan tampilan 'noda' (seperti yang ditunjukkan klip YouTube yang menunjukkan adanya degradasi cakram laserdisc film Saturday Night Fever), dan tentunya mengecewakan, mengingat reputasi laserdisc yang seharusnya memiliki sound dan gambar berkualitas tinggi.

Ternyata insiden ini sering sekali terjadi dalam komunitas Laserdisc, sampai-sampai situs tempat berkumpul kolektor, Laserdisc Database (LDDB), mengunggah daftar film-film Laserdisc yang kemungkinan besar rentan mengalami degradasi laser. Tujuannya? Agar konsumen menghindari membeli cakram-cakram tertentu.

Sama seperti bagaimana pabrik PDO asal Inggris memproduksi CD-CD yang mengalami degradasi, pabrik DADC milik Sony di Indiana, AS, kerap disalahkan atas Laserdisc berkualitas buruk.

Di internet banyak sekai teori konspirasi seputar kenapa pabrik Sony tersebut, dibanding pemanufaktur lain, memproduksi cakram yang tidak bertahan lama.

"Setelah beberapa tahun, banyak pabrik percetakan Laserdisc memiliki masalah dengan degradasi kualitas, namun mereka selalu berbenah diri," tulis Josh Zyber di situsnya, tahun 2005. "DADC tidak pernah berbenah."

Akibat masalah yang dialami konsumen Laserdisc, kini orang-orang selalu mencari cara untuk merawat koleksi-koleksi vintage mereka. Jelas lebih nikmat menikmati hiburan dalam format orisinalnya, namun ketika format ini tidak mudah tersedia di kalangan mainstream, perusahaan dan kebanyakan konsumen biasanya siap meloncat ke format selanjutnya.

Lalu produk-produk format lama dikemanakan? Sayangnya, perusahaan kerap mengabaikan format-format lama barang dagangan mereka yang sudah tidak laku di pasaran.

Biarpun Youket dari Perpustakaan Kongres AS mengatakan bahwa cakram padat adalah cara terbaik untuk mengarsipkan data dalam jangka panjang, rekan kerjanya, Peter Alyea, seorang spesialis konversi digital, mengatakan bahwa cloud computing menyebabkan perusahaan tidak lagi merasa harus mengarsipkan data mereka dalam format fisik.

"Dengan maraknya tren digital di kalangan konsumen dibanding media fisik, perusahaan semakin tidak akan peduli dengan pengarsipan fisik," jelasnya.

"Konsumen lebih peduli tentang akses ke arsip data pribadi dan akses ke hiburan (musik, video, games) di saat mereka menginginkan akses tersebut. Alangkah bagusnya apabila perusahaan manufaktur mementingkan integritas jangka panjang produk-produk mereka, tapi mungkin tidak realistis untuk mengharapkan solusi seperti ini."

Semua hal bertambah tua, dan pastinya akan kehilangan gemerlap, tapi paling tidak konsumen tak perlu pusing-pusing memikirkan cara menyimpan data mereka dengan segala kemudahan teknologi yang tersedia.

Sayangnya, arsiparis tidak punya kemewahan ala konsumen. Mereka akan terus mengkhawatirkan degradasi yang mungkin terjadi di format penyimpanan data analog.

Related

Technology 686557525139723900

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item